Salin Artikel

Merasa Diminta Mundur dari Sekolah Secara Halus, Pelajar Difabel Ini Menangis di Samping Ibunya

BONDOWOSO, KOMPAS.com - MHA, pelajar SMPN 2 Tamanan marah. Sebab, dia mendengar bahwa sekolah tidak menghendaki dirinya karena cacat fisik.

Namun, dia tidak bisa meluapkan amarahnya. 

Setelah itu, dia mengeluarkan air mata di samping ibunya. Saat itu, pelajar itu ikut ibunya ke sekolah.

Tujuannya untuk menyerahkan tugas sekolah yang dikerjakan secara online.

“Hari Senin kemarin saya diminta datang ke sekolah oleh guru untuk menyerahkan tugas anak,” kata AS, ibu dari MHA, kepada Kompas.com, saat ditemui di rumahnya, Selasa (4/8/2020).

AS heran, sebab pengumpulan tugas biasanya hari Selasa. Namun dirinya dipanggil pada hari Senin.

“Saya tanya, ternyata memang hari Senin untuk saya,” tutur dia.

AS berangkat bersama anaknya ke sekolah. Namun, tiba di sekolah, tidak hanya untuk menyerahkan tugas anaknya, tapi kepala sekolah bersama guru justru bertanya tentang kondisi anaknya.

Apakah nyambung dengan pelajaran, apakah bisa mengikuti ujian dan lainnya.

Dari percakapan dengan guru dan kepala sekolah, AS menilai sekolah sudah tidak sanggup untuk mengajar anaknya.

Dia menilai, sekolah meminta mundur sang anak dengan cara yang halus.


“Mendengar itu anak saya marah, tapi dipendam,” terang dia.

Lalu saat mendengar hendak disekolahkan di tempat lain, MHA meneteskan air mata. Saat itu, sang ibu membawa pulang anaknya.

Setiba di rumah, MHA menangis. Sementara, sang ibu kembali ke sekolah mengembalikan buku pelajaran yang sudah diterima.

“Sekolah minta buku pelajaran itu dikembalikan, saya kembalikan,” tutur dia.

Sepulang dari mengembalikan buku, AS masih melihat anaknya tetap menangis.

Namun, sang ibu berusaha untuk meyakinkan anaknya.

Kedua orangtua MHA menyesali sikap sekolah. Sebab, saat pendaftaran masuk ke SMPN 2 Tamanan, sekolah sudah mengetahui kondisi MHA, yakni mengalami keterbatasan fisik.

“Guru SD-nya juga sudah menjelaskan kondisi anak saya pada SMPN 2,” terang dia.

Namun, setelah proses pembelajaran secara online digelar, sekolah mempertanyakan kondisi MHA.

Mulai dari kemampuan mengikuti pelajaran, kemampuan ikut ujian dan lainnya.

Kepala SMPN 2 Tamanan Murtaji mengatakan, bahwa siswa tersebut memang sudah diterima oleh SMPN 2 Tamanan.

Dia sudah mengikuti kegiatan sekolah secara online.

"Kemarin orangtuanya datang ke sekolah konsultasi," ucap dia.

Murtaji menanyakan kondisi MHA saat masih di SD, apakah bisa mengikuti ujian seperti pelajar lainnya.

Selain itu, bagaimana ketika mengikuti proses belajar mengajar saaat masih SD, apakah juga bisa nyambung dengan pelajaran.

Dia berdalih pihak sekolah ingin mencari solusi terkait pembelajaran siswa tersebut.

Sebab, sekolah yang dipimpinnya tidak ada guru khusus untuk mengajar pelajar penyandang disabilitas.

Para guru khawatir tidak bisa mengajar anak tersebut dengan baik.

Namun, pertemuan tersebut tidak ada solusi dan sekolah ragu untuk meneruskan sekolah anak tersebut.

Akhirnya, sang ibu memutuskan untuk membawa pulang anaknya dan meminta keluar dari sekolah.

“Ibu yang minta anak itu mundur, mau di sekolah di SLB, ya saya persilahkan,” terang dia.

https://regional.kompas.com/read/2020/08/04/17085951/merasa-diminta-mundur-dari-sekolah-secara-halus-pelajar-difabel-ini-menangis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke