Salin Artikel

Awan Tsunami di Langit Aceh...

Awan tersebut dikenal sebagai awan Arcus atau sering disebut awan tsunami.

Awan tersebut sempat membuat warga Meulaboh terkejut. Tak sedikit yang mengaitkannya dengan mitos-mitos kebencanaan.

Munculnya awan tsunami tersebut hanya berlangsung sekitar 30 menit. Setelah itu awan terbawa angin dan cuaca mendung sepanjang hari.

Menurut Aidil salah satu warga Meulaboh mengatakan, banyak masyarakat yang mengabadikan momen tersebut.

“Warga memang terkejut ya, selain heran, mereka juga banyak yang mengabadikan fenomena alam ini dengan telepon selulernya, juga tidak sedikit mengaitkan dengan mitos-mitos kebencanaan," jelas Aidil.

"Tapi fenomena ini tidak berlangsung lama, hanya setengah jam kemudian awan terbawa angin, lalu cuaca pun mendung sepanjang hari,” lanjutnya.

Hal yang sama juga disampaikan warga lainnya, Sabrina. Ia mengatakan munculnya awan menyerupai tsunami tersebut sempat membuat warga takut.

“Kami juga sempat takut melihat awan yang begitu hitam pekat, menakutkan sekali. Jarang ada peristiwa seperti ini,” katanya.

Sementara itu Abdurrani (50) mengatakan kemunculan awan itu mirip seperti gelombang tsunami yang mengerikan pada tahun 2004 silam.

“Perasaan saya tadi pagi saat menyaksikan gumpalan awan raksasa seakan mirip dengan gelombang tsunami, sebab penampakannya sangat mengerikan,” ujarnya dikutip dari Serambinews.com.

Sementara itu Kasi Data BMKG Stasiun Sultan Iskandar Muda, Zakaria mengatakan awan tsunami adalah fenomena yang langka.

Ia menyebutkan, awan tsunami adalah bagian dari awan kumulonimbus yang bisa memicu angin kencang hinga hujan es.

Biasanya awan tsunami terjadi daerah yang tak begitu luas sehingga tidak dapat dipantau satelit.

"Awan ini merupakan bagian dari awan CB (kumulonimbus). Awan ini merupakan awan rendah dan biasanya berada pada satu level (single level)," katanya.

"Awan ini juga dapat menimbulkan angin kencang, hujan lebat, bisa juga terjadi kilat, petir, angin puting beliung atau hujan es," lanjut Zakaria.

Untuk itu, ia mengimbau agar warga tak berada di lokasi terbuka jika melihat awan tersebut.

Hal yang sama juga dijelaskan Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko.

Menurutnya fenomena awan bergulung ini disebut sebagai awan roll atau roll cloud.

Ia menyebutnya sebagai fenomena alami yang biasa terjadi. Roll cloud adalah salah satu jenis awan Arcus (Arcus cloud).

Menurut Hary, terdapat dua jenis awan Arcus, yaitu shelf clouds dan roll clouds.

Awan Arcus merupakan awan rendah, panjang, dan tipis yang terkait dengan awan hujan disertai kilat atau petir, dan angin kencang.

"Awan tersebut terkadang terlihat di bawah awan cumulonimbus," ujar Harry, saat dihubungi Kompas.com, Senin (10/8/2020).

Awan ini berbentuk kolom horizontal yang dapat menggelinding atau bergulung panjang, jika awan tersebut mengalami perbedaan arah angin di lapisan bagian atas dan bawah.

Biasanya, hal ini terjadi saat suatu aliran udara dingin yang turun dari awan cumulonimbus sampai mencapai tanah.

"Udara dingin tersebut diindikasikan menyebar dengan cepat di sepanjang tanah, kemudian mendorong udara lembap dan hangat yang ada di sekitarnya ke atas," paparnya.

Kala itu video dan foto fenomena awan tsunami viral di media sosial setelah diunggah oleh akun Facebook Putra Siswanto.

Terlihat gumpalan awan berwarna gelap dan terang di langit Kepulauan Selayar.

Saat dikonfirmasi, Putra mengatakan foto dan video tersebut direkam saat apel kesiapsiagaan di wilayah Kabupaten Selayar skeitar pukul 07.45 Wita.

Terkait fenomena tersebut, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa kejadian "awan tsunami" dikategorikan dalam jenis awan stratus.

"Pada foto/video itu terlihat jenis awan stratus. Setidaknya ada 2 lapis. Yang terang itu awan stratus yang lebih tinggi," ujar Thomas saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/1/2020).

Ia menyebut jika awan stratus terbentuk karena pertemuan udara hangat yang mengandung uap air dengan udara dingin di ketinggian tertetu.

Selain itu, bentuk awan jenis stratus ini juga ditentukan dengan dinamika atsmosfer di daerah pembentukan awan.

Artinya, jika dinamika atmosfer itu aktif, maka diperkirakan dapat makin tebal membentuk awan stratonimbus (awan hujan lembaran).

Adapun awan stratonimbus akan buyar dengan turunnya hujan, atau menipis karena tertiup angin.

"Ada yang berbentuk lembaran, disebut awan stratus. Dan ada yang berbentuk gerombolan awan, disebut kumulus," ujar Thomas.

Meski begitu, kemungkinan muncul awan stratus ini bisa terjadi di mana saja baik siang hari maupun malam hari.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Daspriani Y Zamzami, Mela Arnani Retia Kartika Dewi | Editor: Aprillia Ika,, Inggried Dwi WedhaswarySari Hardiyanto)

https://regional.kompas.com/read/2020/08/11/14540001/awan-tsunami-di-langit-aceh-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke