Salin Artikel

Kisah Amir, Penjual Sayur Keliling yang Jadi Sarjana dengan IPK 3,36

Warga Desa Wukirsawit, Jatiyoso, Karanganyar meraih gelar sarjana dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,36 di Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Kota Surakarta, Jawa Tengah pada Sabtu (29/2/2020).

Amir, panggilan akrabnya, sudah lama berjualan sayur keliling di Jatiyoso. Pekerjaan itu sudah dia geluti sejak 2009 tepatnya setelah dirinya pulang merantau dari Jakarta.

Dia ingin sekali melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Karena keluarganya bukan merupakan orang berada, membuat Amir harus berjuang demi mewujudkan cita-citanya itu dengan berjualan sayur keliling.

Ayahnya bernama Suwarno hanya bekerja sebagai buruh serabutan, sehingga hasilnya tidak menentu. Sedang ibunya Warsi sudah meninggal.

Dengan demikian, hasil dari berjualan sayur keliling dia kumpulkan. Sebagian dia gunakan untuk membeli hewan ternak seperti kambing dan sapi sebagai persiapan untuk modal masuk kuliah.

Setelah hewan ternaknya besar, Amir lalu menjualnya. Uang hasil dari menjual hewan ternak itu dia gunakan sebagai biaya masuk kuliah.

Amir mendaftar kuliah ke UTP Kota Surakarta pada 2014 dengan mengambil Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).


Dia mengaku memilih bekerja sebagai penjual sayur keliling karena tidak ingin membebani orangtuanya untuk uang kuliah. Berapa pun hasil yang diperoleh dari berjualan itu dia tabung sedang sisanya untuk kebutuhan sehari-hari.

"Saya ambil kuliah kelas sore. Jadi, paginya itu saya bisa berjualan sayur keliling," kata Amir kepada Kompas.com di Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (29/2/2020).

Setiap hari Amir selalu bangun pagi untuk belanja kebutuhan dagangan.

Setelah semua kebutuhan terpenuhi, Amir kemudian menjualnya secara keliling di Jatiyoso mulai dari 07.00 WIB hingga 13.00 WIB.

Setelah pulang berjualan sayur keliling, Amir tidak langsung beristirahat. Dia masih mencari pekerjaan tambahan yaitu menjual pisang ke pasar. Pisang itu dia beli dari warga desa setelah masak dia jual lagi ke pasar.

"Hasil jualan sayur keliling tidak menentu. Kadang dapat Rp 70.000, Rp 75.000. Kalau ramai bisa dapat Rp 100.000. Ada yang mengutang juga," ungkap Amir.

Amir bangga perjuangannya selama ini terbayar dengan menyandang status sarjana pendidikan. DIa bercita-cita menjadi seorang guru sekaligus pengusaha.

Cita-cita itu sudah lama dia impikan karena ingin menularkan semua ilmu kewirausahaan yang dijalani kepada masyarakat luas.

"Saya punya keinginan mengajar. Karena cita-cita saya dari dulu. Saya juga punya keinginan bisnis. Supaya bisa menyalurkan jiwa wirausaha saya kepada anak-anak," tutur dia.

Lebih jauh, Amir berpesan kepada generasi muda sekarang untuk tidak malu dan memandang apa pun pekerjaan yang dimiliki. Justru dengan pekerjaan itu bisa dijadikan sebagai motivasi demi memperoleh cita-cita yang diimpikan.

"Intinya itu ora wedi rekoso, lan ora gengsi (tidak takut susah dan tidak gengsi)," kata pria kelahiran 8 September 1992.

https://regional.kompas.com/read/2020/03/01/14521961/kisah-amir-penjual-sayur-keliling-yang-jadi-sarjana-dengan-ipk-336

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke