Salin Artikel

"Saya Harap Pemerintah Adil, Jangan Kita Terus Disuruh Kerja, tapi Tidak Diberi Upah"

Pakaian hazmat itu dipakai saat mereka melakukan pemulasaraan jenazah di ruang khusus Covid-19 RSUD Soekardjo Kota Tasikmalaya pada Kamis (20/8/2020) dini hari.

Hampir setiap bagian belakang pakaian hazmat petugas pemulasaraan jenazah itu tertulis kalimat protes karena insentif mereka tak kunjung cair.

Salah satu petugas pemulasaraan jenazah, YR (40) berharap pemerintah segera mencairkan insentif mereka.

"Saya harap pemerintah adil, jangan kita terus disuruh kerja, tapi kita tidak diberi upah, insentifnya enggak ada, jangan hanya janji saja," kata YR di RSUD Soekardjo, Kota Tasikmalaya, Kamis.

Menurutnya, pemerintah baru mencairkan insentif untuk tenaga medis yang menangani pasien Covid-19.

Padahal, petugas pemulasaraan jenazah juga bertugas di garda depan penanganan Covid-19 di Indonesia.

"Kami juga sama kan, paling depan mengurus jenazah Covid-19," jelas YR.

YR telah bertugas sebagai petugas pemulasaraan jenazah sejak April 2020. Hingga Agustus 2020, ia dan petugas lainnya belum pernah mendapatkan insentif yang dijanjikan Kementerian Kesehatan dan Pemkot Tasikmalaya.

Selama lima bulan bertugas, petugas pemulasaraan jenazah RSUD Kota Tasikmalaya itu telah puluhan kali melakukan pemulasraan jenazah pasien Covid-19.

"Kemarin saja dan hari ini, kita proses pemulasaraan pasien Covid-19 dua kali berturut-turut. Beberapa bulan terakhir, kita sudah puluhan kali memproses mayat berstatus Covid-19," kata dia.

Ia mempertanyakan alasan pemerintah belum mencairkan insentif mereka.

"Tolong jangan pandang kami secara marginal, yang lain sudah cair, kenapa insentif kita belum cair-cair juga sampai sekarang," keluh YR.

Para petugas pemulasaraan covid-19 RSUD Soekardjo Tasikmalaya siaga 24 jam dan tak kenal hari melaksanakan tugasnya.

Mereka selalu menjamin pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 dilakukan sesuai protokol kesehatan.

Risiko yang diterima para petugas kamar mayat ini juga tinggi. Sebab, mereka bersentuhan langsung dengan jenazah pasien Covid-19.

"Kami juga kan bukan hanya berisiko kepada diri sendiri, tapi kita juga menjaga supaya tidak membahayakan orang lain di sekitarnya," ujar dia.

YR menegaskan, selama ini mereka mengeluarkan uang pribadi untuk memenuhi nutrisi dan menjaga kesehatan sebagai salah satu garda terdepan penanganan Covid-19.

Sementara itu, Wakil Direktur RSUD Soekardjo Tasikmalaya Deni Diyana memahami kekecewaan para petugas pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 tersebut.

Deni mengatakan, anggaran dari Kementerian Kesehatan untuk para petugas pemulasaraan jenazah tak kunjung cair.

Padahal, dokumen pencairan insentif telah dikirimkan sejak jauh-jauh hari.

"Justru di sana (pusat) yang cair baru untuk tenaga medis saja. Sedangkan, kenapa para petugas pemulsaraan mayat berisiko tinggi yang langsung menyentuh pasien Covid-19 belum cair," kata Deni saaat dihubungi Kompas.com, Kamis.

Deni menambahkan, RSUD Tasikmalaya sedang mencari pos anggaran untuk membayar insentif para petugas pemulasaraan jenazah itu.

"Jadinya, kita selama ini sedang mencari pos anggaran lain untuk diberikan untuk insentif mereka selama ini," kata Deni.

Sebelumnya diberitakan, sebuah video memperlihatkan tim kamar mayat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Seokardjo Kota Tasikmalaya memakai baju hazmat atau alat pelindung diri (APD) lengkap bertuliskan 'kerja tanpa upah' viral di media sosial.

Video itu diambil saat petugas melakukan pemulasaraan jenazah di ruang khusus Covid-19 RSUD Soekardjo Kota Tasikmalaya, Kamis (20/8/2020) dini hari.

(KOMPAS.com - Kontributor Tasikmalaya, Irwan Nugraha)

https://regional.kompas.com/read/2020/08/20/12492771/saya-harap-pemerintah-adil-jangan-kita-terus-disuruh-kerja-tapi-tidak-diberi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke