Kepala Bidang KSDA Wilayah II Gresik Wiwid Widodo mengatakan, pengamatan langsung dilakukan bersama dokter dari Wild Rescue Unit (WRU) dan tim dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya.
"Kemarin juga ada dari Bakorwil, langsung perintah dari Pak Wakil Gubernur (Jawa Timur). Kami semua di sana sampai malam, menyaksikan proses penimbangan," ujar Widodo saat dihubungi, Rabu (9/9/2020).
Berdasarkan pengamatan di lapangan, terdapat kesalahpahaman dari yang terlihat dalam video yang sempat viral di media sosial.
Dalam video singkat itu, terlihat harimau sumatera itu dalam keadaan kurus dan perutnya kempis.
"Harimau sumatera atas nama Baksi itu tidak kurus, tidak kekurangan gizi juga. Kita juga sudah cek, tidak ada riwayat sakit. Kedua, rekam pemberian nutrisi juga normal," jelasnya.
Berat badan ideal
Widodo bersama tim juga melakukan pencocokan berat badan Baksi berdasarkan body conditioning scoring (BCS). Pencocokan itu dilakukan untuk melihat penampakan morfologi hewan, apakah masuk kategori kurus, ideal, gemuk, atau overweight.
"Kalau Baksi masih masuk dalam level ideal. Jadi garis up dominan dengan paha belakang itu masih lurus. Kalau cekung tarik ke atas itu baru kurus, kalau gelambir ke bawah overweight," kata Widodo.
Widodo juga menimbang berat badan harimau sumatera itu. Beratnya mencapai 103 kilogram.
"Hasil penelitian, berat untuk harimau sumatera dewasa itu berkisar 100-140 kilogram standarnya," tutur Widodo.
Berdasarkan data yang diperoleh, Baksi lahir pada 2005 dan telah berumur hampir 15 tahun.
Menurut Widodo, harimau sumatera di alam bebas bisa bertahan hidup hingga 15-18 tahun.
"Artinya, usia Baksi sudah tua. Kalau usia sudah tua dia bisa mengikuti berat badan di angka 100-140 kilogram, berarti masih cukup bagus dong," kata dia.
Tim BKSDA Wilayah Jatim II juga sempat membandingkan Baksi dengan harimau donggala yang memiliki ukuran lebih besar.
Tim mengambil video dan foto harimau donggala tersebut dari atas, seperti video Baksi yang sempat viral di media sosial.
"Sudah coba ambil gambar seperti yang di video, dari atas, coba kita bandingkan dengan harimau donggala yang besar. Sama, kelihatan sama-sama kurus, kelihatan ramping kalau dari atas," kata Widodo.
Jadikan pelajaran
Widodo tak menyalahkan pengunjung yang merekam video dan pihak yang mengunggahnya ke media sosial. Video itu dianggap sebagai koreksi.
"Itu kan koreksi bagi pemerintah, petugas di lembaga konservasi agar lebih baik lagi (merawat)," kata Widodo.
Widodo yakin pengunggah video itu tak berpikir jauh bahwa unggahannya diperbincangkan publik.
Ia berharap video itu menjadi pelajaran bagi seluruh pihak.
"Karena yang bersangkutan tidak tahu, kalau diambil dari atas semua tampak kurus dan sebagainya. Wong dia ambil gambar dan di-posting biasa, enggak ada tendensi apa-apa sepertinya," kata Widodo.
Menurut Widodo, manajemen Maharani Zoo dan Goa Lamongan telah melakukan perawatan satwa dengan baik. Pemberian vitamin, pakan, dan nutrisi, dilakukan secara rutin.
"Tapi dengan kondisi usia (Baksi) yang tua, harusnya sudah tidak bisa dipertontonkan. Ya kalau masyarakat paham jika hewan itu usianya sudah tua, kalau enggak paham kan dianggap kurus," lanjut dia.
Widodo menyarankan Baksi dan hewan lain yang sudah tua di Maharani Zoo dan Goa ditempatkan di kandang perawatan atau karantina khusus untuk edukasi kepada masyarakat.
"Kemarin sudah kami sarankan, agar ada area khusus untuk perawatan lebih intensif bagi satwa-satwa yang sudah tua. Tidak hanya harimau lho, tapi semua hewan yang sudah tua," kata Widodo.
Sebelumnya, sebuah video memperlihatkan seekor harimau yang terlihat kurus di sebuah kebun binatang viral di media sosial. Bagian perut harimau itu terlihat mengempis seperti kekurangan makan.
Video berdurasi 13 detik itu diunggah akun Instagram @ndorobei. Dalam video itu terlihat seekor harimau kurus berjalan di kandang sebuah kebun binatang di Kabupaten Lamongan.
Video itu sempat mengundang beragam komentar dari netizen. Hingga berita ini ditulis, video itu telah ditonton ratusan ribu orang.
https://regional.kompas.com/read/2020/09/09/12204861/bksda-harimau-sumatera-bernama-baksi-itu-tidak-kurus-tidak-kekurangan-gizi