Salin Artikel

Akibat Tanah Bergerak dan Lapuk, Bangunan SD Negeri di Sukabumi Rusak

Bangunan SDN yang berdiri 1974 tersebut mengalami kerusakan berupa retak-retak pada lantainya selebar 2-5 sentimeter dengan panjang 40 meter akibat bencana tanah bergerak.

Bencana geologi ini mulai terlihat pada 2016 dan kembali terjadi lagi sejak November 2019.

Di belakang sekolah terdapat retakan tanah dengan lebar 20-40 sentimeter memanjang sekitar 20 meter dengan kedalaman hingga 2 meter.

Ujung retakan itu berakhir beberapa meter di tebing tanah terjal dari lereng yang dipotong untuk kawasan perumahan.

Selain akibat bencana tanah bergerak, bangunan SDN yang memiliki siswa berjumlah 156 jiwa juga mengalami kerusakan bagian atap. Kerusakan atap ini diindikasikan karena kayu-kayu penopang sudah lapuk.

''Bangunan SDN 4 Gunungguruh ini harus direlokasi, karena akibat bencana gerakan tanah,'' kata Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Khusyairin kepada Kompas.com di Cibadak, Jumat (10/01/2019).

Khusyairin menuturkan pihaknya sudah melakukan survey dan mengecek ke lokasi SDN tersebut. Rencananya dia akan mengecek langsung ke sekolah tersebut saat turun hujan untuk mengetahui kondisinya, apakah ada perubahan atau masih tetap.

Sedangkan, lanjut dia untuk lahan relokasi akan dikaji terlebih dahulu oleh tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi.

Karena lahan untuk relokasi harus yang aman dari ancaman bencana tanah bergerak.

''Lahan sekolah ini memang punya lahan luas, ada yang berada di bagian bawahnya. Mengenai layak tidaknya akan dicek oleh tim BPBD, rencananya Senin ke lokasi,'' ujar dia.

Rasa khawatir bila hujan turun

Kepala SDN 4 Gunungguruh, Asep Sugandi mengakui belum mengetahui adanya rencana relokasi bangunan sekolah yang dipimpinnya itu. Dia

menjelaskan bahwa dirinya mulai bertugas pada Agustus 2019 lalu.

''Saya belum tahu Pak,'' aku Asep kepada Kompas.com saat ditemui di SDN 4 Gunungguruh, Senin (13/01/2020) siang.

Memang, lanjut dia, sebelumnya sudah ada dari pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi yang mengecek dan survey ke sekolah belum lama ini. Pengecekan itu terkait bangunan sekolah ini retak-retak di antaranya akibat bencana tanah bergerak.

Juga sebelumnya tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) - Badan Geologi didampingi BPBD Kabupaten Sukabumi pernah mengkaji atau meneliti soal bangunan retak-retak akibat bencana tanah bergerak di sekolah pada Senin (9/12/2019).

''Hasil pemeriksaan dari Badan Geologi juga sudah kami terima,'' ujar Asep.

Asep menuturkan saat dirinya mulai bertugas, saat itu ruang kelas 1 kondisinya sudah ada yang retak-retak pada lantai dan dinding bagian sudut bangunan belakang.

Awalnya retakan-retakan itu kecil, namun terus membesar. Dan berikutnya retakan di lantai dan dinding ditemui juga di kelas-kelas sebelahnya yakni kelas 2, 3 dan bagian belakang ruang guru.

Menurut dia selain bangunan retak-retak akibat dampak bencana tanah bergerak, beberapa ruang kelas juga ada yang rusak pada bagian atapnya. Kerusakan ini akibat kayu-kayu penyangga genting sudah lapuk.

Paling parah di ruang kelas 4 dan 5 yang berdampingan dengan ruang kepala sekolah. Sudah diperbaiki atasnya dengan diganti bambu dan ke bawahnya ditopang bambu agar bisa bertahan

''Tapi sampai saat ini kami tetap khawatir, apalagi sudah musin hujan. Anak-anak dan para guru juga tidak nyaman, jadi harus selalu waspada saat di ruang kelas, apalagi saat turun hujan,'' kata Asep.

''Saya kalau sudah pulang kerja dan berada di rumah suka tidak tenang. Khawatir ada apa-apa dengan bangunan sekolah ini,'' sambung dia.

Waspada potensi gerakan tanah susulan

Kepala Seksi Kesiapsiagaan, BPBD Kabupaten Sukabumi, Agung Koswara membenarkan hasil pemeriksaan gerakan tanah di Kecamatan Gunungguruh oleh PVMBG-Badan Geologi sudah diterima pihaknya.

''Dalam hasil pemeriksaan itu juga PVMBG di antaranya mengingatkan mengenai curah hujan yang diperkirakan masih tinggi dan terdapat potensi gerakan tanah susulan,'' kata Agung saat ditemui di Kantor BPBD Kabupaten Sukabumi, Jumat (3/01/2020) lalu.

Agung menuturkan untuk menghindari kerusakan yang lebih besar dan jatuhnya korban jiwa, PVMBG Badan Geologi memberikan beberapa rekomendasi. Di antaranya segera menutup dan memadatkan retakan untuk mengurangi peresapan air ke dalam retakan tersebut.

''Segera dilakukan pembuatan dinding penahan lereng atau membuat lereng berjenjang yang disertai sistem drainase dengan konstruksi kedap air agar kestabilan lereng meningkat,'' tutur Agung yang baru resmi dilantik sejak Sabtu (31/12/2019).

Untuk bangunan sekolahnya, lanjut dia, saat ini masih aman untuk digunakan. Namun dengan tetap meningkatkan kewaspadaan dan memantau perkembangan retakan terutama saat hujan turun.

''Jika retakan bertambah lebar dan meluas dengan cepat segera jauhi area retakan dan bangunan sekolah sementara tidak digunakan,'' ujar Agung.

Pada rekomendasi itu, PVMBG-Badan Geologi hanya menyampaikan potret potensi bencana geologi, dalam hal ini bencana gerakan tanah dan tidak berhak melarang dan mengizinkan pembangunan di lokasi tersebut.

Untuk itu PVMBG sangat merekomendasikan dalam pembangunan harus menyesuaikan dengan rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Sukabumi.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/13/23470031/akibat-tanah-bergerak-dan-lapuk-bangunan-sd-negeri-di-sukabumi-rusak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke