Salin Artikel

Misteri Matinya Gajah Neneng di Medan Zoo, karena Tua atau karena Sering Ditunggangi?

Pasalnya, hasil nekropsi gajah betina tersebut sampai sekarang belum diterima oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut).

Kepala BBKSDA Sumut, Hotmauli Sianturi saat ditemui di Medan, Senin (19/2/2020) mengatakan, pihaknya belum mendapatkan hasil nekropsi (bedah bangkai) gajah Neneng.

Namun menurutnya, gajah tersebut mati secara alami, yakni faktor usianya yang sudah tua, yakni 55 tahun.

"Hasil nekropsi  belum saya terima. Tapi kemungkinan besar itu faktor alam, karena tua," katanya sembari menambahkan dengan belum diterimanya hasil nekropsi, pihaknya akan menyurati ke pihak yang menanganinya di Bogor. 

Mati karena jadi gajah tunggangan?

Hotmauli menambahkan, dengan kematian gajah Neneng, pihaknya merekomendasikan kepada Medan Zoo agar tidak menjadikan gajah Siti (51), satu-satunya gajah yang tersisa di kebun binatang yang ada di Simalingkar B itu sebagai gajah tunggangan.

"Saya sudah turun me sana, sudah bilang tak boleb ditunggangi dan sepertinya sudah lama tak ditunggangi, hanya dibawa keliling," katanya.

Sebagai gantinya, dia menyarankan, agar tetap ada interaksi dengan pengunjung maka cukup dengan memandikannya saja di kolam yang ada di lokasi.

"Jadi ajak memandikan saja, jadi lebih edukatif dan sekali lagi tidak boleh ditunggangi," tegasnya.

Jika gajah Neneng tetap dijadikan sebagai gajah tunggangan, menurutnya pihaknya akan memberikan sanksi teguran kepada Medan Zoo.

Sanksinya, kata dia, bisa berupa teguran ataupun pencabutan izin Lembaga Konservasi (LK). 

"Tapi kan tidak bisa ujug-ujug. Apapun itu kan kebanggaan Sumut bagaimana bisa menjadi ikon. Tapi kalau keterlaluan ya mau tak mau," katanya.


Sarana dan prasarana di Medan Zoo jelek

Menurutnya, sarana dan prasarana (sarpras) di Medan Zoo Jelek.

Sehingga jika pihak Medan Zoo ataupun Perusahaan Daerah (PD) Pembangunan Kota Medan ingin 'meminta' gajah untuk menambah koleksi gajah di Medan Zoo yang kini hanya tersisa gajah Siti (51), dia menolak.

"Boleh-boleh saja, tapi saya straight tidak bisa melihat sarpras seperti itu. Ya mereka harus siap dong. Kita tak mau satwanya menjadi korban. Bagaimana mereka menghadlenya," katanya.

Menurutnya, sampai saat ini mereka belum mengajukan permintaan satwa secara tertulis.

"Sebelum ada perbaikan sarprasnya, saya tidak mau menambah satwa. Jelek sekali sarpras di situ," katanya.

"Kami sudah suratin Pemko Medan supaya ada perbaikan sarpras dan memang mereka mengalami kesulitan keuangan." 


Gajah Neneng mati, tinggal gajah Siti

Diberitakan sebelumnya, gajah Neneng di Medan Zoo mati pada Sabtu pagi (25/1/2020).

Dengan matinya gajah Neneng, saat ini hanya ada gajah Siti.

Tim dokter di Medan Zoo melakukan nekropsi untuk mengetahui penyebab kematianya.

Di saat nekropsi sedang berlangsung, Direktur Peusahaan Daerah (PD) Pembangunan Kota Medan, Putrama Al Khairy mengatakan, selama ini Medan Zoo mengoleksi dua gajah betina yang tua dan sama-sama betina, yakni Neneng dan Siti.

"Kita akan buat permohonan gajah. Sepasang lah, dua ekor. Secepatnya kita buat surat ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA)," katanya. 

"Sepengetahuan kami banyak gajah. Mahout kita sudah berpengalaman untuk menjinakkan," pungkasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2020/02/21/11032391/misteri-matinya-gajah-neneng-di-medan-zoo-karena-tua-atau-karena-sering

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke