Salin Artikel

90 Dokter Terlibat dalam Operasi Pemisahan Bayi Kembar Siam Anaya dan Inaya

Pasalnya tim dokter dari RSUD Dr Soetomo Surabaya yang akan memimpin proses operasi pemisahan belum bisa ke Lombok Timur karena wabah corona.

Tim dokter dari Dr Soetomo dipanggil karena lebih berpengalaman menangani operasi bayi kembar siam.

Direktur RSUD dr Raden Soedjono, Selong-Lombok Timur, dr Tantowi Jauhari mengatakan, kedua orangtua Anaya dan Inaya, Husniati (40) dan Jupri (39) harus memahami situasi pandemi Covid-19 ini dan tetap sabar.

"Surabaya masih pandemi di sana. Tim medis yang dari Surabaya belum bisa ke sini, mereka sibuk juga di sana dengan Covid. Pemerintah Surabaya juga tidak akan mengizinkan mereka ke sini. Operasi ini juga harus benar-benar benar aman karena kita khawatir juga kembar siam akan tertular Covid-19," kata Tantowi kepada Kompas.com, Rabu (1/7/2020).

Pihak RSUD Soedjono sementara ini hanya bisa mempersiapkan pra-operasi Anaya dan Inaya.

Siapkan 90 orang tim medis

Tantowi menjelaskan, yang menjadi pertimbangan utama adalah keselamatan Anaya dan Inaya agar tidak tertular Covid-19.

Terlebih tim dokter dan perawat yang akan melakukan proses operasi dari RSUD dr Soetomo berjumlah 40 orang.

Sementara jumlah tim dari RSUD Soedjono 50 orang.

Tim tersebut terdiri dari tim pemeriksa, tim yang bekerja di ruang operasi,  ada dokter bius, dokter bedah, ada yang akan mengurus iccu anak, dan lainnya.

Terkait dengan kesiapan alat jika nanti ada beberapa alat yang belum bisa dipenuhi RSUD Soedjono, dibutuhkan supervisi dari RSUD Provinsi NTB tempat meminjam alat kesehatan yang dibutuhkan.

"Kita menjaga betul agar proses operasi pemisahan nanti benar-benar aman. Apalagi ini baru pertama kali dilakukan di RSUD Soedjono Selong, tentu akan menjadi sejarah yang baik bagi NTB," kata Tantowi.

Dari segi sumber daya manusia, RSUD Soedjono telah mengirim dua tenaga perawat (perawat khusus anak dan iccu anak) untuk dilatih di RSUD Dr Soetomo. Namun, karena corona mereka dipulangkan.

Iimu dan pengalaman yang mereka dapatkan akan dibagikan mereka pada perawat lainnya.

Mengingat yang lebih berat adalah memastikan kembar siam Anaya dan Inaya bisa melewati pasca-operasi.

Kondisi Anaya dan Inaya

Pertumbuhan Anaya dan Inaya sangat baik. Di usia 1,3 tahun, berat keduanya lebih dari 14 kilogram.

kedua orangtua mereka, Husniati dan Jupri bahkan kesulitan mengendong keduanya yang juga sangat aktif.

"Berat menggendong keduanya, tapi saya kan ndak bisa minta bantuan orang lain kecuali bapaknya karena ndak boleh digendong orang lain. Harus steril pesan Pak dokter, sekalian karena menunggu proses operasi, juga karena Covid-19 ini," kata Husniati.

Pemeriksaan terakhir secara menyeluruh dilakukan Desember 2019. Tim dokter dari Surabaya juga datang.

Husniati berharap banyak dari hasil pemeriksaan itu. Hanya satu keinginannya agar bayi kembarnya bisa dipisahkan.

"Kalau saya lihat mereka, salah satunya saling geret ketika hendak bergerak menggapai sesuatu, hati saya rasanya hancur. Saya tidak tega melihatnya," kata Husnati menempelkan tangannya ke dada.

Dari hasil pemeriksaan Inaya dan Anaya, dokter spesialis anak RSUD Soedjono Selong, Putu Dian Saraswati sempat menyampaikan pendapatnya di hadapan sejumlah anggota Komisi II DPRD Lombok Timur pada akhir Juni 2020/

Dian mengatakan, bayi kembar siam telah menjalani serangkaian pemeriksaan secara mendetail oleh tim dokter, baik tim dokter RSUD Dr Soetomo atau pun RSUD Soedjono.

Dokter Dian menjelaskan bahwa Inaya dan Anaya telah diperiksa oleh Ketua Tim Pusat Penanganan Kembar Siam Terpadu (PPKST) RSUD Dr Soetomo, dr Agus Harianto, dokter bedah anak, dokter spesialis jantung, dan bedah syaraf.

"Anaya normal, sementara Inaya ada kebocoran jantung sedikit yang menurut pemeriksaan, kemungkinan akan menutup sendiri setelah usianya dua tahun dan tidak akan menganggu tindakan operasinya," kata Dian.

Dari hasil pemeriksaan lengkap terhadap Inaya dan Anaya, baik melalui pemeriksan Ultrasonography (USG) maupun CT Scan, semua organnya lengkap, kecuali hati,

"Jadi kalau hati dari pengalaman tim RSUD Dr Soetomo, hati bisa dipisahkan nanti akan tumbuh sendiri," jelas Dian.

Dengan seluruh penjelasan tersebut, Tantowi yakin operasi bayi kembar siam akan berjalan lancar.

Tantowi mengatakan, apabila operasi tersebut berhasil akan menorehkan prestasi bersama dan membawa nama NTB.

Banyak pihak yang berperan di situ, tidak hanya medis, tetapi didukung oleh pemerintah daerah Kabupaten Lombok Timur.

"Karena jika ini berhasil, keberhasilan ini nanti adalah wajah daerah. Bisa mengangkat nama dan peran Pemkab Lombok Timur dan NTB dalam menangani masalah kesehatan termasuk penanganan bayi kembar siam. Jika berhasil, ini pertama kali dalam sejarah di NTB. Meski pun kita masih mendatangkan tenaga ahli, tapi kita di daerah mampu melakukan itu, " kata Tantowi.

Berdasarkan data dari sejumlah rumah sakit dan Dinas Kesehatan NTB, sejumlah bayi kembar siam pernah lahir di NTB dan semuanya dilaporkan meninggal dunia.

Di antaranya, bayi kembar siam asal Mataram bernama M Noval dan M Faras (3 bulan), putra pasangan Ahmad Ridwan (38) dan Widyawati (28).

Keduanya terlahir dempet pada bagian dada dan perut (thoraco omphalopagus), atau  mengalami kelainan jantung dan pembuluh darah. Keduanya meninggal dunia 22 Juli 2009.

2012, lahir bayi kembar siam dari Dusun Jelanteng, Desa Sekotong Timur, Kecamatan Lembar Lombok Barat.

Bayi tersebut dempet dada dan perut. Keduanya dilahirkan di atas kendaraan dalam perjalanan ke rumah sakit dan meninggal dunia di perjalanan sebelum tiba di RSUD  Patut Patuh Pajtu, Lombok Barat.

Lima tahun kemudian, 10 April 2017 lahir bayi kembar siam berjenis kelamin laki laki asal Dusun Genang Genis, Desa Ketaro, Kecamatan Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa.

Putra pasangan Fathul Bahri dan Zuhriyah yang belum memiliki nama ini meninggal dunia.

Keduanya lahir dengan dua kepala dan leher, satu tubuh, dua kaki dan tiga tangan. Sempat menjalani perawatan di RSUD Provinsi NTB.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/03/20051171/90-dokter-terlibat-dalam-operasi-pemisahan-bayi-kembar-siam-anaya-dan-inaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke