Salin Artikel

Petani Buat Sayembara untuk Tangkap Pembuang Sampah di Selokan Mataram

Pembangunan Selokan Mataram di prakarsai oleh Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan HB IX pada era penjajahan Jepang.

Pembangunan Selokan Mataram ini agar warga Yogyakarta terhindar dari romusha.

Namun demikian, masih saja ada orang-orang tidak bertanggungjawab yang menjadikan Selokan Mataram menjadi tempat pembuangan sampah.

Akibatnya, di beberapa titik di Selokan Mataram tampak terdapat tumpukan sampah.

Dari pengamatan Kompas.com di Selokan Mataram daerah Kecamatan Kalasan, tampak terdapat berbagai sampah rumah tangga. 

Mulai dari plastik kresek, plastik bekas air mineral, bekas popok, hingga kasur bekas.

Padahal, sudah terdapat plakat imbauan agar tidak membuang sampah di sepanjang Selokan Mataram. Terdapat pula spanduk dengan tulisan bukan tempat sampah.

Tertulis juga bagi yang membuang sampah sembarangan akan didenda Rp 50 juta dan pidana penjara 3 bulan.

Forum Petani Kalasan yang resah dengan orang-orang yang membuang sampah di Selokan Mataram, juga memasang spanduk bertuliskan "Petani tidak rela selokan mataram dibuangi sampah dan jika tertangkap akan diadili massa" .

Ketua Forum Petani Kalasan, Janu Riyanto mengatakan petani sangat prihatin dan mengutuk keras orang-orang yang membuang sampah di Selokan Mataram.

"Sekarang ini sampah tingkatnya sudah mengkhawatirkan," ujar Ketua Forum Petani Kalasan, Janu Riyanto saat ditemui Kompas.com, Selasa (18/02/2020).

Janu menyampaikan sampah yang dibuang ke Selokan Mataram kebanyakan sampah rumah tangga.

Selain itu juga ada bangkai hewan, seperti ayam, kucing, anjing dan bahkan anak kambing yang dibuang di Selokan Mataram.

"Otomatis itu mencemarkan air, padahal air selokan Mataram itu kan untuk pertanian. Kalau air tercemar otomatis hasil produksi pertaniannya juga akan tercemar dan kurang bagus untuk tanaman," bebernya.

Forum Petani Kalasan bekerja sama dengan petugas Selokan Mataram, Kecamatan Kalasan, Koramil, dan kelurahan untuk bersinergi mengatasi aksi buang sampah sembarang.

Tak hanya itu, mereka juga membuka sayembara guna mengatasi aksi buang sampah di Selokan Mataram.

"Makanya kami akan mengadakan sayembara barang siapa yang menangkap basah dan ada buktinya pembuang sampah di Selokan Mataram, kami akan memberikan hadiah sebesar Rp 500 ribu," tegasnya.

Nantinya pelaku pembuang sampah tersebut akan dibawa ke Polsek untuk mempertanggungjawabkan perbuatanya.

"Tidak boleh disakiti lalu biar yang mengambil adalah pak RT RW dukuh dan pak lurah (di tempat tinggal pelaku) keempatnya harus ada. Kurang dari satu tidak boleh membawa pulang," tandasnya.

Menurutnya hal ini sebagai terapi kejut bagi para pelaku pembuang sampah di Selokan Mataram. Sehingga agar masyarakat sadar akan kebersihan.

"Sampah sangat merugikan banyak orang, baik dari sisi keindahan Selokan Mataram dan kesehatan, tetapi mereka (pelaku pembuang sampah) cenderung tidak mau tahu," urainya.

Para petani pun sudah bergotong royong untuk membersihkan sampah di Selokan Mataram. Termasuk memasang spanduk imbauan.


Sementara itu, Kepala Bidang Operasional dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Serayu-Opak (BBWSSO) Sahril mengatakan untuk penanganan sampah, petugas setiap hari membersihkan sepanjang Selokan Mataram.

Namun demikian, untuk menangani permasalahan ini tidaklah cukup hanya dengan dibersihkan setiap hari.

Perlu kesadaran dari masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan.

"Intinya sampah tidak akan berhasil dihilangkan jika warga sendiri tidak sadar, jika membuang sampah di Selokan Mataram itu tidak benar," tegasnya.

Dijelaskanya Selokan Mataram bukan tempat untuk membuang sampah. Selokan Mataram adalah saluran aliran air yang digunakan untuk irigasi.

"Kami menghimbau buanglah sampah pada tempatnya. Jangan membuang sampah sembarangan atau di mana airnya berguna untuk irigasi lahan pertanian," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/02/18/19012281/petani-buat-sayembara-untuk-tangkap-pembuang-sampah-di-selokan-mataram

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke