Salin Artikel

Perjuangan Siswa SD Naik Turun Bukit Cari Sinyal untuk Belajar Online

Desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur ini dihuni oleh sekitar 2.500 jiwa dan berlokasi pelosok di sekitar pegunungan kendeng.

Untuk menuju ke sana bisa ditempuh dengan perjalanan darat dengan kendaraan bermotor sekitar dua jam dari Kota Purwodadi.

Akses jalan masuk ke Desa Suwatu pun kurang begitu memadai, masih banyak ditemui permukaan jalan berupa bebatuan dan tanah.

Di sana mereka tidak menikmati pemandangan. Mata mereka fokus ke layar ponsel Android.

Mereka mengulik kembali materi pelajaran dari sekolah melalui internet dengan mengotak-atik ponsel Android di atas perbukitan itu.

Sesekali handphone yang digenggam oleh jari-jari mungil itu diangkat, digeser, diarahkan untuk mencari posisi sinyal terbaik.

Untuk sampai ke sana, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu harus berjalan menanjak sejauh satu kilometer.

Perjuangan itu harus mereka lalui untuk mendapatkan sinyal yang lebih baik guna belajar online.

Tak seperti halnya pelajar di perkotaan yang justru lebih diuntungkan dengan kebijakan belajar di rumah secara online, siswa-siswi di pedesaan terpencil di kawasan hutan ini malahan harus dipusingkan dengan persoalan akses internet. 

Belajar online praktis menambah beban psikis bagi mereka lantaran begitu sulitnya berburu sinyal internet.

Internet di Puncak Bukit

Kebiasaan berburu sinyal di perbukitan seperti ini bukan hal langka bagi mayoritas warga Desa Suwatu, bahkan jauh hari sebelum pandemi virus corona.

Hanya saja, saat ini justru para pelajar yang mendominasi karena tuntutan pendidikan yang mesti ditempuh.

Selasa (2/6/2020) pagi, sejumlah siswa sekolah dasar (SD) dengan ditemani ibundanya berkumpul di gubuk berukuran 2 meter x 1 meter tersebut.

"Asyik ! Tinggal ketik di internet apa yang dimau, bisa muncul di sini. Kalau di rumah tak bisa apa-apa. Andai saja di rumah bisa, kan tak perlu repot berjalan kaki kesini," kata Nurdiyanto (10), siswi kelas IV SDN Suwatu yang sedang belajar tentang makhluk hidup dan rantai makanan saat ditemui Kompas.com.

Di tengah semilir angin perbukitan, bocah-bocah SD itu terlihat serius membaca memelototi handphone sembari belajar.

Seperti halnya Bela Fransiska (9), siswi kelas III SDN Suwatu yang juga fokus dengan ponselnya.

Bela, sapaanya, duduk santai belajar di gubug di samping ibunya, Krisnawati (25) dan beberapa teman-teman sebayanya.

Terkadang anak-anak polos itu pun bersenda gurau memecah kesunyian alam.

"Sejak kemarin Bela ngajak saya untuk naik ke bukit ini, tapi baru bisa kuturuti hari ini. Katanya mau belajar, ini kan libur. Jadi, saat masuk sekolah di tengah pandemi corona, materi dikirim gurunya via WhatsApp wali murid, untuk disampaikan ke anak-anaknya," ungkap Krisnawati.


Harapan

Krisnawati berharap pemerintah sudi memfasilitasi jaringan telekomunikasi di desanya menyusul saat pandemi virus corona. 

Tentunya, dampak buruk nihilnya sinyal internet ini tak hanya dirasakan oleh para pelajar, tapi juga seluruh warga Desa Suwatu.

"Kasihan anak-anak menjadi kesulitan belajar. Apalagi pelajar SMA yang lebih banyak tugasnya. Pun demikian bagi ibu-ibu yang suaminya tak bisa pulang dari perantauan, mau video call saja harus kebingungan cari sinyal," tutur Krisnawati.

Sementara itu, Kepala Desa Suwatu, Riyanto mengaku sudah berupaya melaporkan ke Pemerintah Kabupaten Grobogan untuk pengajuan pengadaan jaringan internet di desanya.

Hanya saja, kata dia, hingga saat ini belum terealisasi.

"Pastinya kosongnya akses internet ini sangat mengganggu di tengah pandemi corona yang tak bisa kemana-mana. Apalagi anak-anak harus belajar online. Kami berharap pemerintah memperhatikan," pungkas Riyanto.

https://regional.kompas.com/read/2020/06/02/14420311/perjuangan-siswa-sd-naik-turun-bukit-cari-sinyal-untuk-belajar-online

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke