Salin Artikel

Sering Terdengar Teriakan, Terapi Autisme Diprotes Warga, Pemilik Mengaku Salah dan Segera Pindah

Rumah terapi yang dinaungi Yayasan Amanah tersebut sudah beroperasi selama enam tahun. Namun warga menyebut, selama ini pengurus rumah terapi tersebut tak komunikatif dengan warga.

Aminah pengurus rumah terapi autisme Terapi Amanah enggan menanggapi protes warga tersebut. Namun Aminah mengakui kesalahan dan sedang berkemas untuk pindah dari wilayah tersebut.

Selama melakukan terapi di rumah tersebut, Aminah mengatakan ada beberapa metode yang diterapkan pada anak autis yang datang ke tempat terapinya.

Setiap anak autis yang datang ditangani dengan metode berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak.

"Untuk metode kami memakai beberapa metode, menyesuaikan dengan kebutuhan anak, karena masing-masing anak beda kasus. Ada ABA (lovas), floor time, glendoman dan beberapa metode lain disesuaikan kondisi anak," ujar Aminah.

Djoko mengatakan warga curiga ada kejanggalan dengan metode terapi yang digunakan oleh pengurus.

Ia juga mengatakan sebagian rumah terapi tersebut tuga digunakan untuk indekos.

"Kalau yang saya tahu, rumah itu entah itu dikontrakkan atau bagaimana, yang pasti salah satunya digunakan untuk terapi anak autis. Sebagian lagi ada yang digunakan untuk orang indekos," kata Djoko.

Tak hanya itu. Djoko mengatakan jika tempat terapi tersebut tidak pernah memberikan izinnya kepada pihak RT.

"Saya juga sempat tanya kepada RT sebelum-sebelumnya, dan mereka juga menjawab tidak pernah menerima izin tersebut. Kalau orang Jawa itu ya unggah-ungguhnya itu lho mas, baru kemarin saat warga ramai (mempermasalahkan) kami diberi tahu," jelasnya.

Djoko menjelaskan, ia dan pengurus RT RW serta Babinsa sempat mendatangi tempat terapi tersebut pada pertengah Ramadhan lalu.

Kedatangan mereka untuk melakukan sosialisasi penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Setelah didatangi, pihak pengurus baru memberikan surat izin, daftar pengurus, serta daftar nama anak didik yang menjalani terapi di tempat tersebut kepada pengurus RT.

Perasaan tersebut muncul karena warga sering memdengar teriakan pengasuh di rumah terapi tersebut.

Selain itu Suparti menyebut, anak didik di rumah terapi tersebut sering menangias.

"Sebenarnya warga di sini tidak mempermasalahkan anak didiknya, tapi metode yang dilakukan itu yang membuat warga di sini tidak tega, kasihan," kata Suparti di lokasi, Jumat (12/6/2020).

"Seperti suara teriakan dari pengasuh, yang membuat warga bertanya apa cara mengajarnya seperti memang itu, belum lagi adanya suara tangisan dari anak didiknya," ujar Suparti.

Ia mengatakan awalnya warga tak terganggu dengan aktivitas di rumah terapi tersebut karena selama ini warga lebih banyak bekerja dan jarang di rumah.

Namun beberapa waktu terakhir, warga sekitar banyak yang pensiun dan berdiam diri di rumah.

"Sementara akhir-akhir ini (beberapa tahun terakhir) banyak warga yang sudah pensiun dan purna tugas, jadi tahu sehari-harinya seperti apa. Kalau lihat seperti itu ya terus terang kasihan, enggak tega," kata Suparti.

Ia juga mengatakan warga pernah bertanya tentang metode pengajaran rumah terapi itu. Tapi, pengelola tak pernah memberikan penjelasan.

"Kami sebenarnya sudah coba mempertanyakan, tapi respons dari pengurusnya seperti itu. Pemilik rumah juga tidak pernah memberitahu warga sebelumnya bakal digunakan tempat terapi anak autis. Harusnya mereka juga menyadari itu," kata dia.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Hamzah Arfah | Editor: Dheri Agriesta)

https://regional.kompas.com/read/2020/06/13/16060051/sering-terdengar-teriakan-terapi-autisme-diprotes-warga-pemilik-mengaku

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke