Salin Artikel

Kisah Cinta Koestomo, Urus Istrinya yang Lumpuh 19 Tahun, Terpaksa Tinggalkan Pekerjaan

Dia menggantikan posisi istrinya sebagai ibu rumah tangga.

Sejak 19 tahun lalu, istrinya, Siti Rodiyah (52) sudah tidak bisa menjalankan tugas domestik karena sakit.

Rodiyah hanya bisa berbaring lemah di tempat tidur.

Dengan sabar, Koestomo selalu merawat istrinya yang kini mengalami lumpuh dan tak bisa beralih dari tempat tidur.

Bahkan Koestomo harus memandikan dan menyuapi istrinya setiap hari.

"Kalau dihitung sejak gejala sakit, sekarang sudah 19 tahun. Saya enggak bisa berpikir apa-apa lagi, Ini istri saya, apapun kondisinya akan tetap saya rawat," kata Koestomo.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu Keluarga Koestomo. Sumbangkan rezeki Anda untuk membantu meringankan Keluarga Koestomo agar dapat hidup lebih baik. Klik di sini untuk donasi.

Mereka dikaruniai tiga orang anak, Dwi Ayu Prasetya (28), Rizky Subhi (23), serta Sevi Cahyani (19).

Rizky, anak kedua Koestomo, bekerja sebagai buruh serabutan dengan pendapatan tidak pasti.

Sedangkan, Sevi Cahyani, masih duduk di bangku Madrasah Aliyah di Kecamatan Jogoroto.

Keluarga sederhana itu tinggal di Dusun Bandung Krajan, Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

"Kalau jalan tiba-tiba sering enggak kuat dan jatuh. Sudah dibawa kemana-mana, tapi enggak ada perkembangan," kata Koestomo.

Baru pada 2006 dia mengalami lumpuh.

Sempat diperiksa di RS dr Soetomo Surabaya, hasil pemeriksaan medis menyatakan Rodiyah menderita Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS).

ALS merupakan penyakit terkait syaraf yang menyebabkan kelumpuhan otot dan mempengaruhi fungsi fisik.

Sekitar 2012, anak sulungnya, Dwi Ayu Prasetya, juga mengalami penyakit serupa.

Gejalanya pun mirip, yakni mendadak jatuh, tangannya seperti tak punya kekuatan saat memegang benda.

"Mulai dari gejala sampai sekarang ya sudah delapan tahun anak saya sakit. Sekarang gak bisa jalan," kata Koestomo.

Namun kondisi istrinya tak juga membaik, sehingga dia memilih merawatnya sendiri.

Terkait bantuan pemerintah, keluarganya telah diberi kartu jaminan kesehatan.

Pemerintah juga memberikan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT).

Biaya pendidikan anaknya, Koestomo menggunakan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).

"Untuk bantuan PKH ada, itu untuk sekolah anak saya. Karena saya tidak bisa memberi (biaya sekolah), makanya saya tidak mau ambil sama sekali. Biar semua untuk kebutuhan sekolah," kata Koestomo.

Sebelumnya, Koestomo bekerja sebagai tukang sepatu yang sudah ditekuni sejak masih lajang.

Dia biasanya berangkat ke Pasar Desa Bandung selepas pukul 09.00 WIB.

"Sudah tujuh bulan saya tidak kerja. Kondisi istri tidak memungkinkan untuk ditinggal," ujar Koestomo.

Untuk hidup sehari-hari, Koestomo mengandalkan bantuan saudara dan tetangga.

Kepala Desa Bandung, Muhtarom, mengaku akan mengupayakan bantuan berupa modal usaha yang bisa dilakukan di rumah.

Dia juga mengajukan agar keluarga Koetomo menjadi penerima manfaat PKH untuk disabilitas.

"Pak Koestomo ini kan sudah tidak bisa bekerja selama tujuh bulan ini. Ada masukan dari RT dan tetangga, agar beliau dibantu modal untuk buka usaha di rumah. Ini sedang kita diskusikan," kata Muhtarom saat ditemui di Kantor Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jumat.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu Keluarga Koestomo. Sumbangkan rezeki Anda untuk membantu meringankan Keluarga Koestomo agar dapat hidup lebih baik. Klik di sini untuk donasi.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Jombang, Moh. Syafií | Editor : Dheri Agriesta)

https://regional.kompas.com/read/2020/09/19/18200051/kisah-cinta-koestomo-urus-istrinya-yang-lumpuh-19-tahun-terpaksa-tinggalkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke