Salin Artikel

YouTuber Berulah, Demi Konten Bagikan Daging Berisi Sampah

Edo dan satu temannya, Dicky Firdaus (20)diamankan dari rumahnya masing-masing pada Sabtu (1/8/2020) malam.

Video yang berjudul "PRANK BAGI BAGI DAGING KE EMAK-EMAK ISINYA SAMPAH" diunggah diakun YouTube pada Jumat (31/7/2020).

Di video berdurasi 11 menit 56 detik tersebut, terlihat Edo dan dua temannya membagikan kantong plastik kepada dua perempuan.

Edo menyebut plastik tersebut berisi daging kurbang. Dua perempuan tersebut terlihat bergembira dan mengucapkan terimakasih kepada Edo.

Namun Edo meminta agar bingkisan tersebut dibuka setelah dia pergi.

Sesaat setelah Edo pergi, dua perempuan tersebut membuka bungkusan yang disebut berisi daging. Betapa terkejutnya mereka saat mengetahui jika bingkisan tersebut berisi sampah.

Edo kemudian terlihat menghampiri dua perempuan tersebut dan meminta maaf. Ia kemudian memberikan uang Rp 500.000 untuk masing-masing perempuan tersebut.

"Maaf ya, Bu, cuma prank. Ini uang Rp 500.000 untuk beli daging ya, Bu," ujar Edo.

Video tersebut dikecam oleh banyak warganet Hingga Minggu (2/4/2020) sore video prank tersebut ditonton lebih dari 610.000 kali, di-like 3.700, dan dislike sebanyak 128.000.

Ia mengatakan video tersebut sudah disetting untuk keentingan konten. Bahkan ia menyebut korban perempuan dalam video tersebut adalah ibu dari Edo.

Menurut Makmun, tindakan yang dilakukan oleh Edo hanya kenakalan remaja untuk mencari sensasi.

Untuk itu keluarga meminta agar Edo dibebaskan.

"Ini hanya kenakalan remaja, kalau harapan kami bisa dibebaskan," kata Makmun.

Sebelum menjadi YouTuber, Edo sempat bercerita kepada sang paman untuk membuat konten di kanal YouTube.

"Pernah cerita buat-buat video begitu, saya kurang paham jadi tidak terlalu dihiraukan," ujarnya.

Prank yang dilakukan Edo bukanlah yang pertama. Pada Iadul Fitri 2020 lalu, menurut Makmun, keponakannya juga pernah membuat prank serupa yakni membagikan THR dalam amplop yang ternyata kosong.

Saat itu keluarga sempat menasihati Edo. Namun ternyata ia mengulang kesalahan yang sama.

"Saya baru tahu dia bikin video ini saat diamankan polisi malam kemarin. Yang diamankan ada dua orang, satu itu temannya saya kurang tahu tapi," jelasnya.

"Video hoaks daging berisi sampah ini membuat masyarakat resah sehingga pelaku kita tahan," kata Anom saat melakukan gelar perkara di Polrestabes Palembang, Senin (3/8/2020).

Tim patroli Siber yang mendeteksi adanya kegaduhan di video tersebut langsung melakukan penyelidikan dan menangkap tersangka Edo bersama Diky.

"Dari perkara ini, kita menyita barang bukti berupa handphone, akun e-mail, dan seluruh akun medsos milik tersangka kemudian pakaian yang mereka gunakan," ujar Kapolrestabes.

Anom menyebut ada empat orang yang terlibat dalam video tersebut yakni Edo dan Dicky serta dua kamerawan.

Saat ini dua kamerawan YouTuber Edo Saputra yang merekam video prank tersebut masuk Daftar Pencarian Orang (DPO).

Mereka adalah Hadi Jaya Karim dan Istiqomah alias RAAM.

"Dua orang kameramen ini kita tetapkan DPO karena mereka terlibat dalam pembuatan video prank tersebut," kata Anom.

Namun, perbuatan mereka salah karena membuat video yang tidak mendidik dengan memberikan kantong yang disebut berisi daging kurban, tetapi ternyata diisi sampah.

Saat ini polisi telah menyita akun YouTube milik Edo.

"Dalam pembuatan konten tersebut, korbannya adalah orangtua pelaku sendiri. Ini sudah di-setting tersangka. Akunnya juga kita sita," ujarnya.

Dengan kejadian ini, masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan medsos serta membuat konten lebih mendidik.

"Ini jadi untuk pengalaman dan pembelajaran bermedsos yang baik, ketika memproduksi menyiarkan konten tentu dinikmati khalayak umum," ungkapnya.

Sementara itu Edo mengaku telah menjadi konten kreator sejak 2019 lalu. Saat itu akun YouTube yang dikelolanya berisi teaser video berita dan ia mengantongi penghasilan Rp 5 juta per bulan.

Namun seiring waktu berjalan, Edo memiliki ambisi untuk meningkatkan subscriber dengan membuat konten sampah.

"Dari THR sampai daging isi sampah itu korbannya saya kenal semua. Karena orang terdekat saya," kata Edo saat di Polrestabes Palembang, Senin (3/8/2020).

Edo mengatakan ia terlebih dahulu memberitahu kepada ibunya akan membuat video prank sampah itu.

"Awalnya ibu menolak, tapi tetap saya lakukan," katanya.

Untuk meningkatkan jumlah pengikut, Edo bahkan mengeluarkan pernyataan kotor dengan memakan bulu bagian tubuhnya jika telah menembus 10.000 subscriber.

"Saya menyesal telah membuat konten ini. Mulanya ini channel teaser berita tapi karena saya ingin subscriber-nya naik kami buat channel begitu konten ini ide saya sendiri, "jelasnya.

Sedangkan tersangka Diky Firdaus (20), mengaku belum mendapatkan hasil apapun sejak mengikuti Edo sebagai YouTuber.

"Saya tidak bekerja, jadi hanya bantu-bantu Edo saja. Kalau uang belum dikasih," ungkapnya.

Namun seharusnya konten prank tidak merugikan orang lain baik secara material ataupun nonmaterial.

Untuk menghentikannya, Fahmi mengatakan dibutuhkan tindakan tegas dari otoritas hukum sepertu kepolisian.

"Ini harus dari otoritas menurut saya, harus ditegakkan, karena ini bukan lagi hanya online, tapi sudah offline, dia kan turun di lapangan, menipu orang," kata dia.

"Harus ada konsekuensi, polisi yang bergerak, ini urusannya sudah urusan polisi kalau ingin menegakkan ini," lanjut Fahmi.

Jika tidak ada efek tegas yang menimbulkan efek jera, mereka akan mencontoh kasus-kasus sebelumnya dan mengulanginya.

"Ini menjadi catatan bagi polisi, penting untuk menjaga masyarakat agar tidak diginiiin (dijadikan korban prank). Jadi (pelaku) jangan dilepas begitu saja, enggak ada efek jeranya," ujar Fahmi.

Fahmi mengatakan, upaya perlawanan secara online, misalnya dengan melaporkan (report) konten di platform yang digunakan sudah tidak lagi efektif.

"Me-report itu enggak efektif, malah semakin diramaikan di media sosial dan enggak ada apa-apanya, kita (pembuat konten) senang," jelas Fahmi.

Sementara itu aktivis digital sekaligus social media advocates, Enda Nasution mengatakan penyelesaian secara hukum tidak efektif untuk menangani permasalahan ini.

"Hukum enggak efektif, karena memang bukan masalah hukum. Kalau ada kerugian materi, jiwa, fitnah, pencemaran nama baik, hoaks atau ujaran kebencian baru masalah hukum," sebut Enda.

Ia menilai, kreator konten prank kontroversial seperti ini harus diberi sanksi sosial, misalnya dengan tidak ditonton videonya, diboikot, tidak lagi diikuti akunnya, atau melaporkan akun yang bersangkutan kepada pihak YouTube.

"Yang kasus kemarin prank yang ke transgender (kasus Ferdian Paleka) coba dicek sekarang kasus hukumnya sampai mana, jangan-jangan sudah dilepas, kasus hukumnya sudah berhenti," kata Enda.

Saat ini, yang bersangkutan memang sudah dibebaskan dari tahanan karena laporan dicabut, dan sudah berdamai dengan korban.

"Ya itu paling damai, mau sampai pengadilan juga enggak kuat kasus hukumnya, karena enggak ada pasal yang dilanggar," ujar dia.

Menurut Enda, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menghentikan atau menghilangkan konten prank di YouTube harus dilakukan oleh YouTube itu sendiri.

"Karena ada orang yang masih suka (konten prank), jadi kalau mau menghilangkan konten prank di YouTube harus YouTube-nya yang melarang dengan alasan yang kuat. Begitu juga di platform lain, IG, FB, Twitter dan lainnya, minta dilarang/dihapus," jelas Enda.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Aji YK Putra, Luthfia Ayu Azanella | Editor: David Oliver Purba, Aprillia Ika, Inggried Dwi Wedhaswary)

https://regional.kompas.com/read/2020/08/04/08380011/youtuber-berulah-demi-konten-bagikan-daging-berisi-sampah

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke