Salin Artikel

Tanah Bergerak di Purabaya Sukabumi Semakin Mengkhawatirkan

Sebelumnya BPBD Kabupaten Sukabumi menerima laporan dari Pemerintah Desa Cimerang tertanggal 12 Januari 2020 mengenai pergerakan tanah yang mengakibatkan rusaknya sebanyak 49 unit rumah dan masjid.

Di antaranya 12 unit rumah dalam kondisi mengkhawatirkan.

Menerima laporan tersebut, BPBD Kabupaten Sukabumi langsung berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) - Badan Geologi untuk mengkaji daerah yang diindikasikan terjadinya pergerakan tanah.

''Kami sudah berkoordinasi dengan PVMBG dua pekan lalu. Kita harus menunggu lebih teknisnya lagi permasalahan terjadinya pergerakan tanah di sini. Apakah akibat kondisi kontur tanah di sini atau memang ada unsur lain,'' kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Sukabumi Arianja Hasbulwafi kepada Kompas.com di Kampung Batugede, Kamis.

Arianja mengatakan pihaknya belum dapat menyimpulkan dari hasil kunjungannya pada hari ini, karena bukan ahlinya.

Namun lanjut dia melihat gejalanya hampir sama dengan bencana pergerakan tanah yang terjadi di Desa Kertaangsana yang terjadi April 2019 lalu.

''Untuk hasil akhirnya nanti menunggu dari tim PVMBG Badan Geologi yang akan turun ke sini dalam waktu dekat,'' kata Arianja yang baru menjabat sejak 31 Desember 2019 lalu.

Warga diminta waspada

Saat ini, Arianja mengimbau kepada masyarakat agar selalu waspada bila hujan turun dengan deras.

Terutama bagi warga yang menghuni 12 unit rumah dengan kondisi mengkhawatirkan.

''Bila hujan harus waspada, dan mengungsilah ke tempat yang lebih aman,'' imbau dia.

Arianja mengungkapkan dalam penanggulangan bencana ini merupakan urusan bersama, bukan hanya BPBD saja.

Dalam penanganannya harus bersinergi dengan seluruh elemen masyarakat, mulai dari masyarakat, pemerintah desa hingga kecamatan serta lembaga lainnya.


Ada 12 rumah tidak layak huni

Ketua RT 03 RW 06 Kampung Batugede, Adun (63) menuturkan bencana pergerakan tanah ini sudah berlangsung sekitar empat tahun yang lalu.

Namun dampak kerusakan yang sangat parah dirasakan warga sekitar awal Januari 2020.

Hasil pendataan bencana pergerakan tanah ini berdampak pada 49 unit rumah dan satu masjid  yang rusak.

Rumah-rumah ini dihuni 42 kepala keluarga (KK) yang berjumlah 114 jiwa. Di antaranya 12 unit rumah tidak layak huni.

''Kerusakan rumah sudah berlangsung lama, namun mayoritas warga langsung memperbaiki sendiri. Karena rumah di sini mayoritas rumah panggung jadi kerusakan yang dialami pada bergesernya batu fondasi,'' tutur Adun saat berbincang dengan Kompas.com Kamis siang.

Bangunan rumah bergeser

Namun bergersernya batu fondasi, lanjut dia, juga mengakibatkan bangunan rumah ikut bergeser dan bahkan ada yang sudah miring.

Serta beberapa di antaranya dikhawatirkan ambruk karena bagian atapnya dan tiang-tiangnya juga ikut bergeser.

Adun menuturkan selain rumah panggung juga di wilayahnya ini ada beberapa rumah semi permanen dan permanen. Kerusakan yang dialaminya lebih parah karena lantai dan dinding banyak yang retak-retak.

''Kondisi rumahnya mengkhawatirkan dan sudah ada 12 rumah tidak layak dihuni. Makanya kami sedang memikirkan untuk tempat sementara bagi  mereka untuk mengungsi,'' tutur dia.

Sebelumnya diberitakan sejumlah rumah dan fasilitas umum di Kampung Batugede, Desa Cimerang, Kecamatan Purabaya, Sukabumi, Jawa Barat, mengalami kerusakan pada dinding dan lantai serta batu fondasi.

Kerusakan bangunan ini diduga akibat pergerakan tanah yang sudah berlangsung beberapa tahun lalu.

Namun, warga mulai merasakan dampak kerusakan yang lebih parah pada awal Januari 2020 ini.

https://regional.kompas.com/read/2020/02/06/21525791/tanah-bergerak-di-purabaya-sukabumi-semakin-mengkhawatirkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke