Salin Artikel

Sulitnya Bersekolah Lagi di Tengah Pandemi Corona...

KOMPAS.com - Tahun ajaran 2020/2021 telah dimulai di tengah pandemi Covid-19, tepatnya pada 13 Juli 2020. 

Para siswa dan guru di sekolah pun mulai cara-cara baru untuk belajar dan mengajar.

Salah satunya menggelar kegiatan belajar mengajar di rumah, dengan menggunakan internet. Internet menjadi penopang utama kegiatan siswa dan guru secara tersebut.

Sayangnya, tak semua siswa memiliki fasilitas tersebut dengan memadai untuk memulai belajar.

Berikut ini sederet cerita perjuangan siswa untuk bersekolah lagi di saat pandemi:

Sejumlah anak-anak kurang mampu di Kampung Tumpang, Kelurahan Maricaya Selatan, Kota Makassar, terpaksa belajar di pinggir tempat pemakaman umum (TPU) Dadi.

Pasalnya, orangtua mereka tak mampu membeli kuota internet.

Kondisi para siswa tersebut membuat salah satu anggota Polsekta Mamajang, Aiptu Paleweri, terpanggil untuk membantu.


“Saya lihat, banyak anak dari keluarga tidak mampu tidak bisa sekolah online. Orang-orangtua mereka kesulitan membeli kuota internet, sehingga saya memasukkan jaringan internet," ujar Paleweri saat ditemui Kompas.com, Sabtu (4/7/2020).

Paleweti menjelaskan, saat ini ada sebanyak murid SD 26 orang, 24 orang siswa SMP, 7 orang siswa SMA dan sebanyak 4 orang anak yang putus sekolah ikut belajar bersama di TPU Dadi.

Di tahun ajaran 2020/2021, Pemkot Jambi mengambil langkah untuk membantu sekitar 500 siswa yang kurang mampu dan berada di zona kuning, diperbolehkan sekolah.

Menurut, Juru Bicara Gugus Tugas Kota Jambi, Abu Bakar, 500 siswa tersebut tidak memiliki ponsel dan daerahnya belum ada akses internet.

"Kita buka sekolah dengan dua metode, yakni tatap muka dan online. Yang mampu online dan tidak muka. Tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat," kata Abu Bakar, juru bicara Gugus Tugas Kota Jambi, Senin (13/7/2020).

Sementara itu, gangguan jaringan internet sempat mengganggu proses Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) SMP Negeri 10 Kota Salatiga, Jawa Tengah.

Sejumlah siswa, menurut Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Salatiga Yati Kurniawati, kesulitan mengakses link di aplikasi yang disediakan.

Selain gangguan tersebut, sejumlah siswa juga terkendala karena tidak mempunyai ponsel.

"Aplikasi yang digunakan adalah Microsoft Teams dengan mode Live Event untuk Meeting," jelasnya, Senin (13/7/2020) saat dihubungi.

Namun, dirinya berharap akan segera ada solusi dari pemerintah agar seluruh siswa bisa belajar bersama.

"Dengan adanya jaringan internet gratis, setidaknya bisa membantu siswa dan orangtua," jelasnya.

Kondisi geografis yang ada di perbukitan, membuat sejumlah siswa di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terpaksa naik turun gunung saat belajar online.

Salah satunya Alodia Daffa Sinanta, siswa SMP warga Dusun Petir B, Desa Petir.

"Ya capek, karena harus membawa buku banyak terus naik gunung. Apalagi saat puasa seperti saat ini," ucap Alodia.

Ayah Alodia, Warisna, mengatakan, selama pandemi corona, pihak sekolah memang sudah menerapkan belajar di rumah. Semua materi dan tugas sekolah pun disampaikan secara online.

Hal itu membuat 21 siswa SD hingga SMA di Dusun Petir B harus mendaki Gunung Temulawak setiap kali mengirimkan tugas ke gurunya.

"Anak-anak menaiki Gunung Temulawak yang cukup tinggi. Terletak di sebelah selatan dusun," kata Warisna, yang juga merupakan Kepala Dusun Petir B, saat dihubungi.

(Penulis: Kontributor Makassar, Hendra Cipto, Kontributor Jambi, Suwandi Kontributor Ungaran, Dian Ade Permana | Editor: Khairina, Farid Assifa, Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://regional.kompas.com/read/2020/07/13/18080021/sulitnya-bersekolah-lagi-di-tengah-pandemi-corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke