Salin Artikel

Infrastruktur Buruk, Anak Perbatasan Rentan Putus Sekolah dan Jadi Buruh di Malaysia

Kondisi itu mengakibatkan anak-anak yang harusnya mengenyam pendidikan malah putus sekolah dan menjadi buruh bangunan, bekerja di kebun, dan menikah muda.

“Kondisi ini sudah berlangsung lama. Akibat akses jalan dari desa ke kota kecamatan tidak bisa dilewati saat musim hujan,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bengkayang, Gustian Andiwinata saat dihubungi Kompas.com, Selasa (18/8/2020).

Gustian mengaku, kondisi masyarakat seperti itu, disaksikan sendiri saat berkunjung ke Dusun Sentebang, Desa Sekida, Kecamatan Jagoi Babang, Bengkayang, belum lama ini.

Tujuan kunjungan itu sejatinya untuk memantau dan evalusi serta pembinaan terhadap tenaga pendidik dan kependidikan dalam melakukan kegiatan pembelajaran di masa Covid-19.

"Ada keluhan dan hambatan warga setempat, akses jalan tidak layak dan sulit dilalui sehingga anak-anak mereka putus sekolah, tidak melanjutkan ke SMP dan SMA yang berada di kota kecamatan,” ujar Gustian.

Menurut Gustian, jika jalan bagus, sebenarnya dapat ditempuh hanya dalam waktu 30 menit. Namun sekarang, ditambah musim hujan, jarak tempuh mencapai 2 jam.

“Masyarakat Sentabeng meminta pemerintah pusat memenuhi janji kampanye Presiden Joko Widodo untuk membangun dari pinggiran,” ungkap Gustian.


Titik Nol Perbatasan

Gustian menjelaskan, Dusun Sentebang, Desa Sekida, adalah kawasan yang berada di titik nol perbatasan Negara Indonesia dengan Malaysia.

Maka dari itu, kawasan ini merupakan salah satu lokasi prioritas pembangunan di perbatasan.

Sebagaimana diketahui, Dusun Sentabeng berbatasan langsung dengan kampung di Malaysia, yakni Kampung Setaas, Distrik Bau Residen Kuching, Sarawak, Malaysia.

“Akibat banyak anak- anak yang putus sekolah itu akhirnya menjadi buruh di Malaysia," tambah Gustian.

Infrastruktur jalan buruk juga berdampak kepada belum adanya jaringan listrik dan jaringan internet di desa tersebut.

“Masyarakat meminta pemerintah pusat bisa membagi pembangunan jalan, agar anaknya dapat sekolah dan hasil ladang dan kebunnya dapat dikeluarkan untuk dijual ke pasar,” sebut Gustian.

https://regional.kompas.com/read/2020/08/18/13083801/infrastruktur-buruk-anak-perbatasan-rentan-putus-sekolah-dan-jadi-buruh-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke