Salin Artikel

Kisah Pengusaha UMKM, Rela Rugi demi APD bagi Tenaga Medis

Menyadari hal itu, Aninditia Santoso selaku pemilik usaha mikro kecil menengah (UMKM) Pelangi Hijab, terdorong untuk membuat APD bagi tenaga medis yang menangani pasien corona atau Covid-19.

APD tersebut telah dibagikan ke seluruh tenaga medis di berbagai fasilitas kesehatan secara gratis.

Aninditia menjelaskan bahwa awalnya konfeksi ini memproduksi busana muslim. 

Namun, karena terjadi kelangkaan APD di pasaran, dia tergerak untuk berbuat baik bagi sesama manusia.

Menurut dia, di tengah masa-masa sulit wabah virus corona ini diperlukan kesadaran dan penuh kerelaan dalam membantu pemerintah.

Tujuannya untuk memutus rantai penularan virus corona tersebut.

Menurut Aninditia, yang dipikirkan saat ini bukan lagi urusan omzet saja, tetapi nilai-nilai kemanusiaan yang harus diperjuangkan.

"Iya bahannya susah. Kalau ada juga mahal. Maka kita bagikan ini gratis berikut ongkos kirimnya ke RS yang membutuhkan dan bisa menghubungi kami," ucap Aninditia saat ditemui di pabrik konfeksi miliknya di Kampung Cibereum RT01/01, Desa Sinarsari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (2/4/2020).

Rela tidak beristirahat

Aninditia bersama teman penjahit dan karyawan lainnya mampu memproduksi 250 hingga 300 APD dalam sehari, meskipun harus rela tidak istirahat.

Aninditia dan 30 penjahit lainnya merasa antusias dapat membantu tenaga medis.


Mereka seolah berpacu dengan waktu, lantaran permintaan APD yang terus meningkat.

Meski begitu, dia memprioritaskan distribusi APD ke rumah sakit rujukan dan rumah sakit pemerintah untuk digunakan oleh para tenaga kesehatan.

"Kita kan UMKM kecil, dana terbatas dan kain sulit dicari. Makanya kita prioritaskan untuk rumah sakit rujukan dulu," kata dia.

Bahan baku yang sulit didapat

Terkait bahan, dia menuturkan, bahan yang digunakan untuk APD jauh berbeda dengan baju yang biasa.

Kain taslan yang digunakan terbuat dari jenis serat sintetis. Sementara, resleting yang digunakan berbahan anti air.

Namun, saat ini Aninditia hanya mampu memproduksi 2.500 APD, karena sulitnya mendapatkan bahan kain tersebut.

Secara standar kesehatan, menurut Aninditia, APD tersebut tidak 100 persen mampu melindungi para tenaga kesehatan.

Namun, setelah berkonsultasi dengan beberapa dokter di Bogor, bahan yang digunakan ini dinyatakan cukup layak untuk digunakan.

"Bahan ini mampu menahan tekanan dua pascal. Secara medis bisa membantu, karena terbuat dari plastik, jadi bisa dicuci. Tapi bahannya juga sudah mulai susah didapat saat ini," kata dia.

Siap rugi demi kemanusiaan

Menurut Aninditia, biaya produksi untuk satu APD mencapai Rp 150.000.

Namun, dirinya tidak memusingkan hal itu.


Bagi Aninditia, yang paling penting dia bisa membantu memenuhi kebutuhan tim medis yang saat ini berada di garda terdepan dalam menangani virus corona.

"Ada rasa haru dan bangga ketika bisa menyelesaikan satu APD, karena banyak yang tidak seberuntung saya," kata dia.

Saat ini, biaya pembuatan APD berasal dari keuntungan yang didapat dari penjualan busana muslim.

"Sampai saat ini juga kami masih produksi, tapi fokuskan untuk membuat APD," kata dia.

Ia hanya berharap pandemi corona ini bisa berakhir, sehingga sektor ekonomi bisa kembali normal.

Sementara itu, Kepala Desa Sinarsari Ukon mengatakan bahwa konfeksi busana muslim milik Aninditia sudah ada sejak 5 bulan lalu.

Ukon mengakui bahwa konfeksi ini sudah membagikan 2.000 APD kepada tenaga medis yang ada di wilayah Jawa Barat.

"Bukan untuk dijual-belikan, jadi alasan dia (Aninditia) membuat APD untuk kemanusian," ucap Ukon.

https://regional.kompas.com/read/2020/04/03/08000011/kisah-pengusaha-umkm-rela-rugi-demi-apd-bagi-tenaga-medis

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke