Salin Artikel

Kisah Hery Pencetus Batik Motif Majalengka, Pernah Tak Dilirik Bupati tetapi Terkenal di Luar Kota

Ia dikenal dengan maestro batik dan dari tangannya puluhan karya batik lahir. Ia menciptakan motif angin sebagai identitas kota tersebut.

Di kota angin tersebut, 20 karya batiknya telah mendapat hak paten. Pria berusia 57 tahun tersebut bersama istrinya fokus mengembangkan butik.

Telah beberapa kali butiknya tersebut didatangi turis asing, seperti dari Rusia, Belanda, dan Jepang.

Tangannya piawai begitu menunjukkan kepada Kompas.com melukis batik. Suami dari istri Uti Sayuti (49) tersebut telah sukses di bidang batik.

Perjuangan untuk meraih kesuksesannya dilalui dengan jalan terjal. Karyanya pernah tidak mendapat apresiasi dari pemerintah daerah saat itu.

"Kita tidak usah membuat batik. Kan ada Cirebon dekat dengan kota kita," kata Hery kepada Kompas.com, Rabu (23/9/2020), saat mengingat ucapan Sutrisno, Bupati Majalengka 2008.

Hery juga ingat, 2006 adalah tahun terpuruknya. Orang-orang meragukan hingga beberapa karya batiknya tak pernah diapresiasi.

Namun, hal itu tidak membuat semangatnya surut untuk terus berkarya.

"Saya ingat waktu itu bupati dijabat Pak Sutrisno menolak saya. Namun, berkat rekam jejak saya yang banyak diapresiasi di luar kota, akhirnya saya dipanggil kembali dan suruh fokus membuat batik oleh Pak Bupati," kata Hery. 

Dari forum ilimiah namanya mulai dikenal

Sebelum ia menjadi maestro batik di kotanya, Hery Suhersono sering mengisi forum-forum ilmiah. Forum tersebut digelar di kampus-kampus hingga lembaga pemerintahan ataupun swasta.

Ironisnya, forum ilmiah yang diisi Hery berasal dari luar Kota Majalengka.  

"Semua di luar kota, bukan di kota saya Majalengka. Saat itu saya mengisi lalu dikontrak BI (Bank Indonesia) untuk mengurus kampung batik binaan lembaga tersebut," kata Hery.

Hery juga menjelaskan, ia juga disuruh mengikuti pameran batik di Bentara Budaya pada 2006-2007.

Pada pameran itu, Hery mengangkat tema "Kotaku Nyaris Tenggelam dan Menginovasi Mengetuk Hati".

"Akhirnya berdasarkan Keppres SBY Nomor 33 Tahun 2009 tentang batik menguatkan saya. Saya menjadi yakin batik akan menjadi tambah dikenal di kota-kota," terang Hery.

Kini di tangannya tersebut, motif-motif batik bertema Majalengka telah lahir, seperti Simbar Kencana, Nyi Rambut Kasih, Kota Angin, Kembang Kapas, Beunteur, Nguseup, dan Telaga Manggung. Sebagian karya dibuat Hery berlatar belakang sejarah dan budaya.

"Karena saya mengungkap identitas, maka harus mendalami dulu hal-hal sejarahnya ataupun budayanya. Jadi sering-sering diskusi dengan budayawan atau para sesepuh. Menggali artefak misalnya, dari situ muncul pengetahuan atau ide karya," kata Hery.

Kini Hery telah sukses membatik, dan salah satu karya batiknya, motif Angin, telah dipakai untuk seragam dinas oleh Pemkab Majalengka dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Bersama istrinya, Uti Sayuti, kini Hery fokus mengurus butik di Jalan Raya Panyingkiran Majalengka, Jawa Barat.

https://regional.kompas.com/read/2020/09/23/14282521/kisah-hery-pencetus-batik-motif-majalengka-pernah-tak-dilirik-bupati-tetapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke