Salin Artikel

Secangkir Kopi Racikan Barista Penyandang Tunanetra di Cafe More Bandung...

Di kafe yang buka pada Desember 2019 lalu mempekerjakan barista penyandang tunanetra.

Mereka mengoperasikan mesin pembuat kopi hingga melayani tamu.

Penyandang tunanetra tersebut mengikuti pelatihan barista yang diselenggarakan Kementerian Sosial RI melalui Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) dengan Siloam Center for The Blind of Korea.

Sebelum terjun langsung di Cafe More, mereka dilatih selama 4 bulan.

Cheisya Legi, Manager Cafe More mengatakan pelatihan barista penyandang tunanetra itu sebagai salah satu upaya agar mereka lebih mandiri.

Peserta pelatihan diutamakan penyandang tunanetra low vision (disabilitas sensorik netra low vision).

“Kementerian Sosial RI melalui Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) Wyata Guna Bandung terus berusaha melahirkan para penyandang disabilitas sensorik netra menjadi pribadi yang lebih mandiri,” jelas Cheisya.

Cafe More buka Senin-Sabtu mulai pukul 08.00 WIB-21.00 WIB.

Produk yang disajikan beragam, seperti espresso based, coffee based, berbagai olahan cokelat dan susu. Kemudian refreshment and premium tea, serta frape dan jus.

Untuk harga sangat terjangkau. Mulai dari Rp 10.000 seperti green tea hingga Rp 28.000 seperti Brazilian Lemonade.

Ia adalah penyandang tunanetra low vision.

Kepada Kompas.com, Sipa bercerita saat ada pengumuman barista, ia langsung mendaftar karena suka tantangan.

Sehar-hari Sipa adalah guru private untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Sipa adalah satu dari belasan barista perempuan penyandang tunanetra yang mengikuti pelatihan.

Selama pelatihan, Sipa diajarkan utnuk mengenal, meracik, hingga menyajikan kopi. Ia juga mempelajari alat-alat yang digunakan oleh barista.

Perempuan lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung itu mengaku tidak mudah belajar menjadi barista karena penglihatannya terbatas.

Ia harus super teliti untuk memastikan angka di timbangan pas dengan jumlah kopi yang diinginkan.

Sipa pun harus teliti saat mencuci gelas karena tidak bolah ada sisa kotoran yang menempel.

“Saya low vision. Jadi perlu berjuang lebih keras untuk memastikan takarannya pas,” kata Sipa.

Sipa memiliki mimpi menjadi ahli fisioterapi dan tari. Untuk itu ia belajar Bahasa Inggris dan mencari beasiswa untuk kuliah di luar negeri.

Sedangkan orangtuanya, menginginkan Sipa melanjutkan S2 di Pendidikan Luar Biasa.

“Saya yakin bisa,” tegasnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Reni Susanti, Yuharrani Aisyah | Editor: Farid Assifa, Ni Luh Made Pertiwi F)

https://regional.kompas.com/read/2020/01/18/06060031/secangkir-kopi-racikan-barista-penyandang-tunanetra-di-cafe-more-bandung-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke