Salin Artikel

"Anak Saya Sempat Protes, Kadang-kadang Kunci Motor Diambil agar Tidak Pergi"

KOMPAS.com - Menjadi petugas memakamkan jenazah pasien Covid-19 bukanlah tugas yang ringan. Pasalnya, mereka harus siap dengan segala resiko, mulai dari tertular atau bahkan kehilangan nyawa.

Tak hanya itu, mereka pun harus menghadapi stigma dari masyarakat yang takut tertular virus tersebut.

Hal inilah yang saat ini dirasakan Atong Handoko (47), salah satu petugas yang memakamkan jenazah pasien virus corona di Kota Madiun, Jawa Timur.

Atong mengatakan, jika keluarganya sempat khawatir dengan tugas baru yang dijalaninya. Namun, setelah diberikan penjelasan, keluarganya mendukung.

“Anak saya yang sempat protes. Kadang-kadang kunci sepeda motor saya diambil agar tidak pergi. Tetapi akhirnya setelah saya berikan penjelasan, dia bisa memaklumi,” kata Atong kepada Kompas.com, Senin (7/9/2020) sore.

Kata Atong, ia pernah diprotes warga karena menggunakan peralatan milik warga untuk mengubur jenazah pasien Covid-19.


Warga khawatir alat itu tidak steril setelah digunakan untuk mengubur jenazah pasien corona.

Ia pun kemudian menjelaskan bahwa setelah dipakai alat itu disterilkan, mengetahui itu warga pun tak mempermasalahkannya lagi.

"Agar warga tidak resah, kami mempersipakan alat sendiri," ungkapnya.

Kata Atong, selama bertugas memakaman jenazah Covid-19, tak ada warga yang protes. Bahkan, ia pun tak dikucilkan tetangganya.

“Saya berikan pengertian kepada tetangga saya bilang (kalau) keluarga mereka meninggal dan terpapar Covid-19 lalu siapa yang menguburkannya,” jelasnya.

 

(Penulis Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi | Editor Dheri Agriesta)

https://regional.kompas.com/read/2020/09/08/08352671/anak-saya-sempat-protes-kadang-kadang-kunci-motor-diambil-agar-tidak-pergi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke