Salin Artikel

Sulitnya Cari Sumber Air di Gunungkidul, Mengebor Kedalaman 160 Meter hingga Pakai Geolistrik

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Upaya mencari sumber air untuk mengatasi kekeringan tak berlangsung mulus.

Di Kalurahan Pacarejo, Kapanewon Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, meski pemerintah setempat sudah mengebor ratusan meter nihil sumber air.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul mulai menyalurkan bantuan air bersih ke 8 dusun yang mengalami kekeringan parah. 

Lurah Kalurahan Pacarejo Suhadi mengakui, dua dusun yakni Peyuyon dan Banyumanik sudah ada jaringan PDAM namun demikian aliran airnya tidak maksimal.

Kadang keluar, dan kadang tidak sehingga warga sulit mendapatkan air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Pemerintah Kalurahan mencoba berkomunikasi dengan PDAM agar distribusi air maksimal namun hingga kini masih sama.

"Jadi kebutuhan sama suplai air itu tidak imbang, PDAM-nya kadang keluar kadang tidak," ucap Suhadi saat dihubungi melalui sambungan telepon Selasa (21/7/2020).

Dijelaskannya, pemerintah kalurahan sudah berupaya mencari sumber air di dua padusunan yang menjadi langganan kesulitan air bersih setiap tahunnya.

Seperti di Banyumanik, pernah bekerja sama dengan salah satu lembaga mencari sumber air menggunakan geolistrik pada tahun 2018 lalu.

Saat sudah ditentukan lokasi dan dibor sampai kedalaman 160 meter air tak kunjung keluar, akhirnya pengeboran dihentikan. 

Sementara wilayah Peyuyon juga dilakukan pencarian sumber air menggunakan geolistrik, namun dicari sampai ke beberapa titik tidak ditemukan.

Suhadi mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan air, warga sekitar dua padukuhan itu membeli air bersih dari tangki swasta sebesar Rp 80.000 pertangki.

"Upaya mencari solusi terus dilakukan namun belum maksimal," Kata Suhadi.

Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki mengatakan, untuk hari pertama droping air bersih dilakukan di Kecamatan Semanu yakni di Padukuhan Peyuyon, dan Banyumanik, Kalurahan Pacarejo. Kemudian, Padusunan Ngalangombo, dan Sendang di Kalurahan Dadapayu.

Selain itu, Kecamatan Rongkop di Kalurahan Karangwuni di Padukuhan Karangwuni dan Kerdonmiri. Selain itu di Kalurahan Semugih Padukuhan Kemesu.

"Untuk tahun ini tahap pertama dilakukan dua Kecamatan Semanu dan Rongkop. Masing-masing padukuhan akan mendapatkan kiriman 4 kali," kata Edy.

Dijelaskan, tahun ini pihaknya mengaggarkan Rp 700 juta untuk droping air bersih.

Wilayah yang sudah mulai terdampak kekeringan di enam kapanenwon, dengan jumlah jiwa mencapai 101.181 orang.

Adapun kapanewon yang sudah melaporkan data kekeringan di antaranya Girisubo, Tepus, Rongkop, Saptosari, Paliyan dan Saptosari.

Dijelaskan, pihaknya sudah meningkatkan status siaga darurat kekeringan sejak Mei 2020 lalu, hal ini agar masyarakat mewaspadai potensi kekeringan.

Saat memasuki puncak kemarau kemungkinan akan ada tambahan permintaan droping air dari kapanewon seperti Patuk, Gedangsari, Ngawen hingga Semin.

Diakuinya, untuk droping air bersih saat ini pihaknya hanya bisa menggunakan 4 tangki dari 7 tangki milik BPBD. Hal ini lantaran 2 tangki harus menjalani perawatan karena rusak, dan 1 tangki digunakan untuk cadangan.

"Setiap tahun kita laporkan terkait kondisi kendaraan kita," kata Edy. 

https://regional.kompas.com/read/2020/07/23/10130451/sulitnya-cari-sumber-air-di-gunungkidul-mengebor-kedalaman-160-meter-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke