Gempa tidak berpotensi tsunami.
Akibat dua gempa besar melanda Bengkulu itu ratusan warga pesisir, Desa Sungai Hitam, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kota Bengkulu melarikan diri ke lokasi lebih tinggi, tepatnya kampus Universitas Bengkulu.
"Memang terlihat pagi tadi setelah beberapa menit gempa ada ratusan warga masuk kampus Universitas Bengkulu. Mereka khawatir terjadi sunami, padahal menurut BMKG dua gempa tersebut tidak berpotensi sunami," kata Tasril, warga Bengkulu, kepada Kompas.com, Rabu.
Meski sempat terjadi berkumpulnya warga, berangsur-angsur warga meninggalkan kampus Universitas bengkulu karena tidak terjadi tsunami seperti yang dikhawatirkan.
Gempa bumi dangkal, tidak sebabkan tsunami
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono dalam rilisnya menyebutkan Hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi pertama memiliki parameter awal dengan magnitudo M 6,9 yang kemudian diperbarui menjadi M 6,6 dengan episenter gempabumi terletak pada koordinat 4.44 LS dan 100.97 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 160 km arah Barat Daya Bengkulu, Provinsi Bengkulu, pada kedalaman 24 km.
Sedangkan gempabumi kedua memiliki parameter awal dengan magnitudo M 6.8 yang kemudian diupdate menjadi M 6,7 dengan episenter gempabumi terletak pada koordinat 3.98 LS dan 101.22 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 117 km arah Barat Daya Bengkulu, Provinsi Bengkulu, pada kedalaman 86 km.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas Subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa kedua gempabumi tersebut memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Guncangan gempabumi ini dirasakan di Kota Bengkulu hingga ke Sumatera Barat.
Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi sunami.
https://regional.kompas.com/read/2020/08/19/08091941/saat-2-gempa-besar-landa-bengkulu-ratusan-warga-pesisir-lari-ke-tempat