Salin Artikel

Iseng Berkebun Hidroponik di Tengah Pandemi Covid-19, Pemuda Ini Raup Jutaan Rupiah

MADIUN, KOMPAS.com - Henrye Aan, pemuda asal Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, tak menyangka keisengannya mengembangkan sayuran dengan teknik hidroponik mendatangkan berkah bagi dirinya.

Banyaknya industri rumah tangga dan usaha yang jatuh di tengah pandemi Covid-19 rupanya tak berlaku bagi Henry.

Semenjak pandemi corona bergulir, pemuda ini malah kebanjiran order sayur-mayur hidroponiknya.

“Satu kali panen bisa sampai 40 kg sampai 50 kg per tanaman dan banyak yang ludes terjual. Satu kilogram sayur hidroponik kami jual Rp 10.000 untuk kangkung dan Rp 25.000 untuk selada,” ujar Aan, belum lama ini.

Dengan penjualan itu, maka satu bulan pemuda itu dapat meraup untung bersih Rp 4 juta per bulan.

Dari hasil bercocok tanam sayuran hidroponik, ia pun dapat mencukupi kebutuhan keluarganya.

Kisah sukses Aan berawal saat ia mulai hobi menanam berbagai sayuran dengan metode konvensional.

Namun, lantaran lahan yang dimiliki di rumah sempit, ia mencoba mengembangkan bertanam sayur dengan teknik hidroponik agar pencapaian panennya maksimal.

Sebagai langkah awal, Aan membuat semacam green house dengan ukuran sekitar 10 x 10 meter.

Di green house itu, beraneka macam sayuran berwarna hijau dan segar ditanam dengan metode hidroponik.


Untuk belajar bertanam dengan teknik hidroponik, Aan lebih banyak mengandalkan belajar di dunia maya.

Tak hanya itu, ia pun banyak memiliki bacaan artikel dari majalah pertanian tentang cara bertanam sayuran dengan teknik hidroponik.

Dari coba-coba plus mencari banyak referensi di dunia maya, ia dapat memanen aneka tanaman sayur dengan teknik hidroponik.

Keseriusannya mengelola dan bertanam aneka sayuran dengan hidroponik berujung pada banyaknya permintaan produk sayurannya.

Apalagi, saat ini, pangsa pasar sayuran hidroponik makin luas dan dicari banyak orang. Untuk itu ia terus mengembangkan aneka sayuran yang banyak diminati di pasaran.

Saat awal memulai menanam dengan metode hidroponik ini, Aan mampu memanen 10 kg sampai 20 kg untuk sayur kangkung dan selada.

Seiring dengan makin luasnya lahan dan banyaknya tanaman yang dikembangkan, saat ini ia bisa memanen hingga mencapai 50 kilogram.

Masa panennya pun beraneka ragam. Semisal sayur kangkung itu masa tanamnya 15 hari sudah panen.

Sementara, selada masa tanamnya sampai 30 hari.

Saat panen tiba, beberapa tanaman seperti selada langsung dibeli langsung oleh konsumen tetapnya.


Di masa pandemik, kata Aan, bertanam sayur dengan teknik hidroponik merupakan alternatif berkebun hingga bisa mendatangkan penghasilan bagi masyarakat perkotaan.

Apalagi, lahan di perkotaan sempit sehingga bertanam dengan teknik hidroponik bisa menjadi pilihan yang gampang.

Tak hanya itu, sayuran hidroponik diklaim lebih sehat dibandingkan sayuran konvensional. Sebab, bertanam sayuran dengan teknik hidroponik bebas dari pestisida.

Tak ingin sukses sendiri, ia tak pelit ilmu. Tetangga dan warga lain yang ingin bertanam dengan teknik hidroponik pun diajarinya.

Lumbung sayur

Keberhasilan Aan mengembangkan sayuran dengan teknik hidroponik bersama warga menjadikan Kelurahan Rejomulyo dipilih sebagai kampung tangguh karena dinilai dapat menjadi lumbung pangan di tengah pandemi Covid-19.

"Kampung ini tangguh karena dapat menangani ekonomi rakyat di bawah," ujar Wali Kota Madiun, Maidi.

Menurut Maidi, banyak warga Kelurahan Rejomulyo membudidaya sayur hidroponik, serta sayur-mayur yang ditanam organik atau tanpa pestisida, seperti selada, kangkung, mentimun, dan tanaman toga.

Selain dikonsumsi sendiri, hasil panen tanaman hidroponik dan organik dijual ke berbagai daerah.

Bahkan, sebagian dibagikan gratis antarwarga yang disiapkan di kios berbagi bahan makanan.

Maidi akan menjadikan Kelurahan Rejomulyo menjadi percontohan wisata budidaya sayur sehat.

Selain itu, akan menjadi skala prioritas sebagai jalur wisata sepeda.

https://regional.kompas.com/read/2020/08/03/08314561/iseng-berkebun-hidroponik-di-tengah-pandemi-covid-19-pemuda-ini-raup-jutaan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke