Salin Artikel

Cerita Usaha Daging yang Bertahan di Tengah Wabah Berkat Gerakan Sambatan Jogja

Usaha penjualan daging sapi yang sudah mereka geluti puluhan tahun nyaris berhenti karena permintaan menurun drastis.

Dalam keadaan normal, pasangan suami istri yang tinggal di Dusun Sebayu, Desa Triharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini bisa menyalurkan satu ton daging.

Menurut Lilis, kebanyakan konsumennya adalah hotel dan restoran.

"Awal tahun Januari, Februari itu memang sudah menurun. Terasa sekali dampaknya sekali itu saat WFH (work from home/kerja dari rumah) dan semakin diperketat itu, hotel-hotel kan tutup, restoran masih ada beberapa tapi tidak seperti biasanya, catering tutup," kata Lilis saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/05/2020).

Penurunan permintaan sampai membuat pengusaha daging ini mengubah pola kerja lima karyawannya.

Lilis mengaku terpaksa mengurangi jam kerja karyawannya karena tidak sampai hati jika harus memberhentikan mereka.

"Jadi gantian dua orang, satu memotong satu mengirim," kata Lilis.

Harapan mulai muncul ketika Lilis yang juga berkerja di salah satu rumah sakit menawarkan daging dagangannya ke teman-temannya lewat pesan singkat.

Pesan Lilis kemudian menyebar hingga akhirnya sampai ke grup WhatsApp bernama Gerakan Kemanusian Sambatan Jogja (Sonjo). Belakangan, dia juga dimasukkan ke dalam grup obrolan selular itu.

"Saya baru tiga Minggu di grup Sonjo, satu minggu pertama saya share, open pre-order. Lumayan banyak yang WA pesan, saya juga lumayan kaget waktu itu," ungkapnya.


Pada pekan pertama Lilis mendapat pesanan sebanyak 60 kilogram. Pada pekan kedua mendapat pesanan 40 kilogram, dan pekan ketiga meningkat jadi dua kuintal.

"Sebenarnya saya close order kemarin sudah dapat dua kuintal, tapi sampai saat ini masih banyak yang nanyain, ya sudah aku nambah kuota lagi," urainya.

Setelah pesanannya perlahan naik, pekerjanya pun tidak lagi bergantian.

Selain itu, Lilis dan suaminya bisa memberikan tunjangan hari raya kepada para pekerjanya.

"Mereka kan sistemnya upah perhari, jadi kalau mereka nggak kerja kan nggak dapat, kan kasihan. Alhamdulilah setelah masuk Sonjo mereka bisa bekerja dan mendapat tambahan pendapatan," bebernya.

Menurutnya, di grup Sonjo banyak penjual juga. Mereka saling membantu untuk membagikan informasi soal dagangan masing-masing.

"Misalnya, oh ada teman yang julan ini nanti saya bantu share, mereka juga share produk saya. Jadi bisa menyebar luas," kata Lilis.

Para penjual di grup Sonjo juga saling memberi masukan, sehingga mereka bisa berkembang secara bersama-sama.

"Kemarin dikasih masukan untuk bikin flyer yang bagus, Saya belajar semalam membuat flyer dan jadi terus menyebar ke mana-mana," ungkapnya.

Lilis mengaku banyak belajar di grup Sonjo, terutama terkait memasarkan produknya melalui media online.

Sebab selama ini Lilis dan suami belum merambah memasarkan via online.

"Ke depan ingin belajar cara online, ya pelan-pelan lah karena kondisinya baru seperti ini. Dari Sonjo saya melihat yang terasa itu saling membantu, saling share, saling menawarkan padahal bukan produk kita, kedua ya belajar pemasaran digital," sebutnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/05/22/19385731/cerita-usaha-daging-yang-bertahan-di-tengah-wabah-berkat-gerakan-sambatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke