Salin Artikel

Fakta Baru Erupsi Merapi, Kepanikan Penambang Pasir hingga Tekanan Gas yang Besar

KOMPAS.com - Erupsi Gunung Merapi pada Selasa (3/3/2020) pagi membuat sejumlah wilayah terkena hujan abu.

Bandara Internasional Adi Sumarmo bahkan terpaksa ditutup sementara karena abu vulkanik yang cukup tebal.

Sementara itu, Bandara Adisucipto di Yogyakarta masih berjalan normal pasca-erupsi Merapi.

Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, tinggi kolom erupsi Gunung Merapi tercatat kurang lebih 6.000 meter.

Hal ini menunjukan adanya tekanan gas yang besar. Meski demikian, BPPTKG Yogyakarta masih menetapkan status Gunung Merapi pada level II atau Waspada.

Berikut ini fakta terkini pasca-erupsi Merapi:

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, mengatakan, penyebab erupsi Gunung Merapi ini karena dorongan gas.

"Kalau yang dulu-dulu freatik itu gas murni tidak ada material magmatis, yang ini kan sudah sejak bulan Agustus 2018 sudah keluar magmanya. Tetapi dominan masih gas," ujar Hanik Humaida, Selasa (03/03/2020).

Dalam pantauan BPPTKG Yogyakarta, tinggi kolom erupsi Gunung Merapi pada Selasa pagi cukup tinggi, kurang lebih 6 kilometer.

"Tekanan gasnya lebih besar dari yang kemarin," ungkapnya.

Hanik menjelaskan, erupsi pada Selasa pagi merupakan erupsi tunggal. Artinya, material saat letusan terjadi didominasi gas.

"Jadi ini merupakan erupsi tunggal. Seperti kemarin dominasi erupsi adalah erupsi gas," sebut Hanik.

Erupsi Gunung Merapi ini tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 milimeter. Sementara durasi tercatat 450 detik.

Awan panas guguran ke arah hulu Kali Gendol dengan jarak maksimal 2 kilometer.

"Jadi masih ke arah bukaan kawah," tegasnya.

Menurut Triawati, warga Kecamatan Sawit, Boyolali, hujan abu terjadi sekitar 07.00 WIB.

"Cukup lama waktunya," katanya kepada Kompas.com, Selasa.

Sebelum abu turun, Triawati mengatakan, langit terlihat mendung. Namun, mendung awan tersebut terlihat berbeda dari biasanya.

Hujan abu juga terjadi di Kampung Sidomulyo, Kelurahan Pulisen, Kabupaten Boyolali. Hujan abu terjadi sekitar 07.15 WIB dan berlangsung cukup lama.

Hal yang sama terjadi di wilayah Kota Solo dan sekitarnya.

"Ini tadi hujan abunya tipis. Sekarang sudah reda," ungkap dia.

Sejumlah pelaku penambangan di aliran Sungai Gendol, Dusun Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, sempat panik ketika terjadi erupsi. 

"Saat terjadi erupsi Gunung Merapi sudah banyak truk angkutan tambang yang ada di atas (Dam Kaliadem), semua langsung panik dan bergegas turun," kata salah satu pengemudi truk tambang Dani di Sleman, Selasa siang.

Seperti dilansir dari Antara, Dani menceritakan, luncuran awan panas yang mengarah ke Sungai Gendol sangat jelas terlihat dari area penambangan sehingga para pelaku penambangan panik dan berusaha menyelamatkan diri.

"Semua langsung membawa turun armada masing-masing karena terlihat erupsi sangat besar dan nampak dekat," katanya.

(Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma, Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Setyo Puji)

https://regional.kompas.com/read/2020/03/03/13360071/fakta-baru-erupsi-merapi-kepanikan-penambang-pasir-hingga-tekanan-gas-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke