Salin Artikel

Cerita Putra Penderita ODGJ: Kami Selalu Berdoa Ayah Lepas dari Pasungan...

Itulah yang dirasakan Yohanes Hamu (12) atau akrab disapa Hans, siswa Kelas I Sekolah Menengah Satu Atap (Satap) Perang Wunis, di Kampung Ara, Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ia saban hari berdoa dan berharap ayahnya yang dipasung akibat derita gangguan jiwa di pondok samping dapur lekas pulih dan lepas pasungnya.

"Sebelum saya pergi sekolah, saya biasa membawa sarapan pagi buat ayah yang dipasung di pondok samping dapur. Saya sedih sekali melihat ayah saya dipasung dua kakinya," kata Hans kepada Kompas.com, saat ditemui di luar pondoknya, Rabu (22/1/2020).  

"Saya tidak berbuat apa-apa karena ayah menderita gangguan jiwa. Saya selalu berdoa agar ayah lekas pulih dan balok yang memasung dua kakinya dilepas," harapnya.

Selalu berdoa untuk ayah

Dia bercerita, saban pulang sekolah selalu membawa minuman teh atau air putih kepada ayahnya di dalam pondok.

Kemudian saat malam, tak lupa membawa makan malam bagi ayahnya.

"Saya bersama Mama dan tiga kakak saya sangat mencintai ayah. Namun, kami tak berdaya untuk membebaskan ayah yang dipasung karena menderita gangguan jiwa," katanya. 

"Kami berempat bersama mama selalu berdoa dan berharap ayah kami lekas pulih dan lepas pasung," doanya.

Ayah Hans yakni Donatus Agut (54), sakit sejak 2005 namun masih bisa bekerja. Pada 2012, sakitnya semakin parah dan mulai mengganggu keamanan warga sekitar, sehingga dia harus dipasung. 

Dipasung karena serang istri

Menurut Kepala Desa Ngampang Mas Herison Songgo, Donatus Agut dipasung pada 2012 karena kondisinya sangat parah, seperti berteriak dan melakukan tindakan kekerasan terhadap istrinya.

"Sesungguhnya keluarga tak mengharapkan dipasung, tapi dia melakukan tindakan kekerasan kepada istrinya hingga dia dipasung di pondok tersendiri di samping rumah," jelas Herison.

Menurut Herison Songgo menjelaskan, keluarga pernah membongkar pasungan satu kakinya.

Tapi saat istrinya membawa makanan, Donatus melakukan tindakan kekerasan terhadap istrinya.

Sejak itu, akhirnya dua kakinya dipasung.

Diberi pengobatan medis

Voyensius Ondi, Petugas PKM Puskesmas Lebih Balus Permai kepada Kompas.com, Rabu, (22/1/2020) menjelaskan kondisi Donatus Agut beberapa waktu sebelumnya. 

Ia selalu berteriak, bicara sendiri dan tatapan matanya tidak terarah.

Namun setelah konsumsi obat yang diberikan, kini Donatus Agut mulai tenang.

"Yah, setelah konsumsi obat medis, perlahan-lahan kondisi akan membaik. Yang terpenting keluarganya terus memberikan obat yang sudah diberikan petugas media sesuai resep dokter," katanya. 

"Saya juga berterima kasih atas kepedulian dari relawan KKI Peduli ODGJ Manggarai Timur yang datang mengunjungi Bapak Donatus Agut yang lagi dipasung," jelasnya.

Istri berjuang biayai pendidikan empat anak

Paulina Gawung, istri Donatus Agut, mengatakan bahwa kondisi rumahtangganya berat selepas suaminya dipasung. 

Sebab ia harus membiayai pendidikan keempat anaknya. 

"Sejak suami saya di pasung 2012 lalu, saya sendiri yang bekerja keras untuk membiayai pendidikan keempat anak-anak," katanya. 

Anak sulung Donatus saat ini duduk di bangku SMA, sedangkan dua adiknya di SMP dan satu masih SD.

"Sudah 8 tahun suami di pasung, saya betul-betul sengsara. Saya tetap tabah dan sabar merawat suami yang dipasung serta membiayai pendidikan anak-anak dengan bekerja serabutan atau mengolah hasil perkebunan untuk dijual," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/25/09500811/cerita-putra-penderita-odgj-kami-selalu-berdoa-ayah-lepas-dari-pasungan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke