Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Kisah Pilu Kinem Penderita Kanker Selama 11 Tahun | 5 Anak Bertahan Hidup Saat Ibu Dikarantina

KOMPAS.com - Nasib memperihatinkan dialami Kinem, penderita kanker asal Kecamatan Wonosamudro, Boyolali, Jawa Tengah.

Pasalnya, selama 11 tahun dirinya harus berjuang melawan penyakit yang dideritanya.

Akibat benjolan besar yang berada di bagian bawah mulutnya itu, bahkan menyebabkan giginya rontok, lidahnya menjulur, hingga membuatnya susah untuk berbicara.

Berbagai upaya pengobatan sudah berusaha dilakukan pihak keluarga, namun penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh dan justru semakin parah.

Sementara di Jombang, Jawa Timur, kisah pilu dialami keluarga Zulfaidah Mursidah (37).

Pasalnya setelah sang suami meninggal, Zulfaidah juga harus menjalani karantina di rumah sakit karena hasil rapid test menunjukkan reaktif.

Saat menjalani karantina lebih dari sebulan itu, lima anaknya hanya diberi bekal Rp 500.000 untuk bertahan hidup.

Meski sudah satu bulan dikarantina, ternyata belum juga mendapat kepastian kapan bisa kembali pulang.

Alasannya karena hasil tes swab hingga saat ini belum juga keluar.

Dua berita tersebut menjadi perhatian pembaca Kompas.com.

Berikut ini lima berita populer nusantara selengkapnya.

Nasib pilu dialami Kinem, penderita kanker asal Kecamatan Wonosamudro, Boyolali, Jawa Tengah.

Pasalnya, selama 11 tahun ia menderita penyakit kanker yang dideritanya.

Suami Kinem, Nursam mengaku saat ini hanya bisa pasrah menerima keadaan nasib istrinya.

Sebab, selama belasan tahun sejak istrinya sakit itu berbagai pengobatan sudah ia coba lakukan namun hasilnya tetap nihil dari kesembuhan.

Akibat kanker yang dideritanya itu, bahkan membuat sang istri susah menelan makanan dan sulit berbicara.

Benjolan pada mulut bagian bawahnya terlihat semakin membesar hingga menyebabkan giginya rontok dan lidahnya terlihat menjulur ke luar.

Kisah pilu dialami Zulfadli Mursidah (37), warga Desa Kepuhkembeng, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Pasalnya setelah suaminya meninggal, ia harus menjalani karantina lebih dari sebulan di rumah sakit setelah dinyatakan reaktif rapid test.

Ironisnya, lima anaknya hanya diberi bekal uang Rp 500.000 untuk bertahan hidup saat ditinggal menjalani karantina.

Listi Nur Khafifah (32), adik Zulfadli, menyesalkan sikap pemerintah daerah yang seolah tidak peduli dengan warganya tersebut.

Sebab, selama kakaknya dikarantina itu tak ada bantuan yang didapatkan untuk membantu meringankan beban anak-anaknya.

Terlebih lagi, meski sudah menjalani karantina lebih dari sebulan, kepastian Zulfidah tertular corona dan kapan pulangnya juga tidak jelas. Alasannya, karena hingga saat ini hasil swab tesnya belum juga keluar.

Melalui akun media sosialnya, Jerinx menantang Jubir Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Riau, dr Indra Yovi untuk membuktikan kebenaran Covid-19.

Hal itu dilakukan Jerinx, karena Covid-19 dianggap hanya konspirasi.

Meski demikian, Yovi tak mau terpancing dengan aksi penabuh drum SID tersebut.

Menurutnya, yang ingin dilakukan saat ini hanya fokus menangani Covid-19.

"Alangkah baiknya kalau kita tidak kehilangan fokus menangani Covid-19, dan melakukan lebih banyak hal yang positif dibandingkan menghabiskan energi untuk hal yang tidak perlu," ungkap Yovi kepada wartawan, Jumat (17/7/2020).

Seorang nenek bernama Runtikah (83), warga Desa Kradenan, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, mengaku kehilangan uang Rp 1,4 juta.

Padahal uang tersebut didapatkan dari bantuan pemerintah atau BLT selama pandemi corona.

Meski uang yang hilang itu bagi sebagian orang nominalnya tidak seberapa, namun untuk Runtikah cukup berarti.

Terlebih selama ini ia hidup seorang diri dan sudah tidak bisa melihat.

Uang tersebut hilang saat disimpan di bawah bantal.

"Kalau maaf BH lama kan ada kantongnya, uang disimpan di situ, digulung, ditempatkan di bawah bantal. Mbah Runtikah baru sadar uangnya hilang sore harinya," kata pegiat sosial, Hadi Nugroho, Jumat (17/7/2020).

Karena setelah dicari tidak ditemukan, warga akhirnya berinisiatif menggalang dana untuk diberikan kepada Runtikah.

Bukannya bangga, Bupati Kabupaten Alor, Amon Djobo justru kesal setelah mendapat predikat wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Pasalnya, predikat yang diberikan itu dianggap tidak sesuai kenyataan.

Sebab, Amon menilai kinerja yang dilakukan dari Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Pemkab Alor masih tidak maksimal.

"Dua minggu bupati tutup kantor keuangan karena pekerjaan, pelayanan tidak maksimal. BPK campur tangan tentang masalah keuangan Kabupaten Alor. Oleh karena itu BPK harus bertanggung jawab saya tutup kantor itu. Saya yang bupati, bukan mereka," ujar Amon.

Saking emosinya, Amon juga diketahui sempat mengumpat dan menjemur para ASN dari BKAD setelah mengetahui predikat dari BPK itu.

Sumber: KOMPAS.com (Penulis : Fadlan Mukhtar Zain, Moh. Syafií | Editor : Khairina, David Oliver Purba, Setyo Puji, Michael Hangga Wismabrata)

https://regional.kompas.com/read/2020/07/19/06450041/-populer-nusantara-kisah-pilu-kinem-penderita-kanker-selama-11-tahun-5-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke