Salin Artikel

"Anak Kami Sekali Datang Berkunjung, Tapi Dia Panggilnya Om dan Acil"

KOMPAS.com - Pasangan suami istri Dawari (77) dan Mardiana (55) di Samarinda, Kalimantan Timur, yang tinggal di gubuk bekas kandang ayam selama 17 tahun, mengaku memiliki seorang anak.

Namun, karena kondisi ekonomi keluarga dan kesehatan mental Mardiana, anak mereka tersebut terpaksa diasuh orang lain.

Menurut Dawari, anaknya sempat sekali datang mengunjungi mereka. Namun, saat itu anak mereka memanggil Dawari dan Mardiana dengan sebutan om dan acil (tante).

“(Anak) baru sekali kunjung ke sini. Kami dipanggil om sama acil (tante). Karena mulai kecil dipelihara sama orang itu,” kata dia, Selasa (22/9/2020).

Dawari lalu membeberkan, saat ini usai anaknya sudah 17 tahun. Anaknya tersebut bersekolah dan diasuh oleh keluarga angkat di Balikpapan.

Bergantung pada belas kasihan

Dawari dan istrinya tinggal di gubuk yang berada di sebuah kebun di Jalan Rimbawan RT 08, Tanah Merah, Jaraknya sekitar 10 kilometer dari pusat kota Samarinda arah Jalan Poros Samarinda – Bontang.

Untuk bertahan hidup, Dawari sempat digaji oleh pemilik untuk menjaga kebun sejak 2003.

Namun, kondisi itu berubah setelah pemilik kebun meinggal dunia.

“Saya jaga kebun ini sudah lama. Dulu saya dibayar pemilik kebun. Tapi dia sudah meninggal jadi tidak ada lagi,” tutur dia.

Sejak saat itu, dirinya bekerja serabutan dan bergantung pada belas kasihan tetangga sekitar.

“Untuk makan kadang dibantu beras, ikan sama tetangga,” pungkas Dawari.


Bocor saat hujan

Dawari dan istrinya tinggal di sebuah gubuk ukuran kurang lebih 2x3 berdinding kayu.

Atapnya hanya ditutup dengan seng bekas. Sebagian ditutup terpal biru.
Ketika hujan tiba, gubuk Dawari tersebut bocor. Dirinya dan istri pun terpaksa pindah ke kandang ayam yang berada di sebelah gubuk.

“Kalau hujan bocor. Kami pindah ke kandang ayam,” ungkap Dawari saat ditemui awak media di gubuknya, Selasa (22/9/2020).

Sementara itu, dari pengamatan Kompas.com, kondisi gubuk Dawari jauh dari kata layak.

Selain banyak botol plastik bekas kemasan air mineral, tampak tumpukan kain bekas dan kantong plastik berserakan di lantai beralas papan.

Lalu, rumah itu pun tak dialiri listrik dan tidak ada sumber air bersih. Untuk penerangan pada malam hari mereka hanya menggunakan lilin. Mereka pun terpaksa melewatkan malam tanpa sedikit penerangan.

Dawari bersama istrinya berharap pemerintah bisa memberi mereka kehidupan lebih layak.

Seperti diberitakan sebelumnya, Dawari tiba di Samarinda sejak 1997 dari Surabaya. Dia tinggal berpindah-pindah. Pada 2000 dia menikahi Mardiana.

(Penulis: Kontributor Samarinda, Zakarias Demon Daton | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://regional.kompas.com/read/2020/09/22/19000071/-anak-kami-sekali-datang-berkunjung-tapi-dia-panggilnya-om-dan-acil-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke