Salin Artikel

Mengaku Paham Kondisi, Pembina Pramuka Tak Survei Sungai Sempor yang Tewaskan 10 Siswanya

Namun, IYA tak melakukan survei dengan alasan sudah memahami kontur Sungai Sempor.

"Dia keterangannya sudah memahami, tapi sebelum itu kan dua hari hujan dan segela macam kan dia tidak ada inisiatif untuk mengecek. Namanya sungai kan kita tidak tahu airnya seperti apa, lima hari terakhir, seminggu terakhir itu seperti apa," ujar Kasat Reskrim Polres Sleman AKP Rudy Prabowo saat ungkap kasus di Mapolres Sleman, Selasa (25/2/2020).

Sejak mulai perencanaan dan diskusi, tidak ada pembahasan mengenai keamanan untuk susur sungai.

Termasuk saat pelaksanaan juga tidak ada alat-alat yang dibawa guna mengatasi risiko saat kegiatan.

Mereka tidak membawa pelampung ataupun tali saat kegiatan susur sungai berlangsung.

"Inilah yang tidak mereka perhitungkan mulai masa perencanaan. Jadi memang bisa dibilang sangat minim sekali persiapan," ucap Rudy.

Selain itu, saat kegiatan berlangsung, IYA tak ada di lokasi. IYA beralasan pergi untuk mentransfer uang di bank.

Namun, setelah kejadian, IYA kembali untuk ikut menolong.


Sebelumnya diberitakan, polisi telah menetapkan tiga tersangka dalam peristiwa susur Sungai Sempor.

Ketiga tersangka yakni IYA yang merupakan guru olahraga SMP Negeri 1 Turi, R yang merupakan guru seni budaya SMP Negeri 1 Turi, dan DDS sebagai tenaga bantu pembina Pramuka dari luar sekolah SMP Negeri 1 Turi.

Ketiganya dijerat dengan Pasal 359 karena kelalian menyebabkan orang lain meninggal dunia, serta Pasal 360 karena kelalaian menyebabkan orang lain luka-luka.

Ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara. (Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma)

https://regional.kompas.com/read/2020/02/25/15570421/mengaku-paham-kondisi-pembina-pramuka-tak-survei-sungai-sempor-yang-tewaskan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke