Salah satunya terlihat di antara warga Pedukuhan Suren di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gereja Katolik Santa Lucia berdiri di Pedukuhan Suren. Gereja berada di tepi jalan besar menuju puncak Bukit Menoreh.
Warga Suren menggalang kerja bakti membersihkan lingkungan Gereja Santa Lucia tersebut menjelang perayaan Natal kali ini.
Mereka tidak memandang perbedaan agama sebegai hambatan untuk mendukung kelancaran ibadah umat lain.
Warga membuat lingkungan bersih dan rapi sehingga bakal nyaman saat digunakan pada 25 Desember 2019, pukul 07.00 WIB.
"Pinggir jalan jadi bersih sehingga bisa dimanfaatkan. Biasanya di sana akan dipakai sebagai tempat moobil parkir di luar, motor di dalam;(halaman gereja)," kata Nardi (49), seorang warga Lingkungan Sanjaya Gereja Santa Lucia, Selasa (24/12/2019). Ia mengungkap hal ini via pesan ponsel.
Kerukunan selalu tampak di antara warga jelang hari besar keagamaan mereka. Warga menunjukkan kepedulian cukup besar.
Nardi mencontohkan, selain kerja bakti, warga muslim juga melakukan ronda selagi warga Kristiani ke gereja menjalankan ibadah, ini terjadi khususnya saat malam misa.
Hal sebaliknya, warga non muslim turun ronda di hari besar agama Islam, bahkan selagi mereka melaksanakan teraweh.
Mereka meninggalkan rumah tidak perlu was-was selagi menjalankan ibadah.
"Sebaliknya saat masa bulan Ramadhan, warga meninggalkan rumah untuk ibadah, gantian warga Kristiani melakukan ronda menjaga rumah warga yang melaksanakan ibadah semisal teraweh," kata Nardi.
Belum lagi, organisasi kemasyarakat kerap terlihat ikut menjaga ibadah gereja membantu aparat. Mereka lantas ikut dalam jamuan bersama.
Kerukunan yang mengakar
Nardi menceritakan, kerukunan warga sejatinya mengakar di antara warga Desa Pagerharjo. Kerukunan diyakini sudah berlangsung turun temurun.
Mereka terikat oleh rasa persaudaraan yang sangat kuat. Pasalnya, menurut Nardi, tidak sedikit dari mereka yang berbeda iman masih memiliki hubungan kekerabatan. Itulah yang membuat mereka semakin terikat satu dengan lain.
"Persaudaraan tidak bisa dikalahkan," kata Nardi.
Itulah mengapa tidak heran bila warga juga bersedia memenuhi undangan ikut perayaan Natal di rumah warga lain.
Nardi menceritakan, warga secara bersama pernah merayakan Natal di rumah salah seorang warga di Pedukuhan Kalinongko pada tiga tahun lalu. Warga menghargai undangan perayaan dan hadir di sana.
Acara yang berlangsung mulai dari sambutan kepala dusun hingga ramah tamah. Mereka juga mengakhiri perayaan bersama itu dengan saling mengucap salam.
Acara semacam ini bertujuan untuk merawat kerukunan di antara mereka. "Kami biasa saling memberi salam. Ketika Idul Fitri, kami mengucapkan Selamat Idul Fitri, ketika Natal mereka biasa mengucap hal serupa," kata Nardi via pesan ponsel.
Warga rukun, ucapkan Selamat Natal di Grup WA
Keberagaman dan penghargaan pada kerukunan sesama pemeluk agama yang berbeda, terungkap juga lewat pesan singkat di grup-grup media sosial.
Salah satunya, grup WA sebuah dusun Pagerharjo, Samigaluh.
Beragam pesan disampaikan, mulai dari ucapan Selamat Hari Natal hingga doa agar ibadah Natal dan Tahun Baru berjalan kusyuk dan lancar.
"Warga muslim yang tidak merayakan Natal mengucapkan selamat dengan berbagai cara, di antaranya lewat grul Whatsapp, tetapi ada juga yang mengucapkan selamat secara langsung," kata Handoko, warga Dusun Jetis.
Ia menunjukkan salah satu dari banyak pesan warga:
"Ngaturaken Sugeng Natal katur sedulur2 kulo ingkang ngrasuk agami Kristiani, mugi berkahing Gusti Ingkang Murbeng dumadi tansah lumeber banyu mili dhateng panjenengan sedaya, mahanani kabgyan, kesarasan, guyub rukun lan murah rezeki, awit saking berkahipun Gusti Ingkang Maha Agung, Amin."
Handoko menceritakan, inilah keindahan kerukunan dalam kehidupan keberagaman di Pagerharjo yang berlangsung cukup baik. Kerukunan yang terus dirawat baik.
https://regional.kompas.com/read/2019/12/27/07395011/indahnya-toleransi-jelang-natal-di-bukit-menoreh-warga-beda-agama-bantu