Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Dokter Miftah Meninggal karena Covid-19 | Satu Keluaga Tewas di Tangerang

Sedangkan sang istri yang juga berprofesi sebagai dokter juga terjangkit virus corona dan kini dirawat di RSU dr Soetomo Surabaya.

Sementara itu di Tangerang, satu keluarga yang terdiri dari ayah dan dua anaknya ditemukan tewas pada Kamis (11/6/2020) dini hari.

Tiga mayat tersebut ditemukan setelah warga mendengar suara ledakan di TKP yang berasal dari pembakaran sampah di dalam rumah.

Dua berita tersebut menjadi perhatian pembaca Kompas.com. Berikut lima berita populer nusantara selengkapnya:

Ia dimakamkan di Magetan sesuai dengan protokol Covid-19.

Sedangkan sang istri yang jug berprofesi sebagai dokter dirawat di RSU dr Soetomo karena juga terpapar Covid-19.

Sepekan yang lalu Miftah mengalami demam, batik, dan muntah. Miftah kemudian dirawat di tempat sang istri bekerja sebelum kemudian dipindahkan ke RSU dr Soetomo.

"Kami tidak tahu di mana beliau terinfeksi Covid-19. Bisa saat bekerja, bisa kontak dengan OTG. Terakhir saat dirawat mengalami komplikasi karena obesitas," jelas Direktur Utama RSU dr Soetomo Surabaya, dr Joni Wahyuhadi, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (10/6/2020) malam.

Tidak hanya di Madiun. Mbah Sukir kerap membantu korban tenggelam di sungai, laut, dan telaga di beberapa daerah seperti Telaga Sarangan, Telaga Ngebel Ponorogo, Pacitan, Bojonegoro, Ngawi hingga Trenggalek.

Sedikitnya Mbah Sukir sudah menemukan 60 jasad manusia yang tenggelam.

"Kalau saya hitung mungkin lebih dari 60 orang. Biasanya, begitu saya mendengar ada korban tenggelam saya langsung berangkat menuju lokasi,” kata Sukir.

Sukir adalah pelatih renang di Hotel Merdeka dan balap sepeda di Kota Madiun. Sejak kecil ia memiliki keahlian menyelam.

Bila kondisi kesehatannya prima, Mbah Sukir mampu menyelam selama empat menit tanpa alat bantu pernapasan.

Namun, bila konsentrasinya hilang ia hanya bisa menyelam selama satu menit. Ia juga mengandalkan naluri dan indra penciumannya saat mencari lokasi jasad korban tenggelam.

Warga Kampung Sukamantri, desa Gombong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang menemukan tiga mayat tersebut setelah mendengarkan suara ledakan dari TKP yang berasal dari pembakaran sampah di dalam rumah.

R sang kepala keluarga ditemukan tewas dalam kondisi tergantung. Sementara di kamar terpisah korban N (13) ditemukan terbaring dengan tali terikat di leher. Sedangkan seorang anak berusia 3 tahun tewas tenggelam di dalam drum.

Berdasarkan keterangan saksi warga setempat, tetangga sekitar mendengar korban cekcok dengan istrinya pada malam hari sebelum kejadian.

Sang istri lantas pergi ke rumah orangtuanya yang berada tidak jauh dari TKP.

Risma juga menegaskan akan terus melakukan tracing ke sejumlah wilayah yang tersebar di Kota Surabaya.

"Perlu kami sampaikan, kami tetap melakukan tracing untuk terus memantau dan mengetahui siapa saja yang terkonfirmasi Covid-19," kata Risma saat menghadiri acara Penandatanganan Komitmen Bersama terkait pencegahan dan penanggulangan Covid-19 di wilayah Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis (11/6/2020).

Risma menuturkan, sampai saat ini Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya masih gencar menggelar tes swab dan rapid test di sejumlah titik.

Risma mengklaim, saat ini jumlah warga yang reaktif sudah mulai mengalami penurunan.

Selain mengeluh tentang fasilitas air, mereka juga mempertanyakan tidak ada fasilitas alat masak sehingga mereka terpaksa makan mi mentah.

Video tersebut diambil di tempat karantina pasien positif corona di gedung Stikes Pemkab Jombang, Jawa Timur.

Koordinator Penanganan Covid-19 Kabupaten Jombang, Pudji Umbaran mengatakan pihaknya telah membuka sumber air di lokasi tersebut.

"Awalnya kan hanya belasan pasien, kemudian bertambah hingga sekitar 50 orang. Tetapi Insya Allah sekarang sudah tercukupi. Hari Senin sudah kami lakukan pengeboran untuk memenuhi kebutuhan air di sana," ungkap Pudji, Rabu (10/6/2020).

Direktur RSUD Jombang ini juga menyatakan, pihaknya sengaja tidak menyiapkan alat masak untuk menghindari nyala api di lokasi karantina.

Selama dikarantina, para pasien mendapatkan makanan siap saji tiga kali sehari.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Achmad Faizal, Muhlis Al Alawi, Acep Nazmudin, Ghinan Salman, Moh. Syafií | Editor : David Oliver Purba, Farid Assifa, Robertus Belarminus)

https://regional.kompas.com/read/2020/06/12/06160031/-populer-nusantara-dokter-miftah-meninggal-karena-covid-19-satu-keluaga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke