Salin Artikel

Ini Penjelasan Lengkap Warga yang Depan Rumahnya Ditembok Tetangga karena Kotoran Ayam

Diketahui konflik tersebut membuat M menembok jalan di depan rumah Wisnu.

Bahkan, selama tiga tahun Wisnu harus memanjat tembok setinggi satu meter untuk keluar masuk rumahnya.

Informasi awal yang didapatkan Kompas.com dari kepala desa setempat, permasalah Wisnu dan M karena kotoran ayam.

Ayam peliharaan Wisnu kerap membuang kotoran di depan rumah M. Tak senang, M kemudian menembok jalan di depan rumah Wisnu yang diklaim sebagai tanahnya.

Sedangkan pihak desa menyebut tanah tersebut milik desa, bukan milik M.

Kepada Kompas.com, Wisnu mengatakan, sebenarnya permasalahan awal adalah lahan di samping rumah Wisnu yang dulunya milik Khoirul Anam, sahabat dekatnya, akan dijual kepada M.

Khoirul kemudian meminta Wisnu berbicara kepada M. Namun, jual beli batal karena tidak menemui kata sepakat soal harga. 

“Kalau awalnya soal tanah, bukan ayam karena saya tidak pelihara ayam. M ini menawar lahan milik teman saya Rp 6 juta, padahal harganya Rp 17 juta. Akhirnya dibeli oleh Pak Budi Sumanto (warga),” ujar Wisnu saat ditemui di rumahnya, Senin (27/7/2020).

Sejak saat itu Wisnu merasa M memberikan perlakukan berbeda terhadap dirinya.

Wisnu menambahkan, selain permasalahan jual beli lahan, M juga mempersoalkan rencana Wisnu merehab rumah bambunya.

Karena pembangunan dan pengangkutan material akan melewati rumah M, Wisnu meminta izin kepada tetangganya itu. Meski sebenarnya tak akan mengganggu rumah M.

“Tapi bilangnya mau bangun hotel, mau bangun rumah terserah, tapi malah dipagar tembok,” katanya.

Karena kejadian itu Wisnu sempat mengontrak rumah di Jalan Jawa untuk menghindari M.

Sebelum dipagar tembok, jalan masuk ke rumah Wisnu sempat dipagar kawat berduri oleh M.

Pihak desa mencoba memediasi keduanya. Saat proses mediasi, M malah mengaku menembok depan rumah Wisnu karena kesal ayam peliharaan Wisnu buang kotoran sembarangan.

Namun, Wisnu menjelaskan bahwa ayam tersebut bukan miliknya, tetapi milik tetangganya.

Meski sudah dijelaskan, M tetap enggan untuk membongkar tembok tersebut.

Kompas.com mencoba mengonfirmasi hal tersebut ke M yang berada persis di sebelah rumah Wisnu.

Namun, rumah tersebut tampak sepi dan dikunci. Terlihat sejumlah barang bekas seperti botol dan plastik air mineral berserak di teras rumah.

“Jarang di rumah kalau pagi. Suaminya kerja bangunan, pulangnya malam," ujar Wisnu.

Kepala Desa Gandukepuh Suroso saat ditemui di ruang kerjanya mengatakan, persoalan pemagaran kawat berduri bisa diselesaikan oleh kepala dusun setempat.


Rumah kepala dusun berada di depan rumah M.

“Iya pernah dipagar kawat berduri, tapi bisa diselesaikan oleh kasun,” ujarnya.

Suroso menambahkan, pihak desa akan membongkar pagar tembok yang memagari rumah Wisnu.

Dia memastikan jalan yang dipagar oleh M merupakan jalan desa.

“Itu dari dulu jalan desa. Rencananya hari Rabu besok kita akan bongkar pagar temboknya,” ucap dia.

Sebelumnya diberitakan, depan rumah Wisnu Widodo, warga Desa Gandukepuh, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, Jatim, ditembok tetangganya M karena masalah kotoran ayam.

Penembokan dilakukan pada 2017. Sejak saat itu Wisnu dan keluarganya harus memanjat tembok untuk keluar masuk rumah.

“M sama suaminya lewat kadang kadang mlecoki telek (menginjak tahi ayam) yang memicu masalah. Akhirnya ya dipagar itu,” kata Kepala Desa Gandukepuh Suroso.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/27/15355101/ini-penjelasan-lengkap-warga-yang-depan-rumahnya-ditembok-tetangga-karena

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke