Salin Artikel

Sulitnya Tembus Pedalaman Krayan Kaltara, Logistik KPU Diangkut dengan Kerbau dan Diserbu Ribuan Lintah

NUNUKAN, KOMPAS.com – Hutan Krayan, sebuah wilayah di pedalaman Nunukan Kalimantan Utara yang merupakan perbatasan RI – Malaysia menyimpan sejuta pesona.

Keindahan alami dan oksigen murni dengan dihuni ragam hayati khas hutan Kalimantan masih demikian asri dan lestari.

Namun, di balik keindahan tersebut, tersimpan sesuatu yang menakutkan, apalagi bagi yang baru menginjakkan kaki di daerah ini.

Ribuan lintah merambat memenuhi dedaunan muda. Keberadaannya yang demikian banyak menjadi salah satu kendala dalam pengiriman logistik ke Desa Wa’Yagung.

Desa Wa'yagung salah satu desa terisolir yang konon merupakan lokasi pengungsian penduduk setempat saat ada wabah penyakit Lepra menjangkiti wilayah pedalaman tersebut sekitar tahun 1972.

Untuk mencapai daerah ini, kita harus menyewa ojek dengan motor biasa yang dimodifikasi layaknya motor trail.

Anggaran yang harus dikeluarkan juga cukup menguras kantong, sekitar Rp.800.000 sampai Desa Bungayan, desa yang terdekat dari Wa’Yagung.

Jarak Wa’Yagung dari desa ini masih 8 jam perjalanan yang hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki.

Kondisi jalanan berlumpur bak kubangan memang menjadi tempat kesenangan kerbau, sehingga jalanan ke Wa’Yagung disebut jalan Kerbau.

"Dan kami mengirim logistik ke Wa’Yagung menyewa kerbau, harganya sekitar Rp.2 juta, kerbaulah yang menyeret logistik kita di gerobak tanpa roda," tutur Komisioner KPU Nunukan Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM, M.Rusli Khairuddin , Sabtu (18/7/2020).

Untuk menelusuri jalanan kerbau, masyarakat setempat berperan sebagai penunjuk jalan.

Mereka berada di depan rombongan, berperan layaknya tameng pelindung untuk yang di belakang.

Mereka menyibak pohon pohon layaknya semak belukar, lintah lintah sebesar ibu jari orang dewasa menempel dan menggembung di badan penduduk tersebut.

Tak ada rasa geli atau sakit yang dirasakan penduduk sekitar, kebiasaan dan tantangan hutan tersebut bukan hal aneh bagi mereka.

‘’Jadi kalau berhenti istirahat, mereka mencabut lintah yang memenuhi badan mereka, lintahnya jadi gemuk gemuk karena sedot darah. Mereka bilangnya malah jadi terapi alami untuk kesehatan,’’kata Rusli menuturkan obrolannya dengan penduduk Wa’Yagung.

Waktu istirahat bagi petugas pengirim logistik dan masyarakat tergantung dari kerbau.

Ketika kerbau menemukan kubangan dengan air yang cukup banyak, kerbau pasti berhenti, berendam dalam lumpur sekaligus makan tanaman muda di sekitarnya.

‘’Jadi kalau dari Desa Bungayan kita berangkat pukul 08.00 Wita, sampai Wa’Yagung itu pukul 18.00 Wita. Jalanan lumpur dan memang hanya bisa pakai tenaga kerbau untuk mengangkut barang kita,"lanjut Rusli.

Gambaran ini menjadikan KPU Nunukan nelangsa, butuh waktu dan tenaga ekstra untuk menempuh Wa’Yagung sementara anggaran yang dimiliki untuk biaya transportasi sama dengan daerah lain.

Rusli mengatakan, butuh perhatian serius dari semua yang memiliki kebijakan, desa dengan jumlah DPT sekitar 128 orang menurut data 2019 ini masih demikian tradisional, namun demikian demi hak pilih, maka tantangan tersebut menjadi tugas yang diembankan di pundak KPU.

"Kami tidak punya pilihan. Wa’Yagung dengan segala kondisinya memang tantangan berat, tapi mereka memiliki hak suara yang sama dan dijamin konstitusi negara ini."katanya.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/18/19142601/sulitnya-tembus-pedalaman-krayan-kaltara-logistik-kpu-diangkut-dengan-kerbau

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke