Salin Artikel

Megathrust Bisa Picu Gempa M 8,7 dan Tsunami 15 Meter, Warga Sukabumi Diimbau Waspada

Selain itu guncangan dirasakannya mencapai VIII hingga IX Modified Mercalli Intensity (MMI) yang sangat merusak.

Potensi gempa bumi yang diprediksi mencapai magnitudo (M) 8,7 ini dipicu dari sesar naik sangat besar (Megathrust) yang berpusat di sepanjang lautan lepas Samudera Hindia.

Dampaknya bisa membangkitkan tsunami.

Hal itu disampaikan Peneliti Pusat Penelitian Mitigasi Bencana - ITB, Renza Furqon kepada Kompas.com di Sukabumi, Jumat (21/2/2020).

''Untuk M 8,7 itu berdasarkan simulasi skenario terburuk yang kami ambil dari gempa terbesar yang pernah terjadi di Selatan Jawa,'' kata Renza, Jumat. 

Peneliti ITB ini menyampaikan materi ''Potensi Ancaman Megathrust Selatan Jawa Barat dan Tsunami Kabupaten Sukabumi" pada Sosialisasi Pengurangan Risiko Bencana untuk Pengelola Wisata.

Kegiatan ini digelar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat dan BPBD Kabupaten Sukabumi di Resort Pangrango, Sukabumi, Jumat (21/2/2020).

Renza menjelaskan di Selatan Jawa ini pernah terjadi gempa besar, paling besar tercatat berkekuatan M 8,7.

Selain itu tercatat juga terjadi gempa berkekuatan M 8,4 lalu M 7,4 dan M 7,6.

''Seperti gempa Pangandaran 2006 dengan M 7,8 dan gempa Tasikmalaya 2009 kekuatannya M 7,3,'' jelas dia.


Berpotensi picu tsunami 15 meter dan picu gempa sesar

Renza mengkhawatirkan dengan adanya potensi gempa M 8,7 yang dipicu megathrust di Samudera Hindia akan membangkitkan tsunami.

''Ketinggian tsunami bisa mencapai 10 hingga 15 meter sedangkan rendamannya ke daratan bisa mencapai 2 kilometer,'' ujar dia.

Menurut Renza potensi megathrust di Selatan Pulau Jawa memang diprediksi para peneliti bahwa ada segmen-segmen yang disebut seismic gap.

Segmen tersebut, dia melanjutkan belum ada pelepasan energi, baik dalam bentuk gempa maupun lainnya.

''Sehingga kemungkinan untuk terjadinya potensi megathrust sangat tinggi di Selatan Jawa termasuk di Selat Sunda,'' ujar dia.

''Maka dari itu, kita perlu waspada. Memang belum bisa diprediksi secara pasti tapi ada potensi,'' imbau Renza.

Terkait sesar Cimandiri, Renza menambahkan potensi gempa megathrust ini juga dapat memicu gempa sesar di darat yang sangat merusak.

Karena ada hubungan antara sesar daratan yang menjorok ke laut dengan sesar lautan.

Karakteristik sesar Cimandiri ini merupakan sesar daratan. Ada penelitian lanjutan yang menerus ke lautan di Palabuhanratu.

Namun menerusnya berapa kilometer sudah digambarkan peneliti tapi belum dikonfirmasi secara jelas dalam publikasi.

"Sesar Cimandiri menyambung ke sesar Lembang ke sesar Baribis," kata dia.


Tsunami di Jawa Barat

Dalam paparannya, berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Renza menuliskan gempa Tasikmalaya 2 September 2009 pukul 7:55 Wib berkekuatan M7,3 mengakibatkan 81 orang meninggal dunia.

Juga tercatat tsunami lokal setinggi satu meter di pantai Pameungpeuk dan setinggi 0,2 sentimeter di pantai Pelabuhan Ratu.

Selain itu berdasarkan referensi Soloviev ands Go (1974), Wichman (1918), Cox (1970) pada 9 September 1823 terjadi gempa M6,8 di Laut Jawa Barat.

''Gempa disertai dengan suara gemuruh dan pada saat yang bersamaan muka air laut naik hingga mencapai tinggi 0,3 meter,''  jelas alumni Fakultas Teknik Lingkungan ITB.

Sementara dalam situs resminya, BMKG menjelaskan mengenai skala MMI untuk goncangan gempa yang dirasakan.

Yaitu VIII MMI : kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak pada bangunan degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.

Sedangkan IX MMI : Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.


Kembangkan kearifan lokal

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi Asep Suherman mengimbau masyarakat Sukabumi selalu waspada dengan adanya potensi gempa besar yang dipicu megathrust di laut selatan.

Selain itu pihaknya terus berupaya melakukan berbagai langkah dan tindakan. Seperti menyampaikan sosialisasi dalam upaya pengurangan risiko bencana (PRB), membuat jalur evakuasi, hingga pemasangan dan perawatan early warning system (EWS).

''Warga Sukabumi pada intinya harus waspada. Juga kembangkan kearifan lokal yang ada atau pengetahuan dan pengalaman yang ada pada masyarakat,'' imbau Asep di tempat sama.

Upaya PRB ini, lanjut Asep sangat penting. Namun upaya pencegahan dan kesiapsiagaan ini pada masyarakat masih belum mendapatkan perhatian serius.

"Kalau sudah terjadi bencana semua juga pasti turun. Tapi pada pencegahan kadang sejumlah elemen masyarakat belum memberikan perhatian," kata dia.

Menurut Asep pihaknya akan terus berupaya meningkatkan kesadartahuan masyarakat dalam penanganan bencana, terutama dalam PRB. Makanya, dia melanjutkan akan mengaktifkan kembali Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB).

"FPRB ada, dan sangat butuh, tapi kami belum  ketemu dengan pengurus-pengurus yang lama. Tahun ini akan dievaluasi, akan penyegaran lagi," ujar dia.


Sosialiasi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) perlu

Penggiat Pariwisata Sukabumi Dadang Hendar menyambut positif sosialiasi PRB untuk pengelola wisata.

Karena pihaknya mendapatkan banyak informasi seputar kebencanaan terutama gempa bumi dan tsunami.

''Sosialisasi pengurangan risiko bencana seperti hari ini sangat diperlukan,'' kata Dadang yang juga sebagai Dewan Pakar Badan Pengurus Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat.

Dadang membenarkan bila bencana itu merupakan sebagai salah satu ancaman. Namun dalam dunia pariwisata, ancaman tersebut bisa menjadi peluang kegiatan wisata.

''Bisa menjadi bahan edukasi kebencanaan, sejarah kebencanaan,'' kata Dadang yang juga Direksi Hotel Augusta Palabuhanratu.

Dalam upaya mitigasi bencana di lingkungan hotel yang dikelolanya, Dadang mengakui sudah dan selalu berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Sukabumi.

''Kebetulan di belakang hotel kami ini ada gunung. Kami sudah menyiapkan titik kumpul dan jalur evakuasi,'' aku Dadang.


Bentuk Destana tsunami

Penggiat Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Kabupaten Sukabumi

Asep 'Edom' Saepuloh mengatakan dalam upaya PRB ini perlu adanya tindak lanjut dari pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) yang berlokasi di sepanjang pesisir pantai Sukabumi.

''Destana ini harus benar-benar diaktifkan dan memang harus didengar apa permasalahan di desa tersebut. Jadi bukan hanya seremoni, hanya dibentuk dengan difasilitasi BPBD maupun BNPB, tapi tindak lanjut,'' kata Edom sapaan akrabnya saat berbincang dengan Kompas.com di sela sosialiasi PRB.

Menurut Edom seharusnya pelatihan bagi masyarakat harus dilakukan secara rutin dilaksanakan, sosialisasi petugas Destana harus dipantau sejauh mana kinerjanya.

''Harus ada evaluasi, bukan hanya sudah dibentuk lalu ditinggal saja. Harus ada tindak lanjutnya,'' ujar Edom yang menjabat Kepala Operasional dan Sumber Daya Manusia Balawista Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan catatan Kompas.com sebanyak 31 desa rawan tsunami di sepanjang pantai di 9 kecamatan di Kabupaten Sukabumi mengikuti dan dilibatkan dalam Ekspedisi Destana Tsunami yang digelar BNPB pada 9-11 Agustus 2019.


31 Desa rawan tsunami di Sukabumi

Ekspedisi Destana Tsunami 2019 ini dipusatkan di Desa Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap pada Jumat (9/8/2019) dan Desa Citepus Kecamatan Palabuhanratu pada Sabtu (19/8/2019).

Di dua lokasi ini digelar berbagai kegiatan, mulai dari penyampaian potensi ancaman tsunami dengan berbagi metode kepada masyarakat.

Di antaranya metode kunjungan ke SD, SMP, madrasah, pondok pesantren, dan masjid.

Penyampaian informasi di dalam tenda yang menghadirkan unsur Muspika, kepala desa dan aparat desa serta tokoh masyarakat yang termasuk desa rawan tsunami.

Di Kabupaten Sukabumi terdapat 31 desa yang rawan tsunami di 9 kecamatan.

Selain itu juga membangun panggung ekspedisi dengan kegiatan pertunjukan budaya lokal seperti pencak silat dan pemutaran film tentang mitigasi bencana.

https://regional.kompas.com/read/2020/02/24/08191591/megathrust-bisa-picu-gempa-m-87-dan-tsunami-15-meter-warga-sukabumi-diimbau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke