Salin Artikel

Cerita Anak-anak yang Mengukir Sejarah Wajahnya di Uang Rp 75.000 hingga Kejutan bagi Pemimpin Daerah

Uang tersebut bergambar sembilan anak yang mengenakan pakaian dari berbagai daerah di Nusantara. 

Dua di antaranya Ananda Saubuki (7) asal Kota Kupang, NTT, dan Aditya Perpatih (9) asal Gorontolo.

Di uang khusus tersebut juga terpampang gambar salah satu pakaian adat asal Riau serta jembatan Youtefa di Papua.

Berikut rangkumannya:

Ananda Saubaki

Ananda merupakan anak ketiga dari pasangan suami istri Moris Saubaki dan Telly Saubaki Saudila, warga Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.

Telly menyampaikan rasa bangga melihat wajah anaknya terpampang di uang tersebut.

Telly menceritakan, awalnya Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT memintanya mengirim foto anaknya pada awal 2019.

Foto itu kemudian diteruskan ke Bank Indonesia di Jakarta untuk diseleksi. Setelah itu, Ananda Saubaki terpilih mewakili Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT dalam sesi pemotretan.

Selanjutnya, perwakilan Perum Peruri datang ke Kupang untuk memotret anaknya pada 7 Agustus 2019.

"Waktu itu, kami belum tahu tujuan pemotretan itu untuk apa karena katanya rahasia," ujarnya kepada Kompas.com di Kupang, Selasa (18/8/2020).

Telly menyebutkan, ini akan menjadi bukti sejarah dari generasi ke generasi.

"Kami orangtua sangat bangga dan terlalu bersyukur karena anak kami sudah terpilih dan ada fotonya di dalam pecahan uang yang diluncurkan dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia yang ke-75 kali ini," ujar Telly.

Aditya Perpatih

Di dalam lembaran uang pecahan Rp 75.000 itu, anak dari pasangan Siti Murtafiah Mooduto (35) dan Dwi Kurniawan (45) ini mengenakan baju adat Gorontalo (makuta) berwarna merah dengan mengenakan penutup kepala yang terlihat tinggi.

Bagi banyak masyarakat Gorontalo, baju adat ini lazim dikenakan pengantin saat resepsi pernikahan. Ini adalah baju yang dipercaya sebagai baju kebesaran Raja Gorontalo.

Bagi permaisuri atau ratu, baju adatnya disebut biliu.

“Sebagai orang Gorontalo saja, kami sangat bangga. Apalagi saya adalah ibu dari Aditya Perpatih,” kata Siti Murtafiah Mooduto, Selasa (18/8/2020).

Siti Murtafiah Mooduto, ibu dari Aditya menceritakan, pada Agustus 2019, anaknya diminta untuk mengenakan baju adat makuta oleh staf dari Bank Indonesia dan Perum Peruri.

Waktu itu ada tiga anak yang diminta untuk mengenakan makuta dan akan difoto.

Namun, dua anak lainnya tidak datang sehingga yang menjalani pemotretan adalah Aditya.

Sebelumnya, para tamu dari Jakarta ini sudah melakukan komunikasi dan konsultasi dengan Dinas Pendidikan dan sanggar untuk mendapatkan informasi tentang baju adat dan maknanya.

Mereka juga telah melakukan survey ke sejumlah sanggar untuk mendapatkan baju adat anak yang terbaik.

“Sungguh kami tidak tahu jika ternyata foto itu digunakan sebagai gambar pada uang kertas yang baru diluncurkan, kami tahu sehari sebelum uang dikenalkan kepada masyarakat,” ujar Siti Murtafiah.

Munculnya anak Gorontalo yang mengenakan baju adat kebesaran ini juga membuat banyak orang bangga.

Aditya sempat diajak foto wali kota dan sejumlah pejabat.

Pakaian adat Riau

Satu dari sembilan anak yang ada dalam lembaran uang baru tersebut memakai baju adat Melayu Riau.

Anak yang memakai baju khas Melayu Riau itu berada di posisi kedua dari kiri di samping anak yang memakai pakaian adat Aceh.

"Ini merupakan surprise (kejutan) bagi kami. Sebagai masyarakat Bumi Langcang Kuning kami bangga. Di mana pada uang pecahan Rp 75.000 ini ada salah satu anak Riau dengan pakaian Melayu terlihat di sana," ucap Gubernur Riau Syamsuar kepada wartawan, Selasa (18/8/2020).

Mantan Bupati Siak dua periode ini menambahkan, dipilihnya anak Riau lengkap dengan pakaian adat Melayu untuk ditampilkan di uang kertas pecahan Rp 75.000 membuktikan bahwa pemerintah pusat melihat dari budaya dan sejarah di Riau.

"Riau punya sejarah di mana salah satu pahlawan nasional, yakni Sultan Syarif Kasim berasal dari Riau. Beliau ini berjasa untuk perjuangan bangsa dan negara kita ini, dan juga pernah menyerahkan 13 juta golden untuk perjuangan Indonesia," ujar Syamsuar.

Jembatan Youtefa

Bagi masyarakat Papua, pecahan uang 75.000 menjadi lebih istimewa karena pada bagian depannya terdapat gambar Jembatan Youtefa yang lokasinya herada di Kota Jayapura, Papua.

Gambar Jembatan Youtefa, yang berdampingan dengan Tol Trans Jawa dan MRT, dilambangkan sebagai pencapaian pembangunan Indonesia di bidang infrastruktur.

"Ini suatu apresiasi khusus bagi Papua karena banyak bangunan yang dibangun secara megah di Indonesia, tapi pilihannya pada Papua, berarti Papua melekat di hati Bapak Presiden," ujar Wali Kota Jayapura Benhur Tommy Mano saat dihubungi.

Menurut dia, apa yang ditampilkan dalam uang Rp 75.000 merupakan sebuah capaian pembangunan selama 75 tahun Indonesia merdeka.

"Itu bertanda bahwa pembangunan untuk semua orang dan merata. Ini dibangun menggunakan uang rakyat, saya memberikan apresiasi luar biasa kepada Pak Jokowi yang mengambil satu lambang kemegahan di Papua, yang merupakan landmark yang ada di Kota Jayapura," kata dia. 

(Kontributor Gorontalo, Rosyid A Azhar, Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere, Kontributor Jayapura, Dhias Suwandi| Editor : Dheri Agriesta, Khairina, Robertus).

https://regional.kompas.com/read/2020/08/19/13291821/cerita-anak-anak-yang-mengukir-sejarah-wajahnya-di-uang-rp-75000-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke