Salin Artikel

Surabaya, Bandung hingga Solo, Kembangkan Hand Sanitizer Sendiri

Beberapa pihak mengaku kesulitan memperoleh hand sanitizer. Banyak apotek yang tak lagi menjual barang tersebut.

Kondisi ini mendorong sejumlah pihak mengembangkan hand sanitizer sendiri untuk mencegah penularan virus corona.

Inisiatif itu muncul dari instansi maupun perseorangan, seperti berikut ini:

Peneliti Laboratorium Sentral Universitas Padjajaran membuat alternatif produk hand sanitizer.

Tokoh di balik hand sanitizer ini adalah Prof Unang Supratman dan dr Ronny Lesmana.

Hand sanitizer ini mengandung alkohol 70 persen, air, hidrogen peroksida, gliserol, minyak esensial dan disinfektan khusus.

"Disinfektan ini aman dipakai sebagai sanitizer sehingga kami formulasikan di produk hand sanitizer ini," ujar Ronny.

Formula disinfektan yang dikembangkan, diklaim mampu membunuh virus seperti Herpes Simplex, Poliovirus Type 2 hingga Bacteriophage T2.

"Logikanya kalau virus jenis lain mati, virus yang lain (corona virus) kemungkinan mati juga,s ehingga efektivitasnya jadi lebih tinggi, tidak sekadar hanya menggunakan alkohol dan H2O2," papar Rony.

Awalnya, produk ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan internal. Kemudian, hand sanitizer ini mendapat dukungan dari sektor industri.

Sikura Kemayu diambil dari nama bahan penyusunnya yakni sirih, kulit rambutan, kemangi, lidah buaya dan jeruk.

Nurul mengungkapkan, warga bisa membuat antiseptik ini sendiri lantaran bahannya mudah didapat di tengah masyarakat.

Apalagi tidak butuh waktu lama untuk membuatnya.

Penggunaan alkohol pada antiseptik ini digantikan daun kemangi dan sirih.

"Kita tahu daun sirih dan kemangi sama-sama konsepnya seperti alkohol. Jadi alkohol itu kimian kalau daun sirih dan kemangi ini antiseptik alami," kata Nurul.

Pembuatan antiseptik ini diklaim telah melalui proses studi penelitian.

Mereka mencoba mengolah hand sanitizer alami dari berbagai bahan.

Awalnya, kemangi dipilih. Namun, rupanya daya tahan kemangi hanya sekitar tiga hari.

Mereka pun beralih dengan mencoba mengukus daun sirih.

Setelah diuji dan dinilai memuaskan, mereka juga mencoba membuat hand sanitizer berbahan lidah buaya dan campuran alkohol 70 persen.

"Kemudian disaring hingga menjadi bentuk gel. Setelah diuji coba di tangan dan diteliti, hasilnya juga baik. Daya tahannya hingga satu minggu lebih," kata Zaidatul Mubtasyiroh, salah seorang mahasiswa.

Mereka kemudian memproduksi 170 botol hand sanitizer dengan menggunakan dana patungan. Kemudian botol-botol tersebut dibagikan secara gratis.

Hingga saat ini tak kurang 450 liter hand sanitizer telah diproduksi.

"Kami sudah produksi 450 liter hand sanitizer dan sudah dibagi-bagikan ke lingkungan pemkot maupun tempat-tempat umum," kata Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita.

Uji coba produksi hand sanitizer ini mulai dilakukan 7 Maret 2020.

"Hand sanitizer ini dibuat di RSUD Soewandhie dan dikerjakan oleh tenaga ahli tim farmasi. Kami juga koordinasi dengan BPOM dan hand sanitizer yang diproduksi ini dapat digunakan, tetapi bukan untuk diperjualbelikan," ujar Febria.

Sumber: Kompas.com ( Penulis: Ghinan Salman, Dian Ade Permana, Labib Zamani, Reni Susanti | Editor: David Oliver Purba, Dony Aprian, Teuku Muhammad Valdy Arief, Aprilia Ika)

https://regional.kompas.com/read/2020/03/18/08522101/surabaya-bandung-hingga-solo-kembangkan-hand-sanitizer-sendiri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke