Salin Artikel

Malu Kakinya Diamputasi, Bocah 8 Tahun Ini Tak Mau Sekolah

Dia tidak bisa lagi merasakan dunia bermain layaknya anak-anak seusianya semenjak dirinya kehilangan kaki kirinya.

Nando sapaan akrab bocah ini harus menjalani aktivitas sehari-hari dengan duduk di kursi roda.

Kakinya harus diamputasi akibat penyakit kanker tulang yang diderita saat Nando berusia 6 tahun.

Sejak itu, Nando tidak mau bersekolah lagi lantaran merasa malu kepada teman-temannya melihat kondisi tersebut.

Ibundanya, Okti Christiana (45) harus meluangkan waktu khusus untuk mendampingi Nando belajar di rumah.

Cita-cita Nando, menjadi seorang tentara pun kandas.

Paha bengkak

Okti bercerita anaknya divonis oleh dokter mengidap kanker tulang sejak tahun 2019. Sebelumnya, Nando sempat mengeluh karena paha kaki kirinya membengkak selepas bermain.

Saat itu, Nando sedang bersekolah di TK. Okti mengira anaknya hanya kecapekan seperti biasa lalu dipijat secara tradisional.

Namun, selang beberapa lama bengkak di kakinya semakin membesar sehingga Okti memutuskan memeriksakan Nando ke rumah sakit.

"Awalnya saya pikir itu bengkak biasa. Tapi jalannya kok pincang. Ternyata baru bilang kalau habis jatuh saat bermain, makanya saya bawa ke tukang pijit tradisional. Tapi setelah dua bulan kemudian bengkaknya makin membesar maka saya periksakan ke RS Bhayangkara Semarang," ujar Okti saat dihubungi, Minggu (16/8/2020).

Saat diperiksa, dokter mengatakan bahwa kaki Nando hanya memar biasa lalu diberikan obat peredam memar.


Menangis saat divonis kanker

Namun, setelah kaki Nando diobati, lukanya tak kunjung sembuh. Saat malam hari, Nando tak bisa tidur karena mengeluh kesakitan. Lantas, Okti memeriksakan kembali ke RS Bhayangkara untuk melakukan rontgen.

Saat itu dokter mengetahui bahwa awalnya Nando terkena tumor sehingga dirujuk ke RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang.

"Kami disuruh rujuk ke RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang, barulah diketahui jika anak saya ternyata terkena kanker tulang," katanya.

Setelah dari RSUD KRMT Wongsonegoro, Nando kembali dirujuk ke RSUP Kariadi Semarang untuk dilakukan tindakan operasi pengambilan jaringan di kakinya.

Kanker serang paru, kaki harus diamputasi

Setelah menjalani pengobatan kemoterapi, dokter mengetahui kanker tersebut telah menyerang paru-paru.


Lalu dokter menyarankan agar kaki kiri Nando diamputasi supaya kanker tersebut tidak menyebar.

"Mendengar hal itu, saya dan Nando kaget lalu menangis bersama," ucapnya.

Okti pun tak menyangka harus menerima kenyataan pahit tersebut.

"Orangtua mana yang mau melihat anaknya kehilangan kakinya," ungkapnya.

Setelah hampir satu tahun, akhirnya Nando merelakan untuk kakinya diamputasi.

"Kaki kiri Nando diamputasi bulan kemarin, tepatnya 14 Juli 2020 pukul 10.00 WIB," ujarnya.

Okti mengaku biaya rumah sakit di tanggung oleh BPJS. Namun, Nando tetap harus melakukan kemoterapi secara rutin.


Ibunda berjuang seorang diri walau tak berpenghasilan

Kendati demikian, Okti tetap harus berjuang seorang diri demi kesembuhan putranya.

Suaminya Stefanus Andre Rutyanto telah meninggal dunia sejak 8 tahun lalu. 

Belum lagi, Okti harus banting tulang mencukupi kedua anaknya yang lain.

Sementara penghasilan Okti sehari hanya Rp 60.000 per hari dari pekerjaannya sebagai penjaga kantin sekolah di Sedes Sapientiae Semarang.

Tak sampai di situ, kehidupan dirasa semakin berat setelah dihantam pandemi Covid-19.

Sekolahan tempatnya bekerja harus ditutup karena beralih pembelajaran daring.

Kini, Okti tak berpenghasilan. Dia mengaku terpaksa meminjam uang dari saudara untuk memenuhi kebutuhan.

Pasrah ke Tuhan

Dengan kondisi tersebut, Okti tetap menguatkan diri dan memberikan motivasi kepada Nando agar semangat menjalani hidup.

"Apapun akan saya lakukan untuk anak saya. Dan semua saya serahkan kepada Tuhan untuk menjaga anak-anak saya," ucap Okti dengan nada haru.

Okti berharap ketika Nando kelak beranjak remaja kondisinya bisa dipasang kaki palsu sehingga bisa beraktivitas layaknya orang normal.

"Nando memang sempat cita-cita jadi tentara. Untuk kondisi saat ini memang tidak mungkin cita-cita itu akan terwujud." ungkapnya.

Asesmen dinsos

Terpisah, Kabid Rehabilitasi Sosial Dinsos Kota Semarang, Tri Waluyo mengatakan dalam waktu dekat pihaknya akan berupaya melakukan asemen terkait kondisi Nando untuk menemukan solusi.

Selain itu, pihaknya juga akan menjembatani kepada Dinas Penidikan agar Nando mau bersekolah lagi.

"Tim Dinsos akan melakukan asesmen untuk menemukan solusinya seperti apa. Dan menjembatani agar semangat bersekolah lagi," ujarnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/08/16/19010001/malu-kakinya-diamputasi-bocah-8-tahun-ini-tak-mau-sekolah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke