Salin Artikel

Guru SMP Ciptakan Bilik Pendeteksi Suhu Otomatis karena Khawatir Satpam Terpapar Corona

Guru mata pelajaran pendidikan komputer dan prakarya ini menciptakan bilik pendeteksi suhu badan otomatis.

“Ide awalnya saya kan melihat petugas pemeriksa suhu seperti satpam di kantor itu berkontak langsung dengan orang yang diperiksa. Jadi saya khawatir pemeriksa suhu suatu saat akan berkontak dengan orang tanpa gejala dan dia bisa tertular,” ujar Miko sapaan akrab Dwi Jatmiko yang dihubungi Kompas.com, Senin (7/9/2020).

Miko lalu berinovasi membuat alat untuk mengecek suhu tubuh tanpa ada kontak langsung.

Bilik pendeteksi suhu badan otomatis itu terbuat dari besi galvanis berbentuk balok terbuka dengan ketinggian dua meter.

Ia sengaja mendesain bilik dalam kondisi terbuka karena setelah suhu badan terdeteksi terdapat dua pilihan palang pintu. Palang pintu depan akan terbuka saat suhu orang yang diperiksa normal.

Sementara palang pintu samping kiri akan terbuka saat suhu orang yang diperiksa abnormal.

“Sementara bila suhu tubuhya abnormal maka palang pintunya tidak terbuka dan sirinenya berbunyi. Kemudian palang pintu keluarnya terbuka,” jelas Miko.

Alumni D3 Teknik Elektro Politeknik Negeri Malang itu butuh waktu dua sampai tiga hari untuk membuat bilik pendeteksi suhu badan otomatis.

Namun, awal proses pembuatan bilik temperatur otomatis dari ide hingga uji coba memakan waktu hingga dua bulan. Dari rangkaian proses pembuatan, proses uji coba paling lama memakan waktu.

“Apalagi ini kaitannya dengan kesehatan. Jadi harus benar-benar alat itu berfungsi akurat. Kalau tidak akurat kan berbahaya. Jadi paling lama itu uji cobanya,” kata Miko.


Untuk mendekteksi suhu tubuh hanya membutuhkan waktu dua hingga tiga detik. Pengunjung bisa mendekatkan dahinya ke alat deteksi di dalam bilik itu.

“Paling akurat di dahi. Tetapi semua tubuh bisa,” kata Miko.

Petugas yang berjaga tak perlu mendekat ke pengunjung yang memasuki bilik deteksi itu. Karena, informasi hasil deteksi suhu tubuh terhubung dengan ponsel berbasis android.

Menurut Miko, alat itu bisa dikembangkan dengan menambah kamera. Sehingga, setiap orang yang masuk ke dalam bilik deteksi suhu tubuh bisa terekam jelas.

Akan tetapi, hal itu urung dilakukan karena anggaran yang terbatas.

"Jadi petugasnya tidak usah mendekat. Maksimal lima meter dapat diketahui dari ponsel pintar berbasis android," kata Miko.

Bahan pembuatan bilik deteksi otomatis itu hampir seluruhnya berasal dari produk lokal. Namun, ada beberapa barang yang harus dibeli dari luar negeri karena persediaan di pasar dalam negeri habis.

Miko menjual sebuah alat pendeteksi suhu tubuh otomatis dengan harga Rp 5,8 juta. Harga itu telah termasuk biaya pemasangan. Sedangkan warga dari luar daerah yang ingin membeli juga dibebankan biaya pengiriman.

Setelah diluncurkan, Miko telah menerima pesanan dari beberapa daerah seperti Brebes, Madiun, dan Ponorogo.

https://regional.kompas.com/read/2020/09/08/11403831/guru-smp-ciptakan-bilik-pendeteksi-suhu-otomatis-karena-khawatir-satpam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke