Salin Artikel

Saat Pasien Positif Covid-19 hingga ODP di Indonesia Nekat Berkeliaran, Shalat Tarawih hingga Kunjungi Saudara

Bahkan masih ada warga yang berstatus positif Covid-19, pasien dalam pengawasan (PDP) hingga orang dalam pemantauan (ODP) justru keluyuran.

Di Mataram, ada pasien Covid-19 yang justru melakukan shalat tarawih bersama dengan warga.

Sedangkan di Surabaya, seorang ODP malah bepergian menemui saudaranya.

Penertiban ODP, PDP hingga pasien positif Covid-19 pun digalakkan.

Kepolisian Jawa Timur membentuk Tim Covid Hunter untuk memburu pasien corona yang tak disiplin melakukan karantina.

Sedangkan di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, Dewan Adat Dayak memberlakukan sanksi hukum adat bagi ODP, PDP yang berkeliaran di tengah masyarakat.

Berikut kasusnya di sejumlah daerah di Indonesia:

Bahkan saat didatangi, S enggan dijemput petugas dan mengajak mereka berdebat.

Awalnya, S sempat mengikuti Ijtima Ulama Dunia di Gowa.

Petugas kemudian melakukan uji tes swab. Namun rupanya, ia tak pernah menjelaskan pada lingkungannya mengenai tes swab tersebut.

Warga pun tak tahu. S yang seharusnya menjalani karantina malah berkeliaran hingga shalat tarawih.

"Saat kami melakukan pengecekan ke rumahnya, yang bersangkutan justru tidak ada. Mestinya kan isolasi mandiri sejak kepulangannya dari Gowa, Makassar. Kami cek justru shalat tarawih bersama banyak warga di Masjid Nurul Yakin," kata Camat Cakranegara Erwan

Sempat berdebat alot dengan petugas, S pun akhirnya dijemput dan dibawa ke RS.

2. PDP yang kemudian dinyatakan positif nekat bekerja

Dua pasien dalam pengawasan (PDP) corona masih nekat bekerja meski seharusnya melakukan karantina.

Karyawan pabrik Sampoerna Surabaya itu rupanya kemudian dinyatakan positif Covid-19 dan meninggal dunia.

Menyusul kejadian itu, ratusan karyawan lainnya menjalani tes swab dengan hasil 63 orang terinfeksi Covid-19.

"Sebetulnya dia (pasien) saat itu statusnya sudah PDP. Tapi dia kerja, jadinya nulari (menularkan)," ungkap Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Pabrik Sampoerna Surabaya kini ditutup sementara waktu.

Mereka yang seharusnya menjalani isolasi mandiri malah beraktivitas di luar rumah.

“Yang isolasi mandiri ini kan sesuai dengan SOP kesehatan 2 minggu tidak boleh keluar rumah, nah mereka diam-diam keluar, lari sana lari sini,” ungkapnya.

Padahal, kata Aiman, pihaknya telah mengawasi dengan sekuat tenaga.

Kadang-kadang enggak pakai masker, keluar enggak physical distancing, kan harusnya jaga jarak. Ini yang kadang-kadang susah di warga masyarakat di wilayahnya padat,” tutur dia.

ODP tersebut merupakan warga Tangerang yang ingin menemui saudaranya di Surabaya.

"Dia mengaku tidak betah dan keluar rumah untuk menemui saudaranya di Surabaya," kata Kapolda Jatim Irjen Luki Hermawan di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa.

Polisi mengetahuinya sebagai ODP dari surat keterangan dokter yang dia bawa.

Aparat kemudian mengirim ODP tersebut ke rumah sakit terdekat.

Dalam proses evakuasi tersebut, para petugas mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap.

Dia ditetapkan ODP karena mengalami gejala COVID-19 dan memiliki riwayat perjalanan ke Singapura.,

Videonya viral saat dia menunjukkan surat keterangan dari RSUD dr Moewardi kepada temannya di salah satu toko.

Surat keterangan kesehatan itu malah dibuat bahan bercandaan oleh temannya tersebut.

Setelah diselidiki oleh kepolisian, diketahui tempat tinggalnya berada di kawasan Colomadu, Karanganyar.

"Perempuan ini juga kooperatif dan siap menjalani karantina mandiri di rumah," terang Kapolresta Solo, Kombes Andy Rifai.

Selama menjalani karantina, perempuan tersebut diawasi oleh Dinas Kesehatan.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Ghinan Salman, Fitri Rachmawati, Tria Sutrisna, Achmad Faizal, Labib Zamani | Editor: Robertus Belarminus, David Oliver Purba, Jessi Carina, Dheri Agriesta)

https://regional.kompas.com/read/2020/05/06/11150031/saat-pasien-positif-covid-19-hingga-odp-di-indonesia-nekat-berkeliaran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke