Salin Artikel

Kisah Pemulung di Sleman, Rela Tidur Berpindah Tempat demi Rawat Kucing yang Sakit

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pria mengendarai sepeda motor melintas di Jalan Purbaya-Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.

Sepeda motor tersebut menarik sebuah gerobak kayu berbentuk kotak dengan ukuran sekitar 2 X 1 meter.

Di bagian belakang gerobak tersebut terdapat papan kayu.

Di papan tersebut tertulis "Ya Allah Berikanlah Rejeki Kepada Pemulung Ini Agar Bisa Merawat Kucing di Jalanan yang Terlantar Sakit, Amin"

Pria yang mengendarai sepeda motor dengan menarik gerobak ini bernama Sugiyanto. Setelah sampai ditempat yang teduh depan lapangan Warak Kidul, Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, pria warga Kadipiro, Kasihan, Kabupaten Bantul berhenti.

Ia kemudian membuka gerobak yang ditariknya. Di dalam gerobak ternyata terdapat Delapan ekor kucing.

"Sayang...sabar ya, sabar ya sayang," ucap Sugiyanto kepada salah satu kucing yang tampak mengerang karena sedang sakit, Senin (17/8/2020).

Pria berusia 46 tahun ini terus berusaha menangkan kucing tersebut.

Sembari beristirahat, Sugiyanto menceritakan jika kucing-kucing di dalam gerobak ia rawat karena sedang sakit.

"Mulainya kapan Saya lupa, tapi dulu saya punya kucing sakit ongkosnya untuk (mengobati) itu sampai jutaan dan saya nggak punya duit. Terus saya mikir, itu kucing di jalan yang mau membiayai siapa?," ucapnya.

Dari situlah, Sugiyanto mulai terketuk hantinya untuk merawat kucing-kucing yang sakit dan terlantar.

Pria yang berprofesi sebagai pemulung dan reparasi HP ini setiap hari berkeliling.

Selain kucing, ia juga membawa peralatan servis HP di gerobaknya.

Ia mulai berkeliling mulai pukul 05.00 WIB sampai 08.00 WIB.

Setelah itu dilanjutkan lagi pukul 17.00 WIB hingga 20.00 WIB.

"Saya keliling sesuka hati, kemarin sampai ke Magelang untuk mengambil kucing yang sakit," ucapnya.

Selain untuk memperoleh rejeki dengan mencari rongsokan dan servis hanphone, warga Kadipiro ini juga membantu kucing-kucing yang ditemuinya di jalan dalam kondisi sakit dan butuh pertolongan.

"Saya ini orang tidak punya, jadi ya semampu saya, sekuat saya, sebisaku dan seiklasku," ungkapnya.

Selain berkeliling dirinya juga memantau media sosial.

Ketika ada informasi kucing sakit dan pemiliknya tidak sanggup merawat, Sugiyanto akan datang untuk memberikan pertolongan.

"Saya aktif di medsos, saya akan ngambil kalau udah di-up di medsos tapi tidak ada reaksi. Jadi saya belakangan, kalau hanya komen dan tidak ada yang respons, baru saya mau ambil," bebernya.

Menurutnya, kondisi kucing terlantar yang ditemuinya berbagai macam.

Ada yang dalam kondisi sakit ringan dan sakit parah atau tertabrak kendaraan.

Ia pun berusaha merawat dan mengobati kucing-kucing tersebut semampunya.

Selama ini dirinya merawat dan menolong kucing yang sakit menggunakan uang pribadi hasil dari servis handphone maupun menjual rongsokan.

Namun, diakuinya, ada beberapa orang juga yang memberikan bantuan seperti pakan maupun biaya pengobatan.

"Ada orang yang membantu juga, mas bawa ke dokter ini saja, nanti saya bayari," urainya.

Apa yang dilakukan oleh Sugiyanto murni untuk menolong.

Sebab, sebagai manusia memanglah harus saling menolong.

Termasuk menolong hewan yang membutuhkan bantuan.

"Oiya kita ini mahluk hidup, nggak mampu menolong orang ya menolong mahluk yang lain juga bisa. Jadi bukan keterpaksaan, tapi panggilan hati," tegasnya.

Sugiyanto bilang, ada beberapa orang yang mencibir dengan apa yang dilakukanya.

Namun, cibiran tersebut tidak pernah menghentikan langkahnya untuk terus bergerak menolong kucing-kucing yang sakit.

"Dibilang maksain diri, orang enggak punya kok nolong rata-rata kebanyakan orang gitu. Jadi kalau orang miskin kaya saya ini, enggak punya tempat kok rescue? Loh, emang kalau miskin enggak boleh resceu po?," tandasnya.

Sugiyanto menuturkan, kendala yang dihadapi karena tidak mempunyai tempat yang luas untuk merawat kucing.

Biasanya, ketika menemukan kucing yang sakit ringan di jalan akan diobati di tempat.

"Kalau sakit tidak ada yang menampung, saya obati di tempat sebisa saya. Seumpama di depan ada yang sakit karena jamur saya obati, besok saya lewat sini lagi saya obati lagi sampai dia sembuh," ujarnya.

Dirinya memang memiliki rumah di Kadipiro, Bantul.

Sugiyanto memilih mengontrak rumah di daerah Ngemplak, Sleman, karena tidak ingin menganggu keluarga maupun tetangga dengan memelihara kucing.

Dia bahkan harus pindah-pindah kontrakan karena selalu saja ada tetangga yang terganggu dengan kucing yang banyak.

Meski kontrak rumah, Sugiyanto juga jarang pulang.

Sebab, dirinya memelihara banyak kucing dan tidak menghindari konflik dengan tetangga.

"Dulu banyak yang saya rawat ada 42 kucing. Sekarang saya sisakan delapan, karena kendala tempat, jadi hanya yang sakit dan mendesak yang saya ambil," bebernya.

Saat tidak di kontrakan, Ia pun sering memilih tidur di emperan maupun ruko yang rusak.

Hal itu dilakukan demi kucing-kucing yang dirawatnya nyaman dan aman.

"Ya tadi tempat yang aman dari lingkungan, aman dari masyarakat, aman dari jalan raya dan aman dari hujan, biasanya saya mencari yang bekas ruko, yang rusak. Itu kan malam, kalau siang ya dipinggir sawah seperti ini kan sejuk," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/08/19/05300041/kisah-pemulung-di-sleman-rela-tidur-berpindah-tempat-demi-rawat-kucing-yang

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke