Salin Artikel

Dedi Mulyadi Bantah Ridwan Saidi, Sebut Kerajaan Galuh Tidak Fiktif dan Ada Buktinya

Dedi menegaskan, ada kerajaan di Ciamis.

"Mari kita sikapi dengan cara berpikir ilmiah. Kita bantah dengan argumentasi empiris akademis. Sudah ada hasil penelitiannya, dari Unpad. Bisa jadi sumber," kata Dedi saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Jumat (14/2/2020).

Dedi mengatakan, jika bicara sejarah di Jawa Barat memang debatable.

Hal ini karena aspek penelitian empiris di sana kurang mendapat perhatian, terutama dari sisi pembiayaan.

"Tetapi saya pernah membiayai penelitian Unpad terhadap Kerajaan Galuh. Waktu itu penelitinya Prof, dr Nina Herlina Lubis," jelas Wakil Ketua Komisi IV DPR RI ini.


Bukti empiris

Dari sisi bukti empiris yang dilakukan, Dedi menjelaskan, kerajaan itu memang ada. Bukti-bukti peninggalan otentiknya juga ada.

"Babe Saidi sudah biasa melontarkan hal itu, bukan hal baru. Kemarin Sriwijaya. Tinggal kita sebagai orang Sunda memahami, kita menyesalkan apa yang disampaikan Ridwan Saidi," jelas Dedi.

Dia menuturkan, dari sisi kaidah keilmuan sudah dipastikan ada Kerajaan Galuh di Ciamis. Selain itu, Dedi selalu memahami tempat-tempat sejarah dari kaidah spirit.

"Dipahami oleh aspek spirit yang bersifat subjektif. Artinya subjektif diri saya," jelasnya.

Artinya, lanjut Dedi, ia memahami Galuh itu bukan hanya sekadar kerajaan.


Galuh itu hati

Tetapi spirit nilai ajaran tentang sebuah komunitas masyarakat yang sudah Mengesakan Tuhan melalui pendekatan, metodologi filosofi pendidikan, atau filosofi kehidupan.

"Misalnya filosofi Pulung Turun ti Galunggung, artinya bahwa sebuah nilai-nilai spiritual yang bersifat petunjuk, itu lahir dari kekuasaan Yang Hiang Maha Agung kemudian turun kepada yg memiliki Galeuh, hati. Galuh kan Galeuh (hati)," jelas Dedi.

Dlm terminologi yang dipahami Dedi, Galuh atau Galeuh artinya hati. Maka nilai-nilai spiritual yang bersifat petunjuk akan turun kepada orang-orang yang memiliki kebersihan hati.

"Karena hampir semua teologi, pemahaman Sunda itu mengutamakan hati sebagai sendi dasar kesempurnaan manusia," kata Dedi.

Dari hal itu, Dedi memahaminya dan menjadikan spirit Galuh menjadi spirit pembangunan di Kabupaten Purwakarta saat ia menjabat bupati. Dia menggulirkan gagasan pemikiran tentang Dangiang Galuh Pakuan.

"Dangiang artinya wibawa, Galuh artinya hati, Galeuh hati. Pakuan adalah konsistensi," kata Dedi.


Pernyataan budayawan Betawi Ridwan Saidi

Maka, lanjut dia, kewibawaan akan lahir dari orang-orang yang hatinya konsisten. Dalam bahasa Islam disebut Istiqomah.

"Tidak pernah geser sedikit pun. Dari sana lahir teori bumi. Bumi berputar pada porosnya, matahari beredar pada garis edar," jelas Dedi.

Sebelumnya Budayawan Betawi, Ridwan Saidi menyebutkan bahwa dahulu kala tidak ada kerajaan di Ciamis.

Pernyataan Ridwan Saidi ini disampaikan melalu Chanel YouTube Macan Idealis, Rabu (12/2/2020).

"Mohon maaf ya dengan saudara-saudara di Ciamis. Di Ciamis itu enggak ada kerajaan," kata Ridwan Saidi pada tayangan video tersebut. 

https://regional.kompas.com/read/2020/02/14/13092551/dedi-mulyadi-bantah-ridwan-saidi-sebut-kerajaan-galuh-tidak-fiktif-dan-ada

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke