Salin Artikel

Tak Semua Bisa Belajar Online, Guru di Kabupaten Bogor Punya Metode Sendiri

Meskipun sebagai guru honorer, Joko memastikan kegiatan belajar mengajar tidak berhenti di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.

Joko terkadang lupa beristirahat demi memastikan muridnya bisa belajar jarak jauh dengan baik sesuai perintah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Menghadapi tantangan

Sekolah dengan sistem online bukan tanpa masalah.

Tidak semua dari 300 siswa yang ada di sekolah dasar tersebut dapat benar-benar nyaman belajar melalui sistem daring.

Minimnya infrastruktur teknologi informasi atau jaringan internet menjadi kendala utama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh.

Tidak semua orangtua mampu membelikan gawai bagi anaknya sebagai sarana pembelajaran daring.

Selain tidak terjangkau akses internet, masyarakat di pedesaan juga hidup di bawah garis kemiskinan. Terlebih lagi saat pandemi, ekonomi masyarakat ikut terdampak.

Belum lagi kondisi geografis menyulitkan yang memaksa para guru melintasi perbukitan untuk mengembangkan model pengajaran yang baru untuk lebih kreatif.

Joko dan para guru lainnya akhirnya menciptakan metode pembelajaran baru.

Sistem estafet

Adapun metode tersebut melibatkan enam guru.

Mereka mengunjungi rumah para murid secara door to door, kemudian meluangkan waktu memberi penugasan secara estafet kepada setiap siswa.

Lewat cara itulah para guru ingin tetap menjaga kesehatan anak-anak, karena ancaman wabah Covid-19 masih terus mengintai.

"Modelnya dititip-titip ke temannya dari satu rumah ke rumah lain, estafet gitu. Dititip tugas itu buat temannya yang kenal, karena kan ada ratusan anak, bahaya juga kalau kita datangin semua," ucap Joko kepada Kompas.com, kemarin.


Menurut Joko, pembelajaran tatap muka terkadang sangat mengkhawatirkan psikologis orangtua, guru dan siswa.

Untuk itu, para guru yang berkeliling mengurangi intensitas pertemuan dengan sistem estafet.

Kerelaan guru demi muridnya

Menurut Joko, para guru sebenarnya menghadapi dilema, karena takut tertular virus corona.

Namun, para guru juga memikirkan bahwa tidak mungkin selalu melakukan pembelajaran jarak jauh, karena dinilai kurang efektif bagi perkembangan pendidikan anak SD.

"Iya mau tidak mau mengajar ke rumah lagi atuh Pak. Susah sinyal di sini, itu juga SDM masyarakatnya begitu, HP tidak semuanya punya. Kalau di kota, mungkin masih bisa diusahakan. Kalau kampung begini sulitlah. Sudah gitu rumahnya juga seperti apa, boro-boro beli android, buat makan saja susah," kata Joko.

Joko bersama guru lainnya hanya bisa pasrah menunggu hasil rapat menghadapi tahun ajaran baru setelah masa PSBB transisi selesai pada 16 Juli 2020.

Apabila sekolah masih diliburkan, maka sistem pembelajaran dengan skema jarak jauh itu akan tetap berlanjut.

Sementara itu, Wakil Bupati Bogor Iwan Setiawan mengakui bahwa pelaksanaan pembelajaran di tengah pandemi tidak bisa dipukul rata.

Kondisi sekolah dan siswa di Kabupaten Bogor cenderung heterogen. Oleh karena itu, pemberlakuan belajar di rumah dengan sistem online tidak bisa diterapkan di semua wilayah.

"Untuk yang di luar jangkauan alat dan fasilitas online, kita akan upayakan bisa secara offline. Namun, dengan pengetatan jumlah di ruangan, karena apa bedanya dengan mengajar di rumah 4-5 orang anak dan di sekolah? Lebih aman di sekolah, asalkan protokol kesehatannya dipatuhi dan diperketat," kata dia.

Iwan mengatakan, pihaknya akan berupaya merumuskan konsep paten agar tidak ada yang dirugikan dari penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB).

Tidak hanya para murid, tetapi juga menguntungkan para guru secara keamanan kesehatan dan kepastian kesejahteraan.

Menurut Iwan, kebijakan yang diambil tidak boleh bertentangan dengan Gugus Tugas dan aspirasi para guru serta elemen pendidikan lainnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/15/15541221/tak-semua-bisa-belajar-online-guru-di-kabupaten-bogor-punya-metode-sendiri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke