Salin Artikel

Mbah Ginem Menangis, Nasi Bungkus dan Dompetnya Ludes Dicuri Saat Jualan Keliling

Setiap pagi, nenek yang akrab disapa Mbah Ginem ini berjualan aneka nasi dan jajanan pasar dengan berjalan kaki keliling di kampung Poncowolo, Semarang, Jawa Tengah.

Saat dijumpai Kompas.com, Mbah Ginem yang tinggal di rumah kecil dan sederhana ini bercerita pagi itu, sekitar 09.00 WIB, dirinya mulai menjajakan dagangannya.

Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil hendak membeli dagangannya.

Lantas, Mbah Ginem yang berjalan kaki kemudian berhenti di pinggir jalan untuk melayani orang tersebut.

"'Mbah dodol opo to mbah?' Tak tebas kabeh kene segone. (Mbah jual apa? Tak borong semua sini nasinya)," jelas Mbah Ginem seraya menirukan pembeli tersebut.

Saat itu, Mbah Ginem senang bukan kepalang karena dagangannya hendak diborong orang.

"Kulo wis seneng nek ditebas kabeh mikire kulo mulih esuk. (Saya sudah senang kalau diborong semua saya bisa pulang lebih awal)," akunya.

Nenek lima cucu ini mengaku sempat curiga karena sebelumnya sudah diikuti oleh pembeli yang mengendarai sepeda motor tersebut.

Pembeli itu sempat meminta Mbah Ginem agar naik ke sepeda motornya, tapi ditolak.

"Kene tak boncengke (sini saya boncengin). Ajeng diboncengke kulo mikir nek kesasar meh nangndi melih (Mau diboncengin saya mikir kalau nyasar mau kemana lagi) tapi akhirnya saya tolak, saya ndak berani naik motor karena pernah jatuh," ujarnya.


Pembeli itu pun akhirnya buru-buru mengambil dagangan nasi dan dompet Mbah Ginem yang ada di dalam keranjang.

Dagangan sebanyak 70 bungkus nasi dengan total seharga Rp 200.000 dan uang senilai Rp 400.000 dibawa kabur.

"Tiba-tiba malah nggeblas mboten wangsul kulo ditinggal teng pinggir ndalan (tiba-tiba bablas, tidak balik lagi saya ditinggal di pinggir jalan). Sekule dibeto sedoyo kalihan dompet. (Nasinya dibawa semua sama dompet)," katanya sembari mengingat kejadian tersebut.

Mbah Ginem masih tidak percaya dengan kejadian yang baru saja dialaminya.

Nenek itu khawatir karena tidak bisa menyetorkan hasil penjualannya dari dagangan yang dititipkan kepadanya.

Padahal, sehari dia hanya mendapatkan penghasilan bersih sebesar Rp 50.000 sampai Rp60.000 untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Saya nangis waktu berhenti di warung karena mikir bagaimana nanti setorannya. Dagangan belum dibayar sudah dibawa kabur orang," ucapnya.

Selepas peristiwa yang dialaminya itu, meski dengan perasaan sedih Mbah Ginem beruntung bertemu dengan tetangganya yang berbaik hati mengantarkannya pulang ke rumah.

"Waktu itu kan kejadiannya di PKL daerah banjir kanal barat. Saya berjalan kaki keliling dari jam 6 sampai jam 11 masuk ke kampung-kampung daerah Poncowolo. Setelah kejadian diantar tetangga pulang ke rumah," akunya.

Walaupun kejadian malang itu telah menimpa Mbah Ginem, tapi dia mengaku tak berniat melaporkan kejadian tersebut.

Dia menganggap hal itu sebagai cobaan yang harus dijalani dengan pasrah dan ikhlas.

"Kulo pasrah ikhlas lahir batin. Mboten laporan. Rejeki pun enten sing ngatur (Saya pasrah dan ikhlas. Rejeki sudah ada yang mengatur," ujarnya.



Kendati telah memasuki usia senja, Mbah Ginem mengaku masih tetap akan berjualan keesokan harinya.

"Mboten kapok, nek mboten sadeyan mangke uripe pripun (Tidak kapok, kalau tidak jualan nanti hidupnya gimana)," ucapnya.

Mbah Ginem tinggal bersama kakak kandung dan keponakannya dalam rumah sederhana di Jalan Setiyaki Baru 2, Bulu Lor, Semarang Utara.

Suami Mbah Ginem telah meninggal dunia.

Kejadian yang menimpa Mbah Ginem pun mengundang simpati warga Semarang. Beberapa donatur memberikan bantuan berupa uang tunai untuk Mbah Ginem.

"Kami mendengar kabar ini dari sosial media. Dan tergerak mengumpulkan bantuan uang dari kawan-kawan donatur untuk Mbah Ginem. Semoga bisa bermanfaat dan berjualan lagi. Kami juga berharap penipunya bisa segera ditangkap. Karena kejadian ini yang saya tahu sudah beberapa kali terjadi di Semarang dan mengincar pedagang lansia," jelas Tonex, seorang relawan Semarang Peduli.

Sebelumnya, kejadian serupa juga pernah dialami oleh seorang nenek penjual jajanan pasar keliling Mbah Khotimah (70) yang tinggal di Jalan Jangli IV RT 3 RW 9 Kelurahan Jatingaleh, Kecamatan Candi Sari.

https://regional.kompas.com/read/2020/09/05/07212281/mbah-ginem-menangis-nasi-bungkus-dan-dompetnya-ludes-dicuri-saat-jualan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke