Salin Artikel

Saat Bupati Luwu Utara Jadi Korban Banjir dan Mengungsi Bersama Warga

Bupati Indah mengungsi ke kantor bupati karena rumah jabatannya terendam lumpur setinggi 2 meter.

Ia mengatakan berkas-berkas penting seperti ijazah dan SK tak ada satu pun yang terselamatkan termasuk kendaraan pribadinya.

“Yang ada sedikit pakaian itupun di bagian-bagian atas, kendaraan roda dua dan empat semua ikut terendam,” kata Indah saat dikonfirmasi, Jumat (17/7/2020) dini hari.

Menurut Indah, kondisi pengungsi di titik-titik pengungsian mulai terkena penyakit seperti flu dan demam.

Hal tersebut membuat Indah khawatir dengan potensi penyebaran Covid-19 walaupun Luwu Utara sudah menjadi zona kuning dan pasien positif corona melandai.

“Tentu ini menjadi perhatian khusus apalagi masih dalam kondisi ada potensi penyebaran Covid-19, meskipun Luwu Utara sebenarnya dalam beberapa waktu terakhir ini sudah melandai dan sudah menjadi zona kuning."

"Tetapi saya kira itu menjadi tantangan dan kami sudah meminta kepada rekan-rekan di Dinas Kesehatan yang terbagi dalam beberapa posko untuk mulai kembali membagikan masker mengingat warga banyak yang kehilangan masker akibat banjir,” ucap Indah.

“Jaringan komunikasi ini harus diperbaiki agar terjadi hubungan komunikasi dengan pihak pihak luar dan keluarga para korban, selain itu jaringan listrik harus diperbaiki cepat,” kata Nurdin saat dikonfirmasi di lokasi, Kamis (16/7/2020).

Ia mengatakan Banjir yang merendam 6 kecamatan di Luwu Utara akibat meluapnya sungai Rongkong di Sabbang, Sungai Meli di Baebunta dan Sungai Masamba di Masamba, menurut Nurdin Abdullah, disebabkan karena faktor cuaca iklim yakni curah hujan yang tinggi.

“Daerah aliran sungai yang ada di Luwu Utara kalau dilihat dari kondisi air setiap hari di atas itu sangat terjaga, cuma memang hasil analisa, ada satu masalah di hulu dengan kelerengan yang curam tidak didukung dengan agregat tanah yang kompak,” ucap Nurdin.

Ia menegaskan pihaknya akan segera membangun rumah hunian sementara yang layak bagi para korban bencana.

"Yang paling mendesak adalah rumah hunian sementara. Kami akan segera bangun bersama pemerintah Luwu Utara dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia," ungkapnya.

"Hunian sementara ini juga tipe 36, jadi ada dua kamar. Nanti ada Mandi Cuci Kakus (MCK) portable. Lokasinya kami sudah siapkan di Desa Radda. Kebetulan milik pejabat kepala desa," jelas Bupati Luwu Utara, seperti dalam keterangan tertulisnya.

Keputusan tersebut diambil setelah Bupati Luwu Utara melakukan rapat koordinasi dengan Gubernur Sulawesi Selatan ( Sulsel), Panglima Komando Distrik Militer Hasanuddin, Kepala Kepolisian Daerah Sulsel, dan Kejaksaan Tinggi Sulsel di Ruang Bupati Luwu Utara, Kamis (16/7/2020).

Adapun terkait jumlahnya rumah sementara, Indah mengatakan, masih terus dilakukan pendataan.

Namun yang paling utama menempati rumah sementara tersebut adalah mereka yang mengungsi di tenda-tenda.

Berdasarkan laporan yang diterima, Indah menjelaskan, saat ini warga di pengungsian juga kekurangan air bersih dan sarana MCK.

"Sekaligus nanti kami buat MCKnya. Termasuk kebutuhan pokok lainnya tetap jadi perhatian. Alhamdulillah saya liat banyak bantuan nih yang masuk," ujarnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Amran Amir, Inang Jalaludin Shofihara | Editor: Khairina, Mikhael Gewati)

https://regional.kompas.com/read/2020/07/18/06260091/saat-bupati-luwu-utara-jadi-korban-banjir-dan-mengungsi-bersama-warga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke