BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Sido Muncul
Salin Artikel

Cerita 2 Lansia Asal Kaltim yang Terbebas dari Katarak

BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Daimas Senang (76) tengah berbaring di Ruang Anggrek Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Balikpapan, Kalimantan Timur.

Saat Kompas.com berkunjung, ia mengeluh perih pada mata sebelah kiri.

Lelaki itu baru saja menjalani operasi katarak gratis di RS tersebut.

“Ini kepala rasanya masih pusing. Mata juga agak nyeri," kata Daimas, Jumat (6/3/2020).

Sesekali, ia mencoba memegang perban pada matanya. Upaya itu ditepis Anis (41), puteri Daimas yang menemaninya usai operasi.

“Jangan dipegang-pegang bapak, nanti infeksi. Tahan sedikit bapak,” kata Anis.

Sebelum memutuskan operasi, Daimas mengaku sempat cemas. Ketakutannya ternyata kalah dengan keinginan untuk sehat. Ia pun bersedia menjalani operasi.

“Takut tadi pas mau dioperasi. Gemetaran tadi. Tapi ternyata enggak papa. Yang penting saya bisa sehat,” ungkapnya dengan logat Bugis kental.

Pria asal Desa Sesuluh, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara itu merupakan satu dari 100 pasien yang menjalani operasi katarak di Balikpapan.

Operasi tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan rapat kerja teknis (Rakernis) Sumber Daya Manusia (SDM) Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tahun 2020, dengan menggandeng Sido Muncul dan Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami).

Ayah sembilan anak itu mengaku mengalami katarak sejak dua tahun lalu. Bukan hanya penglihatannya yang terganggu, katarak pun mengubah kehidupan petani itu.

Meski demikian, Daimas tetap memaksakan diri untuk bekerja di sawah. Padahal anak-anaknya sudah tidak membolehkan ia bekerja di sawah.

“Kasihan padinya enggak ada yang merawat,” kata Daimas sambil terkekeh memperlihatkan giginya yang tanggal.

Secercah harapan datang pada pertengahan Februari. Saat itu, ia mendapat kabar adanya operasi katarak gratis dari aparat kepolisian sektor Penajam.

Pada Kamis (5/3/2020) lalu, Daimas bersama Anis berangkat dari Penajam Paser Utara ke Kota Balikpapan untuk mengikuti operasi katarak. Mereka menempuh perjalanan sejauh 77,4 kilometer demi mendapat layanan kesehatan tersebut.

“Hari ini (Jumat 5 Maret 2020) alhamdulillah operasi. Walau agak sakit sedikit, yang penting mata ini bisa melihat lagi dan nengok padi lagi di sawah,” kata Daimas.

Berhenti bekerja karena katarak

Seperti halnya Daimas, Zulkifli (64) juga baru saja menjalani operasi katarak. Ia dibaringkan di ruang yang sama dengan Daimas.

Zulkifli mengatakan, sejak mengidap katarak pada 2018, ia harus melepas pekerjaan utama sebagai pengemudi perusahaan tambang batu bara di Kaltim.

“Dulu saya bawa mobil untuk antar jemput karyawan tambang. Sekarang sudah tak bisa kerja lagi lah. Rabun mata ini tak bisa lihat jalan raya,” kata Zulkifli.

Dengan mata sebelah kiri ditutupi perban, Zulkifli cerita awal mula matanya mengalami gangguan.

Saat itu ia bekerja di tambang batu bara sedang mencuci mobil. Mata sebelah kirinya terkena air. Ia pun merasa perih.

Sejak itu, kemampuan penglihatannya menurun tajam. Kondisi itu memaksa Zulkifli untuk berhenti kerja.

“Saya bawa mobil. Saya bawa keselamatan orang banyak. Kalau mata saya tak sehat, bisa celaka,” tuturnya.

Untuk mendapat penghasilan tambahan, lelaki yang kumisnya telah memutih itu bekerja paruh waktu sebagai tukang sapu di Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Penajam.

Keterbatasan soal biaya akhirnya membatasi Zulkifli untuk sembuh. Di tengah kepasrahannya, kabar baik datang dari Ketua Rukun Tetangga (RT) Desa Gersik.

“Pagi-pagi dipanggil sama Pak RT. Ada saya dan tiga warga yang diajak ikut operasi katarak di Balikpapan,” ungkap Zukifli haru.

Sabtu (22/2/2020) ia akhirnya diantar ke RS Bhayangkara Balikpapan untuk mendaftarkan diri operasi katarak.

“Tanggal enam ini (Maret) baru operasi. Senanglah gratis. Semua gratis. Alhamdulillah, semoga tak rabun lagi mata saya ini,” ungkap Zulkifli dengan wajah semringah.

Katarak penyebab kebutaan

Dalam Rakernis SDM Polri Tahun 2020 itu, Polri bersama Sido Muncul menyelenggarakan bakti sosial operasi katarak di Kota Balikpapan dan Bandung.

Peresmian operasi tersebut dihadiri Asisten Kapolri Bidang SDM Irjen Pol Eko Indra Heri, Kapolda Kaltim Irjen Pol Muktiono, perwakilan Sido Muncul oleh Hendrik, Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi, serta Ketua Perdami Cabang Kaltim dr. Tedy.

Pada kesempatan tersebut Asisten Kapolri Bidang SDM Irjen Pol Eko Indra Heri mengatakan, baksos tersebut diselenggarakan untuk ketiga kalinya.

“Baksos operasi katarak sebelumnya ada di Sulawesi Selatan, kemudian di Bali, kali ini di Balikpapan, dan berikutnya ada di Bandung,” kata Eko.

Sesuai tugas pokok sebagai pelindung pengayom masyarakat, Kapolda Kaltim Irjen Pol Muktiono mengatakan, Polri menaruh perhatian pada penderita katarak.

“Salah satu wujud nyata kepedulian Polri terhadap penderita katarak adalah menggelar bakti sosial operasi katarak seperti ini,” kata Muktiono.

Hal itu disampaikannya saat mengunjungi pasien operasi katarak yang sedang menunggu jadwal operasi.

“Adapun peserta yang menerima layanan kesehatan berupa operasi katarak sebanyak 100 orang, berasal dari wilayah-wilayah di Provinsi Kaltim,” jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/03/08/13324421/cerita-2-lansia-asal-kaltim-yang-terbebas-dari-katarak

Bagikan artikel ini melalui
Oke