Salin Artikel

Kisah Pedagang Bakso Keliling, Nekat Jualan Saat Wabah Corona Demi Anak Istri

Bapak tiga anak ini, memutuskan keluar rumah untuk berjualan bakso setelah sebulan bertahan tinggal di rumah.

"Disuruh tinggal di rumah karena ada corona. Sudah sebulan tidak jualan. Hasilnya malah minus," kata Gatot saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis siang.

Gatot menuturkan, selama tinggal di rumah, dirinya mengandalkan uang tabungan dari penghasilan berjualan bakso.

Kemudian uangnya habis, sehingga terpaksa mengandalkan penghasilan istri dari berjualan jamu keliling.

Sebagai pedagang yang berharap penghasilan dari usaha harian, Gatot mengaku kesulitan menghidupi keluarga jika libur terlalu lama.

Butuh uang untuk kuota internet anak belajar di rumah

"Dalam sehari rata-rata terjual 60 sampai 80 mangkok. Dulu waktu kondisi normal. Sekarang baru dua hari mulai lagi. Pendapatan turun karena pelanggan berkurang juga," ujar Gatot dengan raut wajang menerawang.

Sebagai kepala keluarga, Gatot harus membiayai seluruh kebutuhan rumah tangga setiap bulannya. Penghasilan istrinya sebagai pedagang jamu, kadang tidak menentu.

Selain kebutuhan makan sehari-hari, Gatot juga harus memikirkan biaya sekolah anak. Anak tertuanya kini duduk di bangku SMA.

Meskipun ada program belajar di rumah, itu pun harus mengeluarkan biaya untuk kuota internet. Alih-alih penggunaan listrik juga meningkat.

"Kami juga tak dapat subsidi PLN. Waktu dicek tercatat keluarga mampu. Padahal pekerjaan dan rumah seperti ini," beber bapak asal Klaten, Jawa Tengah itu.

Sering tak dapat bantuan Pemerintah

Gatot pun berharap pemerintah tidak pilih kasih dalam menyalurkan bantuan terkait Covid-19. Selama 20 tahun menjadi warga Pangkalpinang, Gatot mengaku kerap terlewatkan dalam program bantuan.


"Kemarin didata ulang karena terlewatkan. Padahal rumah di sekitar yang punya mobil sudah didata duluan," ujar dia.

Menurut Gatot, dirinya juga merasa khawatir terhadap wabah corona yang tengah menghantui saat ini. Namun, kekhawatiran itu harus dikubur dalam-dalam karena alasan ekonomi.

Bagi Gatot, asap dapur lebih penting mengepul dari pada ancaman virus yang tak jelas ujudnya.

"Siapa yang tidak khawatir mas. Tapi kami kan orang buruh kayak gini. Kalau gak kerja gak makan," pungkasnya.


Khawatir PSBB

Gatot mengumpulkan rupiah dengan berkeliling dari kantor ke kantor di lingkungan Pemprov Bangka Belitung. 

Selama pandemi, banyak kantor yang meliburkan pegawai.

Jika pembatasan sosial diberlakukan dalam jangka panjang, Gatot, khawatir roda perekonomiannya macet. Dia pun tak ingin terjerat utang jika penghasilan tak lagi mencukupi kebutuhan hidup.

"Mudah-mudahan cepat pulih lagi. Kalau sampai utang-piutang, habis sudah. Bangun rumah kami gubuk ini sampai sekarang belum selesai," tutupnya.

Ada pun Kepulauan Bangka Belitung saat ini masuk ke dalam zona merah, setelah otoritas setempat mengumumkan lima warga positif terjangkit Covid-19.

https://regional.kompas.com/read/2020/04/17/08351701/kisah-pedagang-bakso-keliling-nekat-jualan-saat-wabah-corona-demi-anak-istri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke