Salin Artikel

Risma Mengaku Sudah Sarankan Manajemen Pabrik Sampoerna Isolasi Karyawan

SURABAYA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memastikan telah mengambil langkah cepat dalam menangani kasus Covid-19 pada karyawan PT HM Sampoerna Tbk, Rungkut Surabaya.

Bahkan, pemkot sendiri yang menyarankan pihak manajemen agar melakukan isolasi bagi karyawannya yang reaktif rapid test.

Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Eddy Christijanto mengatakan, sejak tanggal 27 April 2020, pemkot juga getol melakukan tracing dan penyemprotan di lingkungan perusahaan dan perkampungan, untuk mencegah dan memutus mata rantai persebaran virus tersebut.

Ia menegaskan, mulai tanggal 19 April 2020 sampai sepekan kemudian, pihaknya telah menjalin komunikasi dengan manajemen PT HM Sampoerna.

Bahkan, komunikasi terus dilakukan hingga akhirnya pihak manajemen bertemu langsung dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada 26 April 2020 di Balai Kota Surabaya.

"Karena Ibu (Wali Kota Surabaya) juga menyarankan, tolong Sampoerna tutup sementara dan minta supaya seluruh yang positif rapid test itu diisolasi di hotel, dan dia (manajemen Sampoerna) menyanggupi," kata Eddy, saat menggelar jumpa pers, di Balai Kota Surabaya, Sabtu (2/5/2020).

Kemudian, pada 27 April 2020, Eddy mengaku kembali bertemu dengan manajemen.

Dalam pertemuan itu, ia kembali menyampaikan kepada manajemen kapan akan dilakukan isolasi bagi karyawan yang reaktif rapid test.

Namun, pihak manajemen menyampaikan masih berkomunikasi dengan hotel di wilayah barat Surabaya.

"Kami sarankan, jangan (hotel) di wilayah Surabaya barat, cari yang dekat dengan kantor (PT HM Sampoerna) supaya pantauannya dan pengawasannya lebih enak. Akhirnya disepakati dapatlah salah satu hotel di wilayah Surabaya Timur," ujar dia.


Lalu, pada 28 April 2020, Eddy mengaku kembali berkomunikasi dengan pihak manajemen melalui sambungan telepon dan menanyakan progres isolasi terhadap karyawan pabrik Sampoerna.

Namun, pihak manajemen menyatakan jika masih dimatangkan untuk proses isolasi di hotel.

"Kemudian tanggal 29 April 2020, kami telepon lagi (manajemen) akhirnya mereka bilang, 'ya pak ini kami sudah mulai melakukan isolasi (karyawan)," kata Eddy.

Untuk memastikan hal tersebut, Eddy menyatakan, Pemkot Surabaya kemudian menempatkan beberapa anggota di salah satu hotel yang ditunjuk sebagai tempat isolasi.

Tujuannya, untuk memantau apakah benar karyawan yang positif rapid test tersebut telah dilakukan isolasi di hotel.

"Anggota saya pantau di sana (hotel) sampai mereka (karyawan) masuk semua sejumlah 98 orang, bukan 32 orang seperti data awal yang kami terima," ujar dia.

Untuk mencegah dan memutus rantai persebaran Covid-19 di lingkungan perusahaan tersebut, Pemkot Surabaya telah mengambil langkah cepat dengan melakukan penyemprotan disinfektan.

Sejak tanggal 27 April 2020 hingga Jumat (1/5/2020) malam, pemkot terus melakukan penyemprotan disinfektan menggunakan mobil Pemadam Kebakaran (PMK).

Bahkan, Eddy mengungkapkan, penyemprotan yang dilakukan mobil PMK tak hanya menyasar lingkungan perusahaan.

Namun, di belakang, samping kanan dan kiri perusahaan yang berhubungan dengan permukiman, juga dilakukan penyemprotan disinfektan.


"Jadi, mulai tanggal 27 April 2020 sampai dengan tadi malam itu kami melakukan penyemprotan di lokasi itu," tegas dia.

Di samping getol melakukan penyemprotan disinfektan, Pemkot Surabaya juga menyebar Kasatgas Linmas di 14 kelurahan untuk dilakukan pemantauan kepada karyawan yang reaktif.

Sebab, dari informasi awal, ada 32 positif rapid test itu tinggal dan tersebar di 14 kelurahan.

Sehingga, Pemkot Surabaya menyebar petugas untuk memantau kondisi kesehatan yang bersangkutan dan keluarganya. 

"Kami juga sampaikan kepada ketua RT dan RW untuk ikut menjaga jangan sampai keluarganya ikut terkucilkan. Karena sekarang ini, ketika di lingkungan (perkampungan) ada satu positif, keluarga ikut dikucilkan," kata dia.

Maka dari itu, pihaknya bersama camat dan lurah juga menyampaikan kepada pengurus RT, RW, maupun masyarakat sekitar agar keluarga jangan sampai dikucilkan.

Di sisi lain, pemkot juga meminta kepada manajemen PT HM Sampoerna untuk ikut mem-backup isolasi mandiri bagi keluarga karyawan.

Karena, keluarga mereka juga termasuk orang dalam risiko (ODR) atau orang tanpa gejala (OTG), sehingga juga harus melakukan isolasi di rumah.

Eddy memastikan, sampai saat ini pihaknya terus melakukan pengawasan melalui Kasatgas Linmas dan lurah dengan berkomunikasi langsung bersama RT-RW untuk memantau kondisi keluarga mereka.

Sementara itu, bagi karyawan yang positif rapid test, dilakukan isolasi di salah satu hotel.

"Tujuannya apa? supaya mereka (keluarga) bisa melakukan aktivitas dan mereka bisa melakukan isolasi mandiri di rumahnya dengan tenang," kata dia.

Kepala BPB dan Linmas Kota Surabaya ini juga menambahkan, berdasarkan hasil test swab yang positif, hari ini ada 37 yang sudah dilakukan isolasi di hotel.

Sedangkan sisanya, menjalani perawatan di dua rumah sakit.

Ia menegaskan, hingga saat ini Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya juga terus bekerja melakukan perawatan bagi karyawan pabrik Sampoerna yang positif.

"Jadi, itu yang dilakukan oleh pemkot, begitu kami mendapatkan informasi dari tim tracing, kami langsung melakukan pendekatan antisipatif, antisipasi baik dari sisi sosial, dari sisi protokol untuk perusahaan, kita lakukan penutupan isolasi selama 14 hari dan itu sudah kami lakukan," kata dia.

Sebelumnya diberitakan, Sebanyak 34 pegawai pabrik rokok Sampoerna Surabaya dinyatakan positif Covid-19, sebagaimana hasil swab atau polymerase chain reaction (PCR) di RSU dr Soetomo Surabaya yang keluar, Jumat (1/5/2020).

https://regional.kompas.com/read/2020/05/02/19330571/risma-mengaku-sudah-sarankan-manajemen-pabrik-sampoerna-isolasi-karyawan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke