Salin Artikel

Pasutri Ini "Sulap" Karung Goni Bekas Jadi Tas dan Dompet, Omzetnya Jutaan Rupiah

Pasutri yang tinggal di Jalan Semangka, Kelurahan Kejuron, Kecamatan Taman, Kota Madiun, itu menyulap karung goni bekas menjadi kerajinan tangan berkualitas seperti tas, dompet, taplak, dan suvenir menarik lainnya.

Kerajinan tangan berbahan karung goni itu digandrungi banyak orang. Fatma banyak mendapatkan pesanan dari masyarakat di luar Kota Madiun.

“Kalau di lokal masih jarang yang membeli. Saya malah banyak menjual ke luar kota via online,” kata Fatma kepada Kompas.com, Selasa (11/8/2020).

Fatma mengaku, kerajinan tangannya sudah terjual ke Sumatera, Palu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Makassar, Palembang, Kalimantan, Bogor, dan Jakarta.

Selama pandemi Covid-19, Fatma dan suaminya kebanjiran pesanan.

Ramah lingkungan

Sebelum membuat kerajinan berbahan karung goni, Fatma dan Yusuf pernah membuat usaha produk rajutan.

Namun, ia memutuskan beralih menggunakan karung goni bekas karena lebih diminati banyak orang.

Fatma juga tertarik menggeluti kerajinan dari bahan itu karena dinilai ramah lingkungan, unik, aman, dan tahan lama.

Fatma mengaku belajar dari dunia maya untuk membuat kerajinan unik dari karung goni bekas.

Saat awal memulai usaha, ibu dua anak itu kesulitan mencari bahan baku di wilayah Kota Madiun.

”Adanya karung goni pabrikan namun harganya agak mahal dan kemudian tekstur dan kualitasnya kurang memadai,” ungkap Fatma.


Tak ingin kehilangan peluang, Fatma memutar otak. Saat itu, banyak tetangganya yang merupakan pedagang di pasar.

Mereka memiliki stok karung goni bekas. Karung goni dibeli dengan harga Rp 10.000 per lembar.

Sedangkan harga karung goni baru mencapai Rp 50.000 per lembar.

Fatma lalu menyortir karung goni bekas yang berkualitas bagus dan bisa dipakai.

Karung goni itu lalu direbus dan dicuci bersih. Fatma kemudian membakar serabut karung goni bekas itu.

Menurutnya, karung goni bekas tersebut telah steril dan bisa dijadikan sebagai bahan baku. Fatma tinggal memotong dan menjahit karung goni itu menjadi kerajinan yang diinginkan.

“Setelah bersih kami amati dulu lembaran kain karung goni mana yang bisa diapakai. Karena bisa jadi satu lembar kain goni tidak bisa terpakai semua. Harus dipilih teksturnya disesuaikan dengan produk yang akan dibuat,” ungkap Fatma.

Jadi berbagai kerajinan

Dari karung goni itu, Fatma membuat tas, dompet, tempat tisu, taplak meja, dan suvenir. Kerajinan itu dibuat bersama suaminya.

“Dulu suami pernah kerja di luar. Tetapi sekarang memilih membantu saya untuk memajukan usaha kami,” jelas Fatma.


Menurutnya, butuh waktu tiga hari untuk membuat satu kerajinan. Sementara, kerajinan yang rumit seperti tas berukuran 40x35 centimeter membutuhkan waktu lebih lama.

Apalagi pembuatan tas harus disesuaikan dengan teksturnya. Sedangkan tas kecil dan dompet bisa banyak dibuat dalam sehari.

Untuk harga jual produk paling murah seperti dompet kecil dibanderol Rp 35.000. Sedangkan produk yang termahal berupa tas dengan harga mencapai Rp 250.000.

Tas buatannya, kata Fatma, sangat diminati banyak orang. Konsumennya mengakui keunikan tas berbahan karung goni itu.

Apalagi, para pembeli bisa memesan tas sesuai bentuk dan desain yang mereka inginkan.

Untuk menjual produk menawannya itu, Fatma menawarkan barang dagangannya lewat media sosial, salah satunya melalui akun instagram Charu Dhatri Costum Bag.

Agar tak ketinggalan zaman, Fatma berupaya menciptakan model handycraft yang banyak dicari orang.

Dari hasil kerja kerasnya bersama sang suami, Fatma memiliki omzet sekitar Rp 4 juta hingga Rp 5 juta per bulan.

“Omzetnya berkisar empat hingga lima juta per bulan,” ujar Fatma.

Tak hanya membuat kerajinan tangan yang unik dan menarik, pemanfaatan kain goni bekas diharapkan dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan.

https://regional.kompas.com/read/2020/08/13/06160061/pasutri-ini-sulap-karung-goni-bekas-jadi-tas-dan-dompet-omzetnya-jutaan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke