Salin Artikel

Saat Sepucuk Surat Anak Kecil Itu Sentuh Hati Gubernur Ganjar: Saya Trenyuh...

Kepada Ganjar Pranowo, bocah itu menulis mimpinya melanjutkan sekolah dengan kondisi kelainan kakinya.

"Pak Ganjar, saya ingin kaki saya sembuh. Saya ingin sekolah," tulis Vea, sapaan anak itu.

Tulisan Vea merepresentasikan harapannya melanjutkan pendidikan di SD, namun sempat terhalang penolakan dari sekolah lantaran kondisi fisiknya.

"Waktu saya telepon, saya trenyuh. Ternyata Vea sudah 11 tahun," kata Ganjar.

"Kemudian saya tanya 'Vea, kamu mau enggak masuk sekolah?' Dia jawab: mau tapi saya minta ke negeri (sekolah), Pak. Boleh-boleh," kata Ganjar, Jumat (14/8/2020).

"Vea sudah dapat sekolah negeri. Kasusnya sama seperti di Purworejo masuk ke sekolah negeri. Tapi masuk keluar masuk keluar, ya enggak apa-apa," ujar Ganjar.

Kondisi Vea, lanjut Ganjar, berbeda. Bahkan sebelumnya, menurut keterangan ibunda Vea, anaknya tergolong siswa yang cerdas.

"Tapi si Vea ini agak beda karena dia sakitnya, maaf ya di kakinya. Anaknya sehat. Sudah boleh di sekolah negeri. Jadi konsepnya inklusi. Dia (Vea) bisa bersekolah pakai kursi roda," jelas Ganjar.

Anak-anak penyandang disabilitas, ujar dia, juga memiliki bakat masing-masing.

Gubernur meminta, semua sekolah menyiapkan diri dengan sistem inklusi bagi anak berkebutuhan khusus.

"Harapan kita semua sekolah bisa menyiapkan diri menjadi inklusi. Karena kita tidak pernah tahu bakat anak-anak penyandang disabilitas yang punya talenta khusus. Maka semua (sekolah) harus siap-siap menjadikan sekolah inklusi," tegasnya.

Bahkan ibunda Vea, Adin Puji Utami sempat menangis meminta sekolah menerima putrinya.

"Saya pernah memohon-mohon dan menangis supaya bisa masuk SD, tapi tetap tak diterima. Mau diperiksakan untuk terapi, tapi kami tak punya biaya. Kasihan Vea. Semoga ada dermawan yang mau membantu," ungkap Adin.

Sekolah umum menyarankan Vea melanjutkan pendidikan ke Sekolah Luar Biasa (SLB).

"Anak saya itu hanya cacat tulangnya, namun untuk otak dan mentalnya alhamdulillah normal. Namun kenapa sekolah umum ditolak. Kami tolak tawaran ke SLB," kata Adin.

Vea rupanya mengalami kelainan fisik pada tulang kaki.

Jangankan untuk berjalan, berdiri saja Vea tak mampu.

Gadis kecil itu baru bisa mengangkat punggung dan duduk di usia delapan tahun.

Sedagkan orangtuanya, Adin dan Gimin tak memiliki biaya mengobati Vea.

Meski harus menggunakan kursi roda, kata Adin, putrinya termasuk anak yang pintar ketika bersekolah di Taman Kanak-Kanak.

"Semangatnya tinggi dan terhitung pintar. Membaca, menghitung dan menulis lancar. Jadi materi pelajaran mudah dipahaminya," tutur Adin.

Sudah dikunjungi wakil bupati Blora

Menyusul kejadian itu, Wakil Bupati Blora Arief Rohman mengunjungi Vea dan keluarganya.

Dalam kunjungan itu, Vea kaki Vea diperiksa oleh ahli terapi dari BBRSPDF Prof Dr Soeharso Surakarta.

Arief memastikan, akan mengawal pengobatan dan terapi Vea hingga ia bisa berdiri dan berjalan.

"Kami akan kawal bersama agar Dik Vea lebih baik lagi. Komunikasi Vea lancar kok, bisa membaca dan menulis," tutur Arief.

Pemkab Blora juga berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Blora perihal sekolah Vea.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Puthut Dwi Putranto Nugroho, Riska Farasonalia | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief, Dony Aprian)

https://regional.kompas.com/read/2020/08/14/15455121/saat-sepucuk-surat-anak-kecil-itu-sentuh-hati-gubernur-ganjar-saya-trenyuh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke