Salin Artikel

Penjelasan BMKG soal Penyebab Banjir Bandang di Sukabumi

Hal tersebut berdampak pada penutupan jalan.

Jembatan ambrol di Desa Pasawahan Kecamatan Cicurug. Kemudian satu rumah dan satu unit mobil hanyut.

Sejumlah bangunan jebol akibat banjir.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geosfisika (BMKG) Bandung Toni Agus Wijaya menjelaskan, berdasarkan hasil analisis BMKG, curah hujan di beberapa tempat di wilayah Bogor dan Sukabumi mengalami hujan sedang hingga hujan sangat lebat.

Intensitas curah hujan mencapai 24.6 milimeter - 110 milimeter.

Dalam citra satelit himawari pada 21 September 2020, pukul 06.00 WIB, terpantau sel awan konvektif (awan penghasil hujan) yang tumbuh di wilayah Sukabumi.

Kemudian, pada pukul 14.30 WIB, awan mulai bergerak dan tumbuh di seluruh wilayah Bogor dan Sukabumi.

"Awan konvektif signifikan terus bergerak meluas memasuki wilayah Bogor dan Sukabumi hingga menyeluruh pada malam hari pukul 21.00 WIB," kata Toni kepada wartawan, Selasa (22/9/2020).

Hasil citra radar, tampak bahwa pada pukul 14.00 WIB terdapat pertumbuhan awan konvektif di wilayah Jawa Barat, Khususnya di Bogor dan Sukabumi.

"Awan konvektif berupa CB terbentuk sangat cepat dan intensif, terlihat dari nilai reflektifitas yang cukup tinggi dan maksimum di wilayah tersebut dengan nilai sebesar 50 dBZ pada pukul 15.32 WIB," ucap Toni.

Dengan begitu, BMKG menyimpulkan berdasarkan pola sebaran angin 3000 ft pada 21 September 2020, pukul 19.00 WIB, pada umumnya angin yang melewati wilayah Jawa Barat dari arah timur laut hingga tenggara.

Terdapat TC Dolphin (996 hpa) dan tekanan rendah di sekitar perairan Filipina membentuk pola sirkulasi siklonik, daerah pertemuan angin (konvergensi) serta belokan angin yang cukup signifikan di sepanjang Selat Karimata hingga Jawa Barat.


Menurut Toni, kondisi ini mendukung suplai awan-awan hujan, di antaranya di wilayah Jawa Barat.

"Serta didukung oleh faktor lokal, yaitu kelembaban udara yang basah, menyebabkan peningkatan aktivitas pertumbuhan awan hujan konvektif dengan jenis Cumulus padat dan Cumulonimbus yang menyebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, yang dapat disertai kilat atau petir serta angin kencang," kata Toni.

Berdasarkan kondisi musim, September ini memasuki masa transisi.

Potensi hujan yang terjadi karena faktor pemanasan pada pagi hingga siang hari, sehingga masih menyebabkan terbentuknya awan konvektif dengan jenis Cumulonimbus yang berpotensi terhadap cuaca ekstrem.

Cuaca ini membentuk angin kencang pada siang atau sore hingga menjelang malam hari.

Berdasarkan data curah hujan di sekitar Sukabumi dan Bogor, telah terjadi hujan yang cukup merata dengan intensitas yang bervariasi ringan hingga sangat lebat pada sore hingga malam hari.

"Akumulasi curah hujan yang cukup tinggi dari hulu dengan durasi yang cukup lama berpotensi menyebabkan naiknya luapan air sungai. Pada daerah dengan dataran yang cukup rendah, hal ini berpotensi memicu terjadinya banjir bandang," kata Toni.

https://regional.kompas.com/read/2020/09/22/09311291/penjelasan-bmkg-soal-penyebab-banjir-bandang-di-sukabumi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke